6. Kenyataan

181 43 12
                                    

Hari semakin gelap, angin malam menerpa wajah Taehyung yang masih berdiri di balkon dengan secangkir kopi panas ditangan kirinya.

Tangan kanannya sibuk memperhatikan ponsel yang memperlihatkan titik lokasi yang sedari dua hari lalu tidak berpindah.

Taehyung menghela nafasnya, mencoba mengenyahkan segala kemungkinan terburuk yang ada di kepalanya. Semua persiapan keberangkatan keluarga angkatnya hampir rampung, mereka akan segera berangkat besok.

Taehyung berjalan menuju kamarnya, dengan perlahan tangannya terulur membuka pintu. Siluet seorang wanita yang tidur membelakangi pintu sejenak membuat jantungnya berdegup kencang, entah kenapa yang Taehyung pikirkan adalah bahwa wanita itu Rosé.

Ia melangkah mendekat dan duduk di samping wanita itu dengan sepelan mungkin. Taehyung memperhatikan wajah Jisoo dengan seksama, wajah yang hampir sebulan tidak ia lihat. Wajah ketakutan yang terus muncul di mimpi buruknya selama ini adalah wajah Jisoo, suara teriakan yang menggema di telinganya meminta tolong adalah suara Jisoo, wanita yang selalu memenuhi ruang ingatan dan hati Taehyung sejak belasan tahun lalu.

Tangan Taehyung terulur untuk mengusap pipi Jisoo dengan lembut, ia terkejut ketika mendapati Jisoo membuka matanya dengan lebar.

"JANGAN!" Jisoo beranjak duduk dan mundur dengan ketakutan.

Taehyung terkejut melihat ekspresi Jisoo yang tampak begitu ketakutan.

"Ini Taehyung," ucapnya selembut mungkin, mencoba untuk meraih Jisoo.

Jisoo menatap Taehyung dengan nafas memburu. Setelah pandangannya jelas, tangisnya pecah dan Taehyung segera meraihnya kedalam pelukannya.

"Ssstt.. kita aman sekarang, kita aman.." Taehyung memeluk Jisoo yang terisak dan mengusap punggungnya selembut mungkin.

Jisoo terus menangis, segala trauma yang menghantuinya terus menerus menghantui. Ingatan tentang terkurung di tempat gelap dan sempit, hanya diberi makan sekali sehari, lalu para pria yang menakut-nakutinya walaupun memang tidak sampai menyentuhnya.

"Aku takut.. Taehyung, jangan pergi. Jangan.." Jisoo memeluk Taehyung dengan erat, bayangan ketika ia dibawa paksa dari rumahnya membuatnya benar-benar bergetar ketakutan.

Taehyung merasakan hatinya perih, ia mengeratkan pelukannya. "Aku janji, aku gak akan pergi. Aku janji," ucapnya.




***



Jisoo kembali tertidur setelah mulai tenang, sementara Taehyung masih duduk di sana menemaninya.

Kini kepalanya terasa semakin penuh, apa yang harus dia lakukan? Jisoo membutuhkannya dalam keadaan seperti ini.

Sementara jauh didalam lubuk hatinya, Taehyung semakin takut. Apakah mungkin, keadaan Rosé juga seburuk ini? Atau apakah lebih buruk?

Taehyung melangkah keluar kamar, langkahnya terhenti ketika melihat teleskop yang berada di samping pintu kamarnya.

Ingatannya kembali pada saat dimana ia dan Rosé menghabiskan waktu semalaman hanya untuk melihat bulan dan bintang melalui teleskop.

"Wow! Lihat!" Rosé dengan antuasias menunjuk langit di malam hari yang pada malam itu menunjukkan cahaya bulan dan bintang dengan jelas.

"Kamu suka bintang?" Taehyung tersenyum menghampiri Rosé yang berdiri di dekat jendela besar yang ada di kamarnya.

Rosé mengangguk dengan antusias, "sangat! Kalau bisa aku mau terbang kesana."

Taehyung tersenyum mendengar ucapan Rosé, "kalau belum bisa terbang, mau lihat mereka lebih dekat?" Tanya Taehyung.

Rosé membulatkan matanya, "bisa?!"

LUCID DREAM [ Taerosé ]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora