Prolog

139 26 0
                                    

Here's to the ones that we got
Cheers to the wish you were here, but you're not
'Cause the drinks bring back all the memories
Of everything we've been through
Toast to the ones here today
Toast to the ones that we lost on the way
'Cause the drinks bring back all the memories
And the memories bring back, memories bring back you

There's a time that I remember, when I did not know no pain
When I believed in forever, and everything would stay the same
Now my heart feel like December when somebody say your name
'Cause I can't reach out to call you, but I know I will one day, yeah

Everybody hurts sometimes
Everybody hurts someday, ayy ayy
But everything gon' be alright
Go and raise a glass and say, ayy

Here's to the ones that we got
Cheers to the wish you were here, but you're not
'Cause the drinks bring back all the memories
Of everything we've been through
Toast to the ones here today
Toast to the ones that we lost on the way
'Cause the drinks bring back all the memories
And the memories bring back, memories bring back you

(Maroon 5 - Memories)

☕ ☕ ☕ ☕ ☕


April, 2020

     Seorang perempuan berkerudung hitam duduk di atas salah satu ban warna-warni yang berderet. Ia tak sendiri. Beberapa perempuan lain yang seusia dirinya juga yang seusia di atasnya dan beberapa lelaki, juga tampak di hadapannya. Ada yang mengobrol sembari berdiri, ada yang bergosip di bangku panjang, ada yang berburu cilok dari balik pagar, ada yang menemani anaknya bermain ayunan, ada yang mengamati anaknya bermain dengan anak lain, ada pula yang diam memperhatikan gawai. Perempuan berkerudung hitam itu termasuk jenis yang terakhir.

     Perempuan itu mengamati layar gawai. Masih ada setengah jam lagi, kelas akan selesai. Sepertinya, ia datang lebih awal dari sebelumnya. Di dalam kelas, terdengar riuh anak-anak bernyanyi bersama. Ada yang merdu, ada yang suaranya tercekik, fals, bahkan ada yang berteriak seperti tersetrum. Memekakkan telinga. Namun, bagi perempuan itu, terdengar menggemaskan. Selalu ada-ada saja tingkah anak kecil. Senyum kecil hadir begitu saja menghiasi wajah si perempuan.

    Tak lama, gawai perempuan berkerudung hitam itu berbunyi. Sebuah notifikasi pesan baru di aplikasi WhatsApp, terlihat. Dibuka akun WhatsApp, sebuah nomor baru muncul menyapanya. Nomor asing yang tidak tersimpan dalam kontaknya. Sekali sentuh, pesan itu akan centang biru di gawai pengirim. Tanda sudah ia baca. Mungkin seorang teman lama. Dijawabnya pesan itu dengan cepat. Juga ingin tahu siapa pengirimnya. Siapa tahu memang orang penting yang mengiriminya pesan.

    Perempuan itu membelalakkan mata, tak percaya. Melihat pesan teks di menit ketujuh, entah mengapa dugaannya mengarah pada seseorang. Jantungnya mendadak berdegup kencang. Bak parade drumben, bertalu-talu memenuhi segala penjuru dada. Namun, pikirannya seolah mengatakan itu adalah hal mustahil yang akan dilakukan seseorang dalam dugaannya. Ia keluar dari akun WhatsApp miliknya di menit kesebelas setelah membaca pesan dari nomor baru itu. Perlahan, meredakan degup jantungnya.

     Secuil perasaan penasaran menghampirinya, sebenarnya ingin tahu bagaimana kabar si pengirim pesan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


     Secuil perasaan penasaran menghampirinya, sebenarnya ingin tahu bagaimana kabar si pengirim pesan. Namun, ia memilih berdiri, melangkah menuju jendela kelas, mengamati anak-anak kecil yang masih bernyanyi. Ia menunggu seorang anak lelaki yang dilihatnya duduk di barisan depan. Sembari menggoyang-goyangkan badannya yang gembul, anak itu terlihat sangat lucu.

☕ ☕ ☕ ☕ ☕


     Seorang perempuan berpostur biasa saja, mengenakan kerudung besar kuning gading, memesan secangkir cokelat hangat di sebuah kedai minuman. Perempuan dengan warna manik kehitaman itu duduk di sudut kedai menunggu pesanannya. Perempuan berwajah bulat dengan dahi luas dan pipi penuh itu memiliki bentuk hidung yang juga bulat, dengan mata berbentuk biji almond. Dia tidak cantik. Hanya saja saat tersenyum, menampilkan sederet gigi putihnya bagai kelinci, menjadikannya tampak manis. Perempuan itu bernama Zaara Zahirah.

     Siang yang mendung, awan kelabu menggelayut di langit. Zaara menatap ke luar, rintik hujan pertama mulai turun. Satu, dua, tiga, hingga beruntun menghujani bumi. Saat datang ke kedai, gadis ini begitu terburu karena takut kejatuhan air langit. Zaara sedang ada janji temu dengan seseorang. Ia melirik gawai yang baru saja dikeluarkan dari tasnya, menunjukkan pukul dua siang. Setengah jam lagi, masuk waktu asar.

     Zaara membuka WhatsApp. Ia baru saja ingat belum membalas pesan tadi pagi yang diabaikannya dari nomor baru. Dijawabnya pesan itu, kemudian matanya kembali memandang ke luar. Tanah sudah basah. Salah satu kesukaannya adalah melihat hujan mengguyur bumi. Gawainya lantas berdering, membuyarkan lamunan Zaara. Zaara meraih gawai, notifikasi nomor baru muncul di layar. Bersamaan dengan pesanan secangkir cokelat hangatnya datang.

     Zaara terkejut membaca balasan cepat dari nomor baru. Sebuah nama yang mengingatkannya tentang periode lalu. Zaara hanya tak ingin percaya, sosok yang ditunggunya yang kini menyapa di WhatsApp. Zaara kembali memastikan jika dugaannya salah. Respons kilat datang dari balasan nomor baru. Saat membacanya, jantung Zaara mulai berdebar. Pengirim pesan dengan nomor baru itu mengatakan bahwa ia benar adalah sosok dari masa lalu Zaara.

     Aktivitas Zaara dengan gawainya, terhenti. Zaara mengambil secangkir cokelat hangatnya di meja. Meneguk perlahan. Meredakan debaran jantungnya yang mengentak-entak seketika. Pikirannya masih menolak mengakui jika ia kedatangan tamu dari masa lalu. Entah harus senang atau bagaimana, Zaara sukar mendefinisikan keadaan hatinya kini. Seperti ada yang menyangkut di tenggorokan, Zaara membuang napas, berat.

     Seakan tepat dengan suasana hati Zaara, kedai itu menyetel lagu slow dari Maroon 5 berjudul Memories. Bibir Zaara melukis senyum kecut. Ia masih sangat jelas mengingat sosok dari masa lalunya. Seorang lelaki yang menyukai keasaman kopi, yang pernah duduk di hadapan Zaara di tempat yang sama dengan Zaara duduk saat ini. Lelaki yang lebih suka memanggilnya "Ade" sebagai julukan adik kecil. Adian Pranata.

"Everybody hurts sometimes
Everybody hurts someday, ayy ayy
But everything gon' be alright
Go and raise a glass and say, ayy

Here's to the ones that we got (oh)
Cheers to the wish you were here, but you're not
'Cause the drinks bring back all the memories
Of everything we've been through (no, no)
Toast to the ones here today (ayy)
Toast to the ones that we lost on the way
'Cause the drinks bring back all the memories (ayy)
And the memories bring back, memories bring back you"


☕ ☕ ☕ ☕ ☕

SEDUHAN TERAKHIR (Finished)Where stories live. Discover now