chapter 40

9.1K 1.1K 182
                                    

o0o

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.o0o.

Ruang kesehatan

Ting tong

"Ya tunggu sebentar"

Ceklek

Keluar lah seorang pria dengan jas putih yang melekat ditubuhnya
Wajah tampan dan rupawan yang merupakan incaran para wanita

Lelaki itu adalah Fabumi Ravenska Van Duvessa seorang siswa jenius sekaligus dokter muda pertama yang ada di academy

Dan juga orang yang kusuka pada pandangan pertama

Aku terus memandangi nya sambil tersenyum tanpa memperdulikan Aurora yang kesal karna sendari tadi panggilan nya tidak di gubris oleh ku

Tak

Jitakan sayang telah mendarat di kepalaku yang malang ini

Aku melirik Aurora dengan kesal

"Ekhem...hm apa ada yang kalian butuhkan?" Tanya fabumi

Aku segera sadar dan berbalik melihatnya lagi, entah kenapa jantungku berdebar sangat kencang saat mataku dan matanya saling bertubrukan

Aurora yang jengah dengan tingkahku ini segera membawaku masuk tanpa menjawab ucapan fabumi tadi dan segera membaringkan badan ku di kasur

"Obatin!" Suruh Aurora pada fabumi

"Sut kak! Ga boleh gitu" tegur ku sambil menyenggol bahu nya

Aurora mengedikkan bahunya acuh

Kulihat fabumi hanya tersenyum maklum, ya kalian tahukan gimana senyum dokter itu....hmm mempesona...

"Baik lah, ini akan sedikit perih" ucapnya lalu mengarahkan tangannya ke lututku

Lalu keluar lah cahaya hijau dari tangannya,sama seperti yang kulakukan saat mengobati teman-teman ku saat bertemu dihutan kala itu

Setelah beberapa menit akhirnya pengobatan pun selesai
"Selesai, kamu boleh istirahat terlebih dahulu disini sampai waktu makan malam selesai,jika kalian lapar, kalian bisa ambil makanan di sebelah kanan situ ada makanan khusus yang memang telah disediakan untuk orang-orang yang datang kesini"

Kami hanya mengangguk

"Baik jika sudah mengerti saya akan kembali keruang saya, jika ada yang dibutuhkan kalian bisa pencet tombol di samping ranjang, terimakasih" ucap fabumi, lalu pergi dengan senyuman ramah yang masih melekat diwajahnya

Transmigrasi GraciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang