To Grow Old With You and New Years, New Beginnings

402 36 3
                                    

Naruto, Hinata, NaruHina (c) faihyuu

Naruto (c) Masashi Kishimoto

Rated T

Warning(s): (semi) Canon, AU, Miss Typo(s), OOC (sebisa mungkin untuk dibuat IC), dsb.

Untuk #NHMonth2021.

Penulis tidak mendapat keuntungan materiil apa pun dari cerita ini selain kepuasan batin.

• To Grow Old With You and New Years, New Beginnings—Afeksi Penutup dan Pembuka Tahun •

(Canon)

|•|•|•|•|

Suara menggelegar bak meramaikan malam kala itu, percikan cahaya penuh warna yang mengudara hingga hampir menyentuh angkasa. Sorak-sorai para manusia; menyambut angka-angka baru dalam hidup mereka.

Di luar dan seluruh perayaan pergantian tahun setelah halai balai yang telah dilalui Konoha.

Begitu pula dengan Naruto dan Hinata.

Berdua di ruang semesta mereka. Bercengkrama, berbagi afeksi—cinta. Segala-galanya yang diinginkan sang pria. Seluruh hidup si wanita.

Manik kecubung bak rembulan di atas sana terbuka. Menampilkan pendar-pendar cahaya unik; abu-abu, putih, dan sedikit gandaria. Bertemu dengan lembayung biru kala siang nan ceria.

"Anata..."

"Di sini saja," Manja. Mungkin nama lain Uzumaki Naruto, sang pria. Mendekap erat istrinya. Membaui lavendel dan setitik vanili manis si nila. Mengerahkan segala suka duka dan seluruh rasa. "Aku mau melepas segala lelahku dahulu."

"Bagaimana kalau nanti kita dicari?"

Sentuhan ringan dan senyaman sutra dirasakan sang pria. Sang istri dengan segala kelembutannya. Membingkai wajah Naruto dengan buku-buku jemari milik si nila.

"Kan sudah ada bunshin kita yang berjaga. Kawaki, Boruto, dan Himawari pun pasti akan saling menjaga satu sama lainnya. Konoha mengerti," Kembali dinikmati wewangian diciumi oleh Naruto—selalu berhasil menyembuhkan dan memenangkan segala baginya. "Kalau Hokage mereka sedikit lelah dengan segala pertarungan gila akhir-akhir ini."

Ya, Naruto agak lelah—dengan segala kegilaan yang ada. Hanya ingin sedikit menikmati sejenak masa dan ruang semesta ditemani oleh seluruh dunianya. Hokage memang mimpinya, ingin menjadi surya dalam tata semesta manusia agar dapat banyak pengakuan dan cinta. Namun terkadang baskara pun membutuhkan waktu untuk sedikit melepas lelah; bercengkrama dengan kirana—mencumbui dan bercerita segala.

"Aku—" Ada setitik keraguan pada manik itu, membuat kepala keluarga Uzumaki kini terpendam dalam tanya.

"Ada apa, Hinata?"

Hening membumbung tinggi ke udara. Sebelum akhirnya Hinata kembali melantukan sebuah suara.

"J-jika kita benar-benar tak bisa bersama sampai rambut kita memutih," Kegetiran dalam nadanya. Hinata kini menutup mata sejenak, sebelum akhirnya kembali menyapa dengan manik unik sang wanita nila. "Entah Naruto-kun terlebih dahulu, atau bahkan aku—"

"—tidak, tidak. Jangan konyol, Hinata." Naruto menggeleng pelan. Makin erat dan erat lagi pelukan. Bak takkan pernah dilepaskan. "Aku bisa sekarat juga jika kau yang pergi terlebih dahulu."

Naruto, Hinata, NaruHinaWhere stories live. Discover now