DUA

441 54 41
                                    

Tasha

Kalau Tasha boleh milih, dia kayaknya pengen melebur sama dinding lift aja deh. Dari detik pertama Basel muncul di lift, sebenernya Tasha udah kepikiran banyak cara untuk kabur.

1. Lari keluar dari lift dan turun lewat emergency stair.

Tapi ini batal karena Tasha tau dia tuh lemah. Gak mungkin banget dia bisa turun sepuluh lantai pake tangga. Kenapa? Keburu jantungnya teriakin dia : 'lu yang berhenti apa guaaa ya?!!'

2. Pura-pura gila dan dorong Basel keluar dari lift.

Gak mungkin juga karena Basel badannya gede, dan kelihatannya bukan lawan yang pas kalau diajak gulat. Ini mah sih bakalan memancing emosinya Basel yang ada.

3. Pura-pura hilang ingatan aja.

Apalagi ini, wah! Basel kelewat kenal sama Tasha dan pasti langsung point out drama'nya Tasha. Yah'kan malu kalau ketauan bohong.

Tapi setelah pertimbangan cepat, Tasha memilih jalan ke-empat.

Bersikap berani dan menghadapi Basel.

Mungkin kedengeran gak masuk akal, terutama karena ini keluar dari mulut orang yang menghindari Basel Aditya Bagaskara setengah mati. Tapi ketika keadaan terpojok begini, pilihan apalagi yang dia miliki selain menghadapinya?

Makannya Tasha bergeser dikit buat ambil jarak biar bisa mikir sambil berusaha menenangkan dirinya dan imajinasi gila'nya. Setelah dia berada di jarak yang aman dan pintu lift juga sudah benar-benar tertutup, Tasha lalu berkata dengan suara yang lebih tenang.

"Hai," jawabnya sok ramah, dia kemudian berusaha mengulas senyuman lebar kepada Basel. "Apa kabar Kak Basel?"

Anjay.

Apa kabar dong ah.

Sok keren banget padahal aslinya ketar ketir setengah mati.

Tapi gimana ya, bersikap netral begini adalah solusi terbaik buatnya. Pokoknya bersikap seolah-olah mereka hanya teman lama aja, dibanding berlutut minta maaf kayak dia waktu SMA dulu'kan gak mungkin ya? HAHAHA, walaupun dipikir-pikir lucu juga, tapi mustahil banget dia lakuin. Bisa-bisa dianggap gak bisa move on karena masih mengingat hubungan mereka sedetail itu.

'Tapi emang udah ya?' batin Tasha miris.

Mereka baru turun satu lantai dan tiba-tiba aja Basel ketawa, cowok itu menutup wajahnya dan membelakangi Tasha sambil ketawa.

Hal itu bikin Tasha ngeri. Level marah tingkat tinggi nih. Dia udah menebak kalau ketawanya Basel mengindikasi'kan kemarahan cowok itu yang udah gak bisa terkendali. Kayaknya saking marahnya sampe cuman bisa ketawa doang.

'HADOOOH, mana marahnya sama kamuuu,' rutuk Tasha dalam hatinya.

Sepanjang awal kenal sampe sebelum mereka putus dulu, Basel tuh jaraaang banget marah sama dia. Basel tuh tipe cowok yang gak mau berantem gede sama ceweknya, walaupun diluar cowok ini tuh beringas dan galak banget, kalau udah sama Tasha, Basel tuh...kayak...soft gitu.

Makannya, liat Basel kayak gini tuh baru pertama kali.

Dan itu, bikin Natasha Adelina takut sendiri.

Rasanya tuh lama, padahal sebentar. Pada lantai lima Basel kemudian berbalik. Ajaibnya, sikapnya jauh lebih tenang. Dan Tasha gak tau harus merasa bersyukur atau malah harus lebih khawatir.

"Lo...nanya kabar gue?" tanya Basel perlahan, ketika dia mengangguk Basel mengikutinya mengangguk, lalu kemudian bicara lagi. "Baik. Tapi...many things happen Tash, elevator ride gini gak cukup'lah buat gue cerita. Coffee ya?"

RomanciteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang