Bab 02: Hari Pertama

1K 162 10
                                    


         SEJAK dulu, Uchiha Sasuke tidak terlalu menyukai mansionnya, bukan karena ia tidak senang dengan statusnya, ini lebih kepada hubungan kedua orang tuanya yang tidak harmonis. Hal yang paling ia ingat adalah bagaimana udara dingin yang ia rasakan saat ia harus belajar mati-matian di meja belajarnya seorang diri atau saat ayah dan ibunya tiba di rumah―bertengkar dengan banyak hal yang terasa menyesakkan, sementara kakaknya―Uchiha Itachi terbunuh di peperangan saat membela Kerajaan Veneurfranch, di usianya yang ke tujuh belas tahun sedangkan saat itu Sasuke masih berada di usia dua belas tahun, masih begitu belia untuk menerima kepergian kakaknya.

Tidak ada hal yang tersisa, keluarganya tidak menyenangkan dan yang ia lakukan hanyalah mencoba yang terbaik untuk tetap fokus akan jadwalnya yang selalu sama, dengan begitu ia tidak akan bingung memikirkan hal yang tidak penting dalam hidupnya.

"Sasuke-sama." Kepala pelayan kediaman Uchiha―Juugo membangunkannya dari luar kamar. "Sarapan anda sudah siap dan Hinata-sama sudah menunggu anda."

Sasuke menyibak selimutnya. "Aku segera datang." Sesaat ia terdiam―mengingat mimpi tentang keluarganya dan merasa aneh. Sudah sejak kapan aku melupakan keluargaku? Sasuke jadi berpikir kembali, kapan terakhir kali ia mengingat keluarganya? Mungkin karena ia baru saja menikah jadi ingatan mengenai keluarga segera menyeruak dalam mimpinya.


-ˋˏ༺༻༺༻ˎˊ-


Sebelum cakrawala terbangun akan cerahnya matahari dan sebelum Sasuke bangun dari tidurnya, Hinata sudah terlebih dahulu bangun pagi dan memilih untuk pergi mengunjungi kebun sayur-sayuran dan buah-buahan milik Uchiha. Ia ikut memetik sayuran bersama para maid dan bercengkrama akrab mendiskusikan menu sarapan bersama Kepala Chef Uchiha. Menurutnya keseharian pagi seperti ini akan menyenangkan, terlebih Sasuke tidak akan melarangnya―semua hal akan baik-baik saja dari sekarang.

"Your Grace," Hinata tersenyum dengan manis. "Selamat pagi, apakah tidur anda nyenyak semalam?"

"Hn, selamat pagi." Sasuke agaknya masih belum terbiasa untuk mendapati statusnya sebagai seorang suami dan menemukan Hinata di ruang makan bersamanya. "Aku baik. bagaimana denganmu?"

"Syukurlah kalau begitu, saya sama seperti anda." Hinata tidak pernah melepaskan wajah ayunya yang tersenyum itu, Sasuke jadi berpikir apakah Hinata tidak memiliki ekspresi lainnya selain tersenyum?

Entahlah, Sasuke mencoba untuk tidak peduli dan melahap sarapannya dalam diam dan sama seperti Hinata, wanita itu memiliki etiket makan yang baik dan bersikap tenang.

"Sasuke-sama?" Setelah selesai dengan sarapannya, Hinata bertanya dengan lirih. "Apa agenda anda setelah ini? Saya dengar anda pergi ke Istana?"

"Hn," Jawab Sasuke dan Hinata agaknya sudah terbiasa dengan jawaban Sasuke kendati ia baru tinggal satu hari dengannya.

"Aku sudah selesai," Hinata mendongak―menatap suaminya. "Aku akan bersiap ke Istana." Sasuke bangkit kemudian dibantu pelayan mempersiapkan baju formalnya dan segala berkas-berkas yang ia butuhkan, selama kesibukannya itu istrinya masih setia menunggu untuk mengantarkannya hingga pelataran mansion.

Sasuke berhenti, berbalik untuk menatap istrinya. "Jika nanti waktunya tiba, kau harus ikut denganku ke Istana."

"Istana? Untuk apa saya ke sana?" Hinata bertanya dengan bingung.

"Memberi salam pada Yang Mulia Raja dan mendapat berkat pernikahan."

"Ah, begitu!" Hinata kemudian menutup mulutnya dan tersenyum malu. "Maafkan saya," ia menunduk dan berkata lembut. "Kalau begitu, saya akan menantikan hari itu tiba, Your Grace."

"Hn." Dan Sasuke dengan canggung menepuk puncak kepala istrinya di depan semua pelayannya. "Aku berangkat." Ucapnya sesaat memasuki kereta kuda milik keluarga Uchiha bersama Hatake Kakahi―Sekretaris pribadinya dan Uchiha Shisui―Knight pribadinya yang menaiki kuda di samping kereta.

"Sampai jumpa kembali, semoga hari anda menyenangkan Sasuke-sama." Hinata mengatakannya tulus dengan senyuman yang tak pernah hilang dari wajah cantiknya.

Sepeninggal Sasuke pergi, Hinata memilih untuk melakukan needlework bersama dayang-dayangnya, ia senang ketika banyak pelayan yang memuji keahlian menjahitnya, karena hal itu Hinata berjanji untuk menjahit sapu tangan untuk semua pelayan perempuan di mansion ini. Tapi bagi sebagian orang itu berlebihan, bahkan Mayu yang sudah menjadi pelayan pribadinya sejak ia remaja dan hidup di South Winterglass agaknya tidak setuju.

"Anda terlalu baik, Hinata-sama." Ujarnya, tapi bagi Hinata itu tidak ada apa-apanya dengan semua pelayan yang sudah bekerja keras di mansion ini.

Setelah selesai dengan itu, Hinata memilih pergi berkeliling mansion bersama kepala pelayan―Juugo dan diberi banyak penjelasan mengenai House of Uchiha.

Setelah banyak penjelasan mengenai House of Uchiha, Hinata menjadikan perpustakaan dan taman menjadi tempat favoritnya, mau bagaimanapun ia harus menikmati kehidupannya yang baru di sini 'kan? Tidak ada waktu baginya untuk bersikap santai, sedih atau berandai-andai, apalagi tugas seorang Duchess sangatlah besar.

"Your Grace?" Mayu, sang pelayan pribadi Hinata memanggil nyonyanya dengan lembut.

"Ya?" Hinata menjawab dengan meletakkan buku dari tangannya. "Mayu, ada apa?"

"Ini surat untuk anda dari House of Yamanaka, Countess Ino." Mayu memberikan surat di atas nampan besi yang berornamen burung pada pegangannya itu pada nyonyanya. "Bagaimana, Hinata-sama?" Mayu sedikit khawatir melihat kerutan di kening Hinata yang tidak biasanya seperti itu.

"Ini undangan pesta teh!" Hinata menjadi bersemangat. "Aku dengar Countess Ino adalah sahabat semasa kecil Sasuke-sama." Wanita berambut indigo itu tersenyum cerah dan Mayu mengangguk dengan sopan―membenarkan perkataan Hinata.

Hinata berpikir, kalau ia bisa menemui teman-teman Sasuke, itu artinya ia akan selangkah lebih maju untuk mengenal suaminya.

Kendati Sasuke menyuruhnya untuk menganggap ini semua hanyalah pernikahan kontrak belaka, Hinata rasanya hanya ingin bersikap selayaknya istri yang sesungguhnya dan tidak ingin menganggapnya sebagai hubungan bisnis belaka. Mau bagaimanapun Sasuke sudah baik padanya dan tidak ada salahnya juga baginya untuk membalas perbuatan baik lelaki itu.

"Apakah anda ingin datang, Hinata-sama?" Mayu bertanya dengan penasaran.

"Tentu saja aku akan datang." Hinata meletakkan surat undangan itu di meja perpustakaan kemudian membuka buku jurnalnya yang selalu setia ia bawa kemanapun. "Tolong bantu aku mengosongkan jadwal di akhir pekan dan menyiapkan gaun yang cocok untuk pesta teh ini, Mayu."

Hinata kembali tersenyum. "Tolong bantu aku ya?"

"Your Grace! Tanpa anda memintanya, itu sudah menjadi kewajiban untuk saya," Mayu memandangnya dengan haru. "Saya akan menyiapkan segalanya." Mayu tersenyum sumringah. "Anda tidak perlu khawatir, serahkan semuanya pada saya!"

Dan hari pertama terlewati sudah, Hinata senang menjalani kehidupannya yang baru sebagai istri Duke, mau bagaimanapun ia ingin bisa bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya dan jika diperbolehkan, ia ingin berharap untuk bahagia di keluarga kecilnya nanti. Semoga Dewa bisa mengabulkan doa berharganya ini, kendati tidak dalam waktu singkat, Hinata berharap semoga semuanya baik-baik saja. []

What A Duke Desires [Pause]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora