Part 52

21 2 4
                                    

Cinta bukan hal yang bisa ditolak kehadirannya dan tak bisa dipaksa,
Namun cinta yang sejati akan bertahan dalam waktu yang lama.
Cinta sejati juga tak akan memandang pada siapa ia berlabuh begitupun dengan latar belakang seseorang tersebut.

Jadi biarkan cinta mengalir seperti air
Dan biarkan ia berkelana menemukan orang yang tepat, seperti angin yang terus terpang kemanapun ia mau.

****

Walau hanya menatap punggungnya mampu menciptakan rasa nyaman yang sudah entah sejak kapan hadir. Cinta dan rasa sayang serta nyaman tak akan pernah disadari kehadirannya, namun percayalah bahwa semua itu mampu membuat seseorang yang memiliki dunia kelam berubah menjadi lebih berwarna. Membuat ia yang dulu merasakan sakit di setiap detiknya menjadi bahagia.

4 hari bukanlah waktu yang sebentar untuk semua murid SMA N 1 Bandung tatkala asik berkutat dengan lembar demi lembar soal ujian. Hari ini adalah hari terakhir bagi semua murid dalam pertempuran. Syafira yang sudah siap menatap lembar soal yang baru diberikan. Kali ini sebagai penutup ujian adalah mata pelajaran yang bisa dikatakan disukai oleh Syafira. Bukan tanpa sebab, hal ini karena pelajaran tersebut menjadi syarat khusus bagi masa depannya.

“Fira….. woy….” panggil Intan dengan suara yang sangat kecil.

Syafira yang merasa terpanggil menoleh kearah kanan lalu menganggukkan kepala mengisyaratkan mengapa Intan memanggilnya.

“Bantuin…. Enggak ngerti,” sahut Intan dengan suara yang nyaris tidak keluar.

“Gimana bantuinnya?”

“Gak tau juga,” sahut Intan lagi yang sama sekali tidak menemukan cara untuk bisa bekerja sama dengan sahabatnya itu.

Sedangkan Syafira hanya menganggakat bahunya menandakan ia yang juga tidak mengerti harus membantu bagaimana.

“Mati gue, mampus deh lu Intan. Siapa suruh selama pelajaran Bahasa Inggris suka tidur, rasain dah ni bodo amat gue,” gerutu Intan sembari melihat soal.

Di lain tempat, Daffa juga tengah berkutat dengan segala hal yang ada. Benar kata orang-orang bahwa menjadi dewasa tidaklah enak. Bukan karena uang jajan yang semakin menipis, tapi kondisi masa depan yang seakan semakin mendekat berhasil menciptakan beban tersendiri bagi setiap orang. Begitu pun dengan Daffa yang berhasil dibuat bimbang dengan keinginan dirinya dan juga soal ujian yang berada di hadapannya.

Sama dengan Syafira, Daffa juga terbilang jago dalam lingkup bahasa. Walau tak terlalu menyukainya karena bagi Daffa, ia lebih menyukai Syafira dibandingkan dengan pelajaran bahasa Inggris. Terlepas dari itu ada hal yang mengganjal, antara ia atau tidak. Waktu seakan berputar dengan sangat cepat, jam ujian sudah selesai dan kini para murid mulai berhamburan meninggalkan kelas. Ada yang merayakan telah selesainya peperangan, ada juga yang memilih untuk mencari spot atau tempat untuk dirinya sendiri memberikan self reward atas kerja keras selama 4 hari ini.

“Woy…. Gimana guys, suka dengan ujian hari ini?” tanya Akbar yang seakan berhasil menjawa semua soal dengan benar.

“Aku sih sama aja kayak ujian sebelumnya,” sahut Syafira dengan santai dan ternyata di setujui oleh Daffa.

Namun Intan sama sekali tidak memberikan respon apa pun. Melihat hal itu tentu muncul ide jahil dari Akbar yang  sudah bisa ditebak oleh Syafira dan Daffa.

“He Maemunah, apa kabar ujian lo tadi?” tanya Akbar sembari menepuk bahu Intan.

“Gak usah pegang-pegang bisa gak sih?”

“Wes santai bro, sewot amat lo. Napa sih?”

“UDAH GUE CAPEK, MAU PULANG.”

Syafira, Daffa, dan Akbar hanya bisa saling menatap satu sama lain. Intan melangkahkan kakinya menjauhi ketiga sahabatnya dan menciptakan ruang yang semakin lebar.

Sahabat Dan Cinta [END] ✔️Where stories live. Discover now