40. Prepare to go

1.2K 198 87
                                    

"Jangan ditandatangani dulu." Cegat Suga.

"Kenapa?" Taehyung bertanya bingung.

Suga menarik surat formulir yang ada di hadapan Taehyung menggunakan jari telunjuknya. Kemudian, menatap dalam kedua netra Taehyung.

"Apa yang membuatmu terdorong melakukan ini Taehyung?"

"Kebahagiaannya."

Tertawa rendah, Suga menggeleng tidak percaya.

"Taehyung, aku tau kau sudah menemukan jantung pengganti di Jepang. T-tapi, bagaimana jika jantung pengganti itu tidak cocok denganmu?"

"Lalu, dimana letak masalahnya Suga?" Tanya Taehyung dengan santai bak sedang mengacuhkan.

"Jika tidak cocok, kau bisa mati sialan!" Pekik sang sahabat dengan kesal. "Terlebih lagi, itu dilakukan saat operasi sedang berlangsung."

"Kau benar-benar bisa-—-"

"Mau berbicara tentang resiko pendonoran ini lagi? Percuma Suga, keputusanku sudah bulat. Jadi, lebih baik kau berhenti berbicara. Karena aku sungguh tidak peduli."

Suga menghela napasnya gusar. Tak lama, Taehyung menarik kasar lembar formulirnya. Dan menandatangani, syarat terakhir operasi donor jantung tersebut.

Tentang resiko kegagalan dalam operasi, yang menyebabkan kematian.

"Sebelum ke Jepang, temuilah orang-orang terdekatmu. Anakmu, dan aku harap kau juga menemui wanita itu terlebih dahulu."

"Aku akan menghabiskan sisa hari terakhirku di Seoul bersama anakku. Tapi untuk wanita itu-—-" Taehyung menarik napas, saat menjeda.

"Aku rasa sudah cukup perpisahan kami di rumah sakit terakhir kali, saat ia keguguran."

Lagi-lagi ia merasa sesak jika mengingat Jisoo. Saran dari Suga untuk pergi menemui sang tercinta sebenarnya tidak ada yang salah.

Hanya saja ia takut. Ia takut menatap kedua netra Jisoo, yang menyorot kebencian terdalam pada dirinya.

Jadi, untuk apa ia menemui wanita tercintanya tersebut? Yang ada justru, Jisoo akan emosi--menguras tenaganya banyak hanya untuk memaki dirinya yang tak termaafkan.

***

"Daddy!" Chichi memekik gembira kala melihat sang ayah yang telah lama tak dijumpainya tersebut, pada akhirnya ia temui.

"Aku merindukan daddy." Chichi terisak dalam pelukan Taehyung. Menumpah deraskan air matanya pada jas hitam Taehyung.

Taehyung menekan singkat sudut matanya yang berair. Mengangkat Chichi ke dalam gendongannya, Taehyung meminta Jennie ikut masuk ke dalam mobil.

"Aku perlu bicara." Kata Taehyung.

Jennie mengerutkan dahinya bingung. Namun, tak lama tangannya ditarik kuat oleh Taehyung menuju mobilnya.

"Ada apa?"

"Kita tidak bisa membicarakannya di sini." Jawab Taehyung.

Melirik sejenak sang anak yang terduduk manis di baris belakang. Taehyung tersenyum singkat.

Jennie masih setia mengerutkan dahinya samar. Gerak-gerik Taehyung sungguh mencurigakan. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan.

Sampai tak lama, Taehyung memarkirkan mobilnya di restauran favorit sang anak.

Dengan cepat dan penuh antusias, Chichi turun membukakan pintu mobil untuk Taehyung turun. Kemudian, ia menggenggam erat tangan Taehyung.

Memilih meja kosong di sudut ruang tersebut. Jennie ikut menarik kursi di depan Taehyung.

YOUR PROMISEWhere stories live. Discover now