Bab 1

32 10 0
                                    

Seorang gadis berusaha berlari meski dengan tertatih-tatih, di tengah hutan yang gelap serta kabut asap tebal menutupi penglihatannya. Beberapa kali ia terjatuh, tetapi dengan cepat dapat bangkit kembali. Gaun putih selutut dan lengan pakaiannya yang panjang itu berlumuran darah. Rambut bergelombang sepunggung dibirakan terurai begitu saja. Serta tangan yang masih terikat, membuatnya kesulitan untuk menyeimbangkan diri saat berlari.

Gadis itu tidak tahu bahwa ada akar pohon di depan sana, membuatnya terjungkal jatuh. Ia yang sedari tadi hanya berlari tanpa arah, dan sesekali ia menoleh ke belakang denhan harapan bahwa seseorang yang mengejarnya itu sudah menjauh darinya.

Air mata membasahi pipinya, dengan tangan yang gemetar. Dan isak tangis disertai jeritan, ketika sosok hitam itu mulai mendekat menyeringai kejam ke arah gadis itu.

"Tolong maafin gue!" Gadis bermata bulat itu hanya memohon dengan telapak tangan yang disatukan berharap diberi ampunan.

Seseorang itu tak memedulikannya, justru ia mengarahkan sebuah pistol ke arah gadis yang tengah ketakutan.

Gadis itu berteriak dengan membelalakkan matanya, bersamaan dengan bunyi tembakan yang memekakkan telinga.

****
Sebuah balkon yang menghadap ke barat itu, menampakkan sebuah pemandangan indah pada malam hari di sebuah kota-kota dengan lampu yang bergemelapan di sana. Tak kalah dengan bintang yang bertebaran di atas sana.

Gadis dengan mengenakan pakaian kasual biasa dengan rambut yang digerai sebahu itu, matanya menatap sendu. Sesekali menghela napas panjang. Entah apa yang dipikirkannya saat ini, yang jelas ia sama sekali tidak tertarik dengan kegembiraan yang diciptakan oleh teman-temannya di belakang sana.

Markas the empire, itulah nama clubnya yang beranggotakan sembilan orang. Hanya kelas elit dan siswa berpotensi yang bisa bergabung dengan club tersebut.

Keramaian yang diciptakan teman-temannya itu, seakan-akan musiknya tertelan oleh hembusan napas yang keluar masuk lalu mengudara. Hazearra Amanda dengan segelas wine di jari-jari lentiknya berbalik melihat pemandangan manusia yang tengah berpesta ria di sebuah vila.

"Haze, mau meratap jangan di sini!" Gadis bermata elang itu menghampiri Haze dengan membawa sebotol wine di tangan kanannya.

"Zora, apa kau tidak bosan?" tanya Haze tiba-tiba.

"Bosan, sih, kenapa? Mau jalan-jalan di tengah hutan?" celotehnya.

"Ide yang bagus." Haze mengatakan itu sambil merampas sebotol wine yang dipegang Zora.

"Lo tahu? Kalo gue gak begitu suka sama, lo," ujar Zora secara tiba-tiba, yang tentu saja mengundang senyum miring dari bibir tipis merah muda milik Hazearra Amanda. Sebab hal itu bukan hal baru untuknya.

Haze mendekati Zora, tangannya meraih pipi temannya itu sambil berkata, "Gue tahu, kok. Lo kecewa 'kan, kalo ternyata orang yang lo sukai lebih suka sama gue," ucapnya dengan sedikit ejekan membuat Zora menatapnya geram.

Haze tak memedulikan tatapan Zora yang seakan-akan hendak memangsanya sekarang. Justru ia makin bersemangat dan menghampiri lelaki yang dibicarakannya beberapa detik lalu.

Lelaki itu tengah sibuk memainkan rubik dalam genggamannya. Duduk di sebuah kursi yang menghadap kolam renang. Pandangannya hanya tertuju kepada seorang gadis yang saat ini tersenyum menghampirinya.

"Hei!" Hanya kata itu yang terlontar dari lelaki jangkung di sana. Gegas berdiri menyambut orang yang disukainya sejak pertama kali melihat ia memakai seragam sekolah waktu itu.

"Bagaskara Kendyzal Byakta." Haze berkata itu sambil mendekati Gaska dengan tatapan tak terbaca. Tiba-tiba ia langsung mencium pipi Gaska satu detik sambil melirik Zora yang menatapnya dari kejauhan tempat.

Gaska hanya tersenyum karena Haze melakukan hal itu secara tiba-tiba terhadapnya. Termasuk teman-temannya yang lain, menyoraki perbuatan spontan Haze dengan heboh. Bagaimana tidak? Mereka belum jadian, tetapi berani melakukan hal itu dihadapan yang lainnya.

"Ah, bukan apa-apa. Hanya ingin melihat reaksi lo, aja!" Haze mengatakan itu membuatnya kentara sekali bahwa ia sendiri tengah menahan diri.

Gaska kebingungan sendiri dengan sikap Haze yang benar-benar sulit ditebak.

Gadis berpipi cabi tiba-tiba berteriak, "Apa ada yang lagi jadian tanpa sepengetahuan gue?"

"Bukan hanya, lo, Lol. Tapi gue juga gak tahu!" sahut gadis dengan rambut kuncir kuda itu menghampiri Haze.

"Mungkin sebentar lagi," sahutnya dengan percaya diri. Lagi-lagi hanya untuk memancing Zora yang tampak jelas makin memanas.

Tiba-tiba detik itu juga, bunyi pecahan botol wine berdengung membuat seluruh anggota markas the empire menoleh ke arah botol yang dibanting dengan sengaja oleh Zora. Termasuk dentuman musik Dj yang dimainkan gadis tomboi dengan pendek ala Emma Watson itu senyap begitu saja.

"Hei, Zo! Lo gila, ya?" Teriak teman tomboinya yang bernama Kheya. Sambil melepaskan Headphone dari kepalanya.

"Kalo udah mabuk bobo cantik aja, sana!" celoteh Loly. Sedangkan Haze hanya berdecih dengan tatapan yang menantang.

"Gue gak gila! Gue cuma pengen ngehentiin kegilaan, dia!" jawab Zora lantang, menunjuk Haze.

"Bilang aja kalo lo udah gak tahan ngelihat ulah gue barusan!" teriak Haze tak kalah lantangnya.

Zora hanya tertawa dan berkata, "Lo terlalu percaya diri Ze, lagipula untuk apa memperlihatkannya? Itu hanya membuat lo lebih terlihat seperti wanita murahan! Hahaha." Perkataan Zora mampu membuat suasana kian membeku.

Angkara Ardhan Louz yang menjadi saudara kembarnya Azora Cardian Louz itu pun dengan cepat-cepat menghampiri Zora yang mulai mengatakan hal gila.

Zora melepaskan diri dari cengkeraman saudara kembarnya itu. Lalu berkata, "Gue gak mabuk, gue bosen pengen main game!" ucapnya lantang. Tiba-tiba, sesaat itu juga suasana hatinya berubah drastis.

Semua menoleh dengan perkataannya, ada tanda tanya di kepala mereka. Sebab hal itu sudah lama ditinggalkan, dan takut menjadi bencana besar seperti terakhir kali. Walaupun kegiatan itu menjadi hal wajib bagi markas the empire dari tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, semenjak kejadian mengerikan waktu itu dan sudah merenggut nyawa salah satu anggota, membuat mereka berhenti melakukannya dan menghapus kegiatan tersebut.

Sebelumnya mohon maaf apabila banyak kesalahan dan typo yang bertebaran. Maka dari itu, untuk yang berkenan memberi krisan dan membereskan kekacawan dalam ceritaku yuk, isi kolom komentar.

Sekalian mau curhat nih, sebenernya cerita yang aku publish ini naskah yang belum direvisi, jadi maafkan bila banyak kata yang tidak enak diliat. Untuk versi revisi rapi nan elok termasuk ceritanya yang pastinya lebih keren karena banyak perubahan ya ada di versi buku. Bdw cerita ini udah cetak, so yuk yang mau pesan. Masih ready kok :)

Stay healty semua, lopyu all.... Semoga suka dengan cerita yang sy bawakan

PETAK UMPET | SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang