#01# Beginning

60 12 77
                                    

Ting ....


*

Tring ............






Di tengah ruang besar yang begitu gelap nan sunyi dengan taburan titik-titik bintang penghias tatasurya yang tak berujung, sebuah alunan merdu dari gemerincing lonceng terdengar bergema. Di setiap bunyinya, membekaslah jejak tapak langkah dari suatu entitas yang meninggalkan debu-tebu berwarna putih; bersinar terang, melengkapi indahnya langit kala itu.

Tanpa lelah, sesuatu itu terus menari-nari di luasnya angkasa yang begitu hampa, sendirian. Dirinya sungguh tak pernah bosan dengan apa yang dilakukannya. Ia selalu melakukan tugasnya dengan baik, seperti yang semestinya Ia lakukan saat ini.

Namun, tanpa sadar, kini langkah kaki anggunnya yang terbalut bulu putih selembut sutra itu terhenti tepat di hadapan sebuah benda angkasa yang terpampang jauh berpuluh-puluh kilometer dari dirinya.

Hijau ... biru ... putih.

Antusias. Ekor miliknya kini bergerak ke kanan dan kiri dengan eloknya. Sejauh ini, telah banyak sekali hal-hal yang sudah dirinya tengok, bahkan lebih indah. Akan tetapi, entah mengapa yang satu itu seakan berbeda.

Entah harus mengekspresikan perasaannya dengan bagaimana, sekarang Ia hanya akan mengucapkan kata, 'Indah' kepada sesuatu yang dilihatnya tersebut.

Sebuah keinginan besar lantas terbesit di dalam dirinya untuk mengetahui lebih dalam tentang hal yang dilihatnya itu, membuat energi yang dimilikinya tak seimbang, hingga akhirnya membuat sebagian dari medium antar-bintang mengalami keruntuhan gravitasi. Keruntuhan tersebut membuat suatu tarikan gas pada medium antar-bintang menggumpal, lalu membentuk daerah dengan kepadatan yang lebih besar, sehingga terciptalah sebuah nebula baru di luar angkasa; yakni salah satu benda angkasa yang terlihat mengerikan, tetapi indah.


 Keruntuhan tersebut membuat suatu tarikan gas pada medium antar-bintang menggumpal, lalu membentuk daerah dengan kepadatan yang lebih besar, sehingga terciptalah sebuah nebula baru di luar angkasa; yakni salah satu benda angkasa yang terlihat men...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah tanpa sengaja melakukannya, ia mengalihkan perhatiannya dari planet bumi, ke salah satu obyek tempatnya berasal, yakni bulan.

Nampaknya, sesuatu tengah memanggil dirinya.

Tenang saja. Si sesuatu ini tak merasa terganggu dengan hal itu, sebab dirinya yang dikenal sebagai 'penyeimbang' yang teramat netral, dan tak memiliki emosi seperti rasa kesal, bahagia, atau pun hal terkait. Ya. Memang seharusnya seperti itu, sampai karena keinginannya tadi, dirinya menjadi tak seimbang.

Memiringkan kepalanya untuk beberapa saat, makhluk indah dengan rupa rubah berbulu putih dengan sedikit ukiran bercorak hitam di beberapa garis tubuhnya ini kemudian perlahan menggerakkan keempat kakinya itu untuk melangkah mendekati bulan, atau, tempat awalnya diciptakan dengan tanggung jawab yang menjadi pelengkapnya.

Melesatlah ia ke bulan, si satelit alami bumi yang memantulkan cahaya dari matahari. Layaknya bintang jatuh, kini rubah itu berlari dengan kecepatan 1 tahun cahaya atau 9,5 triliun kilometer per-jam. Dengan kecepatan itu, kurang dari satu detik, ia sudah mendekati bulan.

Di depan bulan, terbuka portal yang cukup besar. Warnanya putih, hampir transparan. Bentuknya spiral memburam. Konon, mitos tersebar di antara para penduduk bumi yang selalu menyaksikan bulan setiap malamnya, tentang kisah suatu legenda akan portal yang dapat membawa seseorang ke dalam sisi lain bulan. Nyata, nyatanya.

Masuklah si rubah kedalam tempat yang tak terjangkau oleh siapa pun kecuali yang terpanggil tersebut. Tempat penuh misteri itu.


***


"Duhai Sang Penyeimbang ... ada hal gerangan apakah yang membuat Engkau nampak kacau? Tak seperti biasanya."

Suara indah pun nyaring bunyinya, menggelegar di sekitar sang rubah. Suara misterius tanpa wujud yang selalu menuntun dirinya, adalah suara sang semesta, menurut si rubah putih ini.

"Apakah karena ulah dari bentala?" suara tersebut melanjutkan pertanyaannya dengan lembut. Semesta itu kini tanpa ragu langsung menanyakan inti dari alasannya memanggil rubah itu.

"Terbentuknya nebula baru bisa membuat hal yang seharusnya tak terjadi menjadi tumpang-tindih ... aku harap Kau mau memikirkannya. Dan terakhir ... ada satu penawaran yang hendak kutawarkan kepadamu."

Ah, saat ini, dirinya—Sang Rubah—tersadar akan semua alasan yang membuatnya terpanggil kembali ke tempat ini. Rubah itu hanya mengangguk lemas, lantas menundukkan kepalanya sebagai tanda penyesalan.

Guratan kurva kini terbentuk tipis, menghiasi senyuman Sang Semesta yang tak bisa dilihat oleh siapa pun. "Kalau begitu, terimalah tawaran dariku ... makhluk-ku, Sang Penyeimbang," tuturnya dengan suara yang hampir sama seperti sebelumnya: lembut, dan menenangkan benak.

Tanpa daya dan upaya untuk menolak, rubah itu kembali mengangguk perlahan sebagai tanda tunduk, lantas mengangkat suaranya. "Akan kuterima dengan sepenuh hati," terang si rubah, tanpa berat hati. Rubah putih tersebut yakin bahwa apa yang dikatakan suara barusan adalah yang terbaik baginya, walau dirinya sendiri tak tahu apa yang direncanakan sang semesta kepada dirinya, dan penawaran apa yang dimaksud saat ini.

𖦹

644 kata
Dipublikasikan pada: Minggu, 26 Des, 2021.

Note: Bentala adalah anonim dari kata bumi.
Hai! Maaf kalau semisalnya pendek, ya ...シ︎ meskipun begitu, semoga saja kalian suka, walau singkat .... Hehe. Hum ... jika ada yang mau ditanyakan, comment aja, okay? Itu aja. Stay safe and healthy, yaa. See U all!


-gentranagusti-

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 29, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

月. The White Fox ˖ ◗                                   [S L O W - U P D A T E]Where stories live. Discover now