Kehadiran Lin Da-wang membuat semua murid terdiam. Meski banyak saksi, tetapi tidak ada yang mau membuka suara untuk membenarkan peristiwa yang baru saja menimpa Shao-luo. Tidak ada yang mau berurusan dengan Guo-yang dan kedua temannya.
"Shao-luo, kamu kembali ke tempat dudukmu." Lin Da-wang memapah Shao-luo sampai tempatnya, kemudian ia kembali ke meja. "Guo-yang." Ia memandang Guo-yang. "Berdiri!" perintahnya langsung dituruti oleh Guo-yang yang lekas berdiri. "Di depan kelas sampai jam pelajaran saya selesai."
Guo-yang terkejut, termasuk semua murid jadi memandang ke posisinya yang sudah berdiri. Sambil mengepalkan tangan, ia menuruti perintah sang guru dengan melangkah keluar kelas.
Shao-luo merasa tidak nyaman dengan keputusan Lin Da-wang untuk memberi hukuman seperti itu pada Guo-yang. Ia pun berdiri. "Lin Laoshi, kenapa Laoshi menghukum Guo-yang? Dia tidak salah apa-apa."
"Shao-luo, badanmu pasti sakit karena tadi terjatuh, kan?" Lin Da-wang mengalihkan pembicaran.
Shao-luo mengangguk. Ia masih merasakan denyutan di tangan dan kaki.
"Kalau begitu, biarkan Guo-yang merasakan sakit yang kamu rasakan," jawab Lin Da-wang, memandang serius.
Shao-luo membelalakkan mata. Ia tidak ingin Guo-yang menerima sesuatu yang sama sekali tidak sesuai. Kebaikan dibalas kejahatan. Hal itu makin membuat dirinya merasa bersalah. "Laoshi." Ia meremas ujung meja. "Jika laoshi tetap menghukum Guo-yang, aku akan menemaninya di luar." Tanpa perlu menunggu izin atau larangan, ia langsung keluar dari kelas.
Lin Da-wang menggeleng heran dengan sikap muridnya itu yang begitu membela Guo-yang. Ia sudah kehilangan waktu mengajar sehingga membiarkan mereka berdiri di luar, lalu melanjutkan mengajar.
Saat jam istirahat, Shao-luo buru-buru ke kantin untuk membeli sebotol mineral perisa lemon, lalu kembali dan menaruh minuman itu di meja Guo-yang.
"Apa ini?" tanya si murid tampan sambil mengerutkan dahi.
"Maaf dan terima kasih." Shao-luo mengusap rambut bagian belakang, merasa tidak enak hati. "Lagi lagi kamu dihukum Lin Laoshi."
"Kamu baik-baik saja, kan?" Guo-yang sedikit khawatir karena tadi saat berdiri di luar, dirinya melihat Shao-luo tampak pucat ditambah terlalu lama berdiri.
"Meishi meishi," jawab Shao-luo sambil tersenyum.
Sejak kejadian itu, Shao-luo mulai berani mendekati Guo-yang. Ia mengobrol begitu cerewet, sedangkan sang lawan bicara hanya menjawab seperlunya. Melihat Shao-luo yang terus-menerus mendekati Guo-yang, Qi-yi dan Ma-chao mulai merasa tidak senang. Mereka berdua jadi sering menyuruh Shao-luo dengan alasan Guo-yang yang memintanya.
Tanpa Shao-luo sadari, Yu-xing beberapa kali memperhatikan dirinya. Hingga Shao-luo sampai di titik agak tidak bersemangat dan duduk merenung setelah makan, murid misterius itu pun menghampirinya dan menyapa,"Shao-luo."
"Kamu menyapaku?" tanya Shao-luo, mengernyit.
Yu-xing mengangguk. "Shao-luo, kamu baik-baik saja?" tanyanya, sedikit khawatir.
"En. Aku baik-baik saja," jawab Shao-luo yang beranggapan bahwa dirinya sedang dalam keadaan baik.
"Tidak bisakah kamu hanya memikirkan dirimu sendiri? Untuk apa kamu selalu menuruti kemauan mereka?" Yu-xing berusaha mengingatkan Shao-luo.
YOU ARE READING
Our Youth | Wo Men De Yang 我们的样 (TERBIT)
Teen Fiction[Mandarin Fiction] Blurb: Xun Shao Luo, murid yang cerewet dan sering di-bully, kurang pintar, tidak jago bela diri mencoba berteman dengan Guo Yang yang terkenal serta pintar dan Yu Xing yang misterius. Pertemanan Shao Luo dengan Guo Yang dan Yu X...