Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Derap langkah kaki berpacu terburu di sepanjang koridor, dengan kobaran kemurkaan membalut daksa. Awan mendung pun mulai mempersilakan rintik hujan turun membasahi bentala pagi ini.
Bermodalkan kekesalan yang sudah mencapai puncak, Arjun semakin mempercepat langkah untuk menemui sobatnya, guna untuk membuncahkan permasalahan yang sudah ia bungkus rapih tetapi tetap tumpah ruah dirasa.
Hingga ia memasuki satu kelas yang masih dihuni beberapa entitas, gebrakan meja lah aksi yang pertama kali ia lakoni, hingga sobatnya yang tengah menempelkan pipi di meja pun melotot kaget.
“Anj—, gue kira duit segepok jatoh ke meja gue.”
Dengan nafas masih menggebu, Arjun bersedekap dada. Ia masih belum menyadari bahwasanya kini ia tengah menjadi bahan tontonan siswa-siswi didalam ruang kelas tersebut.
“Lo ngasih nomer gue ke siapa, bangsat!” adalah konversasi manis yang si mungil dedahkan.
“Gue?”
Hembusan nafas malas pun Arjun lakoni, sudah marah ditambah kesal pula. Inilah penyebab sumbu pendek Arjun berasal. Sebab, ia terbiasa dihujani sifat durkarsa manusia. Mau tidak mau masalah sekecil apapun bisa memantik pawaka amarah yang pada dasarnya memang sudah ada pada diri Arjun.
“Chan, gue tau ya niat jahil lo yang udah mendarah daging bahkan sampe ke tulang-tulangnya.”
Chandra membuka mulut, menutup kembali kemudian membuang nafas lelah, “denger Jun, gue ga ngerti lo ngomong apaan?”
Arjun mengarahkan tatapan ke sepenjuru ruangan, didapatinya teman-teman sekelas Chandra terdiam sambil menguping konversasi harmonis mereka pagi ini. Merasa bahaya, ia memajukan wajahnya seraya mematenkan tatapan tajamnya, “ada yang chat gue dengan embel-embel temen main lo.”
“Hah? Bang Jeno kali.”
“Apaan, anjir, abang-abang.” si empu pemilik nama memasuki kelas dengan langkah coolnya, ala-ala orang ganteng, Chandra yang bilang.
“Ya lo kan calon abang ipar gue, njing.”
Jeno menggelengkan kepala, ia memilih duduk tenang di singgasananya, yang tepat pada sisi sebelah kiri meja Chandra, bersiap memasang airpods, jujurly ia sungguh sangat malas melihat berdebatan apapun itu antara Arjun dan Chandra. Cuma, buang-buang tenaga.
“Chan! Jawab!”
Merasa semakin didesak, Chandra pun mulai menjambaki rambutnya, dengan raut penuh akan syarat kefrustasuan, “mimpi apa gue semalem, berhadapan sama manusia keji ini YaTuhan.”
“Semalem ada yang chat gue.” seraya mengulurkan ponselnya yang sudah menampilkan room chat Arjun dan orang tidak dikenal yang digadang-gadang adalah teman Chandra.