4

3K 565 29
                                    

Bagi Ola Melihat pejabat ataupun orang yang sering wara-wiri di televisi terutama orang-orang penting di tempatnya bekerja tidak lagi aneh. 

Bekerja dengan profesional karena saat bertemu di luar mereka seolah tidak saling kenal berbeda ketika mereka berada di tempat Ola bekerja. Mereka berbicara dengan santai layaknya seperti teman, bahkan mereka tidak sungkan bertanya hal vulgar sekalipun demi kepuasan nafsu setannya. 

Tugas Ola melayani pertanyaan mereka karena tugas kepuasan tanggungan teman-temannya yang lain. Meski seperti itu setiap menghadapi pelanggan Ola selalu bersikap ramah membuat lelaki hidung belang itu merasa nyaman dan akan kembali ke tempatnya itu adalah trik marketing dari Ola Kartika

Kehidupan malam begitu gemerlap, desah nikmat di sebuah gedung redam oleh tembok nan kokoh. Pria itu rata-rata sudah memiliki keluarga mereka datang setelah membuang nuraninya, mengikuti hawa nafsu yang tak akan pernah padam sebelum nafas berhenti.

Mereka pemuja nikmat dari seonggok tubuh yang butuh penopang untuk hidup. Uang adalah harga diri yang sebenarnya di muka bumi ini begitu yang diartikan oleh wanita-wanita itu. 

Karena uang seseorang dihargai dan di puji hingga mengalahkan tinggi Himalaya bahkan lembaran bernilai itu mengubah si miskin menjadi ratu yang disegani.

Mereka hanya perlu menyediakan tubuh yang molek, kecantikan bak dewi Yunani dan hentakan yang bisa membuat lelaki mencium telapak kak.

Jadi kalian sudah tahu arti harga diri yang sebenarnya?

"Carikan jadwal kosong Erni." seperti biasa pelanggan setia tahu mana barang bagus. Erni yang piawai membuat para pria itu tertantang.

Ola tidak perlu memeriksa jadwal sahabatnya, ia tersenyum pada pria tersebut. "Padat untuk tiga bulan ke depan." wabita itu memperlihatkan list. "Aku jarang melihat anda, ke mana saja?"

Pria itu tersenyum masam. "Adik iparku hamil," jawab pria bernama Endru salah satu direktur perusahaan textile. "Kamu tahu kelanjutannya."

Ola tidak menanggapi. Itu masalah pribadi, selama bekerja di sini ia banyak mengetahui kejadian luar biasa yang membuat dada terasa panas.

"Sejak hamil istriku sedikit manja, sedikit-sedikit sakit. Kasian kan kalau kuanggurin adiknya."

Ola mengangguk sekali, bukan untuk membenarkan perbuatan Endru tapi sebagai tanggapan jika ia mendengarnya.

Kalaupun istrinya tidak hamil, apakah ada jam jaminan pria itu tidak akan datang ke sini?

"Reni bagaimana?"

"Sama." Ola menghafal list teman-teman yang bookingan padat. "Bagaimana kalau Prisia?"

Endru menggeleng. 

"Kosongkan dua jam saja, Deal 60." 

Kalau menggunakan cara ini Ola akan bekerja dengan cepat. "Jam tiga pagi." mengambil kartu di tangan Endru wanita itu menyelesaikan pembayaran.

Baiklah, Endru akan mengabari istrinya jika ia harus keluar kota.

"Aku minta kamar Rose."

Setelah menerima kunci pintu kamar pria itu tidak langsung pergi. Ia memperhatikan Ola dan tersenyum kecut. "Kenapa tubuhmu bisa se-rata itu?"

Ola tidak tersinggung. Ini bukan kali pertama Endru bertanya hal yang sama bahkan pelanggan lain sering bertanya hal itu. Mereka memuji kecantikan Ola walaupun wanita itu tidak mengenakan make up. Dadanya begitu rata, untung tidak ada yang mengatakan Ola banci.

Endru menyukai Ola, tapi suka tidak akan membuatnya puas jadi ia melambai tangan pada wanita itu.

Setelah Endru naik ke kamar pesanannya, Ola menunduk melihat sesuatu yang seharusnya bisa menggairahkan pria laknat itu terbungkus rapi di balik bajunya. 

Wanita Bertarif Tinggi Where stories live. Discover now