10》Berubah

102 25 11
                                    

Sudah 4 bulan sejak Alara tersadar dari koma nya. Kini kondisinya sudah jauh lebih baik, perlahan lengan kirinya pun mulai pulih. Kabar baik juga untuk kakinya yang perlahan sudah dapat Alara rasakan. Mungkin untuk beberapa hari atau minggu kedepan ia akan memulai untuk belajar berjalan.

"Minggu depan Salwa mau dateng, kamu mau bejar jalan sama Salwa kan?"

Kepalanya mengangguk, senyumnya bahkan terulas cantik dengan semangat. Tak sabar menunggu itu semua untuk pemulihan dirinya.

"Tangan kamu udah gak nyeri lagi, nak?"

Kepalanya menggeleng,
"Engga Ummi.. nih, gak sakit lagi Ummi"

Lengan itu Alara gerakan kesana kemari dengan senyuman yang terlihat bahagia. Senang dengan kondisi nya yang perlahan mulai membaik, penantiannya setelah beberapa bulan perlahan mulai terbayarkan dengan rasa sabar.

"Sampai Salwa kesini, nanti kamu sama nak Imran dulu ya, nak? Ummi masih ada perlu dipondok"

Kepalanya mengangguk, tidak masalah dengan itu. Lagi pula Alara ingin sekali cerita banyak tentang perubahan kondisinya saat ini, sudah 2 bulan terakhir sang Ustadz tidak menemuinya bukan? Alara ingin bertukar cerita lagi seperti waktu itu.
















































































































































































"Akang bercanda?"

Kepalanya menggeleng, ia bahkan sudah seperti boneka disini. Perasaan untuk masa depannya bukankah ia memiliki hak itu untuk memilih? Mengapa mereka terlihat begitu egois dengan tidak memperdulikan apa yang tengah ia rasakan pada saat mereka melakukan perjodohan itu?

"Abi dimana, Kang?"

"Kamu mau apa? Mau nolak? Percuma, Akang udah berusaha nolak tapi mereka bilang kalo mereka udah jodohin Akang sama Farah dari kita kecil"

"Akang, sekarang bukan jaman siti nurbaya yang bisa dijodoh-jodohin gitu. Akang mau liat Alara sakit lagi? Akang udah janji kan kalo Akang bakalan nepatin Amanah Ustadzah Irma, kan Kang?"

"Terus Akang harus gimana? Akang gak bisa kabur gitu aja, kamu tau Abi gimana"

"Kalo Akang gak berusaha, gimana sama Alara?"

Hembusan nafasnya terdengar, tubuhnya bangkit dan berlalu begitu saja meninggalkan Salwa disana. Berniat untuk bersiap-siap menemui Alara untuk menjaganya beberapa hari kedepan.

Salwa tidak dapat ikut, walau sangat ingin. Semua terhalang oleh beberapa tugas kuliahnya yang bahkan jauh lebih menumpuk dari bulan sebelumnya.













































































































































































































Because 51:49Onde histórias criam vida. Descubra agora