SEBUAH CIUMAN

804 27 5
                                    

"Cinta yang tulus bagaikan rintik hujan, selalu menenangkan dari gelisah, selalu menyenangkan dari resah."

****


Dihari libur Olivia menyibukkan diri agar tidak berkomunikasi dengan Ansel atau lebih tepatnya menghindar. Sejak kejadian di kantor kemarin, Olivia lebih banyak diam dan tidak mempedulikan Ansel.

A

nsel memperhatikan Olivia yang sedang membaca buku di atas kasur. Kali ini Olivia beneran marah.

"Lo masih marah ke gue?"

Olivia menutup bukunya, dia beranjak pergi ke ruang tengah meninggalkan Ansel yang masih bingung cara membujuk Olivia.

"Emang enak aku diemin," dumel Olivia.

Ansel mengambil duduk disamping Olivia tetapi Olivia bergeser menjauh. Ansel menghela nafas. Olivia bersorak senang merasa menang. Dan sebuah kebetulan Damar menelpon Olivia, tanpa pikir panjang Olivia menjawabnya.

"Halo, Damar!" sapa Olivia, dia melirik Ansel yang sedang menatapnya.

"Olivia main yuk!"

"Main? Ayo! Kemana?"

"Kemana aja, keliling Indonesia juga gue jabanin!"

Olivia tertawa kecil. "Ayo! Kita ketemuan di basement aja ya, kebetulan aku lagi ada di apartemen sepupu."

"Gue aja yang nyamperin lo, gapapa kan?"

"Oh mau kesini? Iya gapapa kok! Aku tunggu ya, dadah!!" seusai mematikan telpon, Olivia bergegas ke kamar untuk bersiap-siap. Ketika Olivia keluar kamar hendak pergi, Ansel sudah berdiri di depan pintu— menghalangi.

Olivia menatap Ansel. "Minggir!"

"Mau kemana?"

"Mau main sama Damar, minggir!"

"Siapa yang ngizinin lo pergi?" Ansel menyorot Olivia tajam. "Sana masuk kamar!"

"Jangan larang aku pergi sama Damar! Aku aja ga pernah larang kamu pergi sama Vanya!" Ansel tertohok, lalu saat suara bel berbunyi Olivia nekat mendorong tubuh Ansel. Olivia berhasil membuka pintu namun sial Ansel lebih cepat menutupnya kembali dan menguncinya.

T

ubuh Olivia meremang dikala Ansel menyerang bibirnya. Pada awalnya Olivia hanya diam tetapi semakin lama ciuman itu membuat sekujur tubuh Olivia memanas, dia membalas ciuman Ansel. Olivia terhanyut hingga tanpa sadar ciuman itu turun ke leher.

"Ansel ... geli."

Dan suara bel terus berbunyi menyadarkan Olivia. Olivia mendorong kuat bahu Ansel sampai cowok itu berhenti terus mencium bibir dan lehernya. Olivia dan Ansel saling pandang dengan nafas yang memburu.

Damar menggedor-gedor pintu.

"Fuck!" umpat Ansel. Dia membuka pintu dengan celah sedikit, Ansel menatap Damar penuh kebencian. "Berisik setan!

"Apaan sih lu setan nyolot mulu!" balas Damar. "Olivia, mana?"

"Ga ada! Sana pergi!"

Olivia mengatur nafasnya kemudian membuka pintu itu lebar- lebar. Olivia menarik tangan Damar. "Ayo!"

Damar tersenyum miring menatap Ansel penuh kemenangan. Ansel menatap kepergian Olivia dengan perasaan yang sulit diartikan.

🦋🦋🦋

ANSELOVIADonde viven las historias. Descúbrelo ahora