DUA PULUH DELAPAN 🐷

1.7K 170 11
                                    

Happy reading 💅

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading 💅

Baik Ghea maupun Reza sama-sama menghentikan langkahnya ketika keduanya tidak sengaja berpapasan di pintu masuk Kantin. Mereka hanya diam dan saling menatap untuk waktu cukup lama, sebelum akhirnya Reza tersadar, lalu menggeser tubuhnya mempersilahkan Ghea masuk terlebih dahulu.

Ghea membeli mie cup instan yang sudah di beri panas dan sebotol mineral, lalu memilih duduk satu meja dengan Reza yang tengah duduk seorang diri dengan ditemani soda kaleng.

"Boleh duduk di sini?"

Reza mengedarkan pandangannya. Padahal masih banyak meja dan kursi yang kosong, tapi kenapa Ghea memilih menghampirinya?

"Iya," jawab Reza pada akhirnya.

"Lo ngehindar dari gue ya?" tanya Ghea setelah menenggak minumannya. Gadis itu menyangga kepalannya dengan mata yang menatap lekat Reza.

Ia tahu perihal Reza yang datang ke rumah orangtuanya dan menemui Rere untuk bertanya tentangnya.

"Bukannya ini yang lo mau?" jawaban Reza seolah menohok hatinya. Ia memang ingin Reza berhenti mengganggu dan mengejarnya
Namun, bukan asing yang ia ingin.

"Za. Meskipun kita nggak bersama, bukan berarti kita jadi orang yang nggak saling mengenal, gue pengen kita temenan aja, kayak dulu," jelasnya  merasa bersalah.

"Susah, By— maaf, maksud gue Ghea. Lo pikir mudah jadi teman dan bersikap biasa-biasa aja? Gue maunya gitu, tapi hati gue nggak bisa," jawab Reza tanpa menatap gadis di depannya.

"Hati gue masih nggak bisa rela lo udah jadi milik orang lain, kalaupun gue tetap di dekat lo, jiwa egois untuk memiliki dan merebut lo selalu muncul. Gue nggak mau maksa lo lagi," lanjutnya seraya menarik mie cup Ghea yang sepertinya sudah matang. Ia menggesernya. "Makan, sebelum mienya membesar."

Ia baru sadar, keegoisannya yang memaksa Reza untuk tetap di dekatnya akan menyakiti cowok itu. Ghea mengangguk dan mulai mengaduk sebelum makanan keriting itu masuk ke dalam mulutnya.

"Maafin gue, Za."

"Gue bakalan tetap maju jika seandainya suami ataupun ada orang lain yang nyakitin lo. Gue nggak peduli lo udah nikah atau punya anak sekalipun."

Ghea hampir saja tersedak saat mendengar kalimat yang diucapkan Reza sedang sungguh-sungguh itu. Tanpa meresponnya, gadis itu memilih memakan mie pedasnya dengan rakus meskipun bibir dan wajahnya sudah memerah padam akibat kepedasan.

Di depannya, Reza memperhatikan gadis itu. Ia berusaha menahan dirinya untuk tidak mengelap keringat yang mengucur di dahi putihnya.

Yang dilakukan Ghea memang tidak baik, tapi ia tahu Ghea juga butuh sesuatu untuk melampiaskan semua keresahan maupun emosi yang Reza pun sama sekali tidak tahu.

Melampiaskannya lewat makanan pedas memang salah satu jalan alternatif yang dilakukan orang saat sedang galau.

Sepertinya Reza pun akan mencobanya nanti. Doakan saja lambungnya akan baik-baik saja.

GHEARION(END)Where stories live. Discover now