Part 14

433 55 24
                                    

Cambuk untuk Yu Ra

Tombak untuk Li Yo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tombak untuk Li Yo

Tombak untuk Li Yo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selamat membaca....

Hari keberangkatan telah tiba, Lia beserta keempat sahabatnya sudah siap dengan kuda mereka masing-masing. Lia tidak.menunggangi Ega ataupun Rain, karena keduanya merupakan spirit best legenda, sehingga ia hanya menunggangi kuda dengan warna emas di segala sisinya, bahkan bola matanya pun berwarna emas. Je Sie dan Li Mei menunggangi kuda dengan warna yang sama, yakni kuda putih serta Yu Ra dan Li Yo yang menunggangi kuda hitam.

Ada sedikit perdebatan saat mereka berangkat, ibu suri yang melarang, pangeran Ra Sen dan panglima Luhan yang ingin ikut, padahal keduanya memiliki kesibukannya masing-masing, hingga pada akhirnya Lia memutuskan untuk membawa keduanya, Ra Sen yang keluar dari* sektenya, dan panglima Luhan yang diutus lansung oleh ibu suri untuk menjaga ataupun mengawal Lia. Sekedar pemberitahuan, Luhan dan Ra Sen saat ini menunggangi kuda berwarna coklat dengan sedikit warna putih yang membuatnya nampak gagah di waktu yang bersamaan.

"Lia, untuk ke dataran Tiwai setidaknya kita memerlukan waktu 1 minggu untuk sampai ke pesisir pantai, dilanjutkan dengan perjalanan di laut lepas sekitar 3-4 Minggu, barulah pada akhirnya kita sampai," jelas Yu Ra.

Lia mengangguk, lalu menampakkan senyum manisnya, "Tak apa, anggap saja perjalanan kali ini sebagai perjalanan".

"Mei-mei, tapi ini memang perjalanan," ucap Ra Sen yang diangguki oleh yang lain.

Mendengar hal itu, Lia hanya mengendikkan bahunya acuh, lalu kembali melanjutkan perjalanan. Hingga suara Li Mei mengusik pendengarannya, membuatnya tertarik untuk sekedar melakukan drama sebagai hiburan di tengah perjalanan.

"Apa yang membuat kamu kuat?" tanya Li Mei dengan tampang seolah-olah melakukan wawancara.

Lia sontak saja menoleh, lalu tersenyum. "Mmmmm ayahanda kaisar," jawab Lia. Jangan heran jika Lia mengetahui perihal ini, bukankah Lia memiliki cincin ruang yang amat sangat ajaib?

"Kenapa kaisar bisa membuat kamu kuat?" kali ini bukan Li Mei, melainkan Jessie yang bertanya.

Lia menampilkan raut sok polosnya, kemudian berucap, "Mmmm, semenjak kehadiran Kaisar, aku jadi berpikir kayak, hei ayo buat racun lebih banyak," ucapnya dengan tampang polos meyakinkan.

Mendengar ucapan Lia, Jessie dan Li Mei sontak saja tertawa, dengan keempat orang yang sedari tadi diam hanya senyum garing, tak mengerti candaan tiga gadis aneh yang ada di depan mereka.

Hari sudah beranjak siang, rombongan Lia pun tengah mengistirahatkan diri dari penat yang melanda tubuh mereka, apalagi kuda yang mereka tunggangi. Beruntung karena mereka memiliki cincin ruang, untuk Yu Ra dan Li Yo sendiri juga bisa menyimpan hangfu dalam cincin ruangnya, meski hanya sekitar 25 hangfu saja namun itu sudah lebih dari cukup.

Mereka makan perbekalan yang di berikan oleh ibu suri dan selir Yaya. Setelah mengakhiri sesi istirahat mereka, mereka kembali melanjutkan perjalanan hingga matahari bersembunyi di balik langit, menciptakan kegelapan dengan hembusan angin yang setia menemaninya.

"Mei-mei, bagaimana jika kita mencari sebuah gua? Hari sudah mulai gelap, tak aman jika kamu tidur di udara bebas seperti ini," ucap pangeran Ra-Sen dengan raut khawatir yang begitu terlihat jelas di wajahnya.

Panglima Luhan mengangguk menimpali ucapan dari pangeran pertama, diikuti oleh ke 4 sahabat Lia yang lainnya, mengetahui hal itu Lia memutuskan untuk mencari sebuah gua sebagai tempat mereka istirahat malam ini, ada benarnya apa yang dikatakan sang kakak bahwasanya bahaya yang mengintai ada begitu banyak diluar kekaisaran.

Mereka terus memacu kuda di dalam gelap malam dengan pemeran dari masing-masing pemilik elemen api,  berhubung diantara mereka hanya Lia dan Jessi yang memiliki element tersebut, oleh karena itu Lia dan pangeran pertama berada pada posisi paling depan, dengan Lia di sebelah kanan, selanjutnya di tengah terdapat Yu Ra, Limei, dan Li Yo, dan barisan paling terakhir yakni panglima Luhan dan Jessie dengan Jessie yang berada di sebelah kiri. Hal ini dilakukan agar pembagian cahaya merata diantara mereka.

"Melihat ini aku juga ingin memiliki elemen api,"  gumam Limei.

Yura dan Liyo hanya menggeleng mendengar gumaman dari sahabat barunya, meski begitu tak menampik bahwa dalam hati mereka juga menginginkan hal yang sama.

"kau memang tidak bersyukur Limei," timpal Lia mendengar gumaman sahabatnya.

"Di depan sana, sepertinya kita bisa beristirahat disana malam ini," kalo ini pangeran pertama yang mengeluarkan suara dengan menunjuk ke arah gua yang berada tak jauh dari mereka.

Mereka sontak melihat kearah apa yang di tunjuk oleh pangeran pertama, beruntungnya karena di gua itu tak ada siapapun, baik itu manusia maupun spirit best, jika ada mereka dapat pastikan bahwa istirahat yang mereka idam-idamkan akan menghilang begitu saja.

"Selamat istirahat, ingat perjalanan masih jauh," ucap Lia saat semuanya telah memasuki gua dengan kuda masing-masing yang telah di ikat pada batang pohon di dekat mulut gua.

Mendengar ucapan Lia, semuanya hanya mengangguk kecil lalu pergi menuju alam mimpi masing-masing, membiarkan kegelapan menyelimuti mereka dengan hawa dingin yang kian terasa sepanjang malam.

-----------

Cahaya perlahan masuk melalui mulut gua, mengganggu tidur siapapun yang ada di dalam sana. Satu per satu mulai terbangun, lalu beranjak menuju sungai yang tak jauh dari sana.

"Sebaiknya kita menangkap ikan disini, sebagai sarapan sebelum kita melanjutkan perjalanan," ucap Lia yang hanya mendapat anggukan dari respon apa yang di ucapkannya.

Selesai membersihkan diri, sesuai dengan apa yang diucapkan Lia sebelumnya, saat ini mereka tengah menikmati ikan hasil tangkapan mereka sendiri, ikan segar yang begitu banyak bahkan saking banyaknya Lia sempat berfikir bahwa di kedalaman sungai tersebut terdapat harta Karun yang berisi ikan, ia mengatakan hal itu karena ia rasa bahwa ikan sungai yang ada di depannya bahkan tak berkurang walaupun mereka sudah mengambil sangat banyak ikan disana.

"Ini lezat," Yura bersuara, dua pelayan yang merangkak menjadi prajurit dan saat ini menjadi sahabatnya Lia memang lebih banyak diam. Lia tau bahwa keduanya masih memiliki rasa enggan mengingat perbedaan kasta diantara mereka. Walaupun Lia sering mengingatkan bahwa kasta bukanlah segalanya, namun kedua orang tersebut masih saja merendahkan diri di hadapan Lia, Lia yang sudah lelah memberi peringatan hanya diam saja membiarkan kedua sahabat barunya melakukan apapun, asal keduanya aman dan tidak mengganggu dirinya.

"Aku yang masak sudah pasti lezat," kali ini Limei yang berucap menanggapi perkataan dari Yura.

Jessie hanya menganggukkan kepala hanya saja anggukan kepalanya terkesan mengejek, "Sepertinya aku akan sangat kesulitan nanti," ucap Jessie.

"Kenapa?"  Tanya panglima Luhan penasaran.

"Karena masakan yang Limei masak pada akhirnya akan mengganggu sistem pencernaan," jawab Lia berusaha menahan tawa melihat wajah kesal Limei.

.............

Masih ada gak ya yang stay?
Author meminta maaf karena hilang, ibarat kata buat nyaman abis itu di tinggalin. Sehabis UAS kemarin author lansung PKL selama 1 bulan, daerah PKL nya di Wajo loh, ada yang dari Wajo kah? Muehehehe, author juga lupa kalo author ada akun wp 😭😭 Mon maap ya teman teman.

Jangan lupa vote nya

Publish Sabtu, 20 Agustus 2022

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Time Travel : Princess Zue Na LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang