6. Malam Kelam

18 15 1
                                    

Tuan Ishida kembali setelah meninggalkan Aya selama hampir seharian penuh di dalam ruang baca. Pria itu membuka pintu ruangan dan melihat Aya berbaring di atas lantai dengan mata terpejam. Tuan Ishida menghela napas, dan berjalan mendekati Aya.

"Kenapa dia bisa terlelap di tempat seperti ini?" gerutu Tuan Ishida.

Dengan satu kaki, pria itu menggoyangkan tubuh Aya dan membangunkannya. Sayangnya cara itu tidak berhasil, Aya masih terlelap dan semakin keras mengeluarkan suara dengkuran. Kesal dengan sikap Aya, Tuan Ishida menarik kaki Aya hingga membuat bagian kepala terbentur pinggiran kaki meja.

"Akh! Sakit!" keluh Aya.

Aya akhirnya terbangun dan melihat siapa pelaku utama yang sudah mengganggu tidurnya. Melihat Tuan Ishida berdiri dengan tangan dibagian pinggang, Aya kembali duduk dan menundukkan kepala.

"Apa kau sudah mengerti dengan isi di dalam buku itu?" tanya Tuan Ishida.

"A-aku ... aku tertidur."

"Jika begitu, kau akan menghabiskan waktu semalaman di dalam ruangan ini. Aku akan kembali esok pagi, dan selamat membaca!" ujar Tuan Ishida sembari berjalan keluar dari ruang baca.

"Tu-tuan!"

Srak!

Pintu tertutup dan Aya masih harus membaca dengan penerangan yang sangat minim. Malam ini udara terasa sangat dingin, dia yang menggunakan pakaian tipis merasa tubuhnya mulai menggigil.

"Kenapa semakin dingin? Astaga! Tidak ada pakaian hangat atau selimut di sini, bagaimana aku bisa membaca dengan tenang?" gumam Aya.

Aya kembali membaca dengan tubuh yang bergetar karena dingin. Namun, Aya tidak bisa lagi bertahan dengan rasa dingin itu. Aya mencoba berdiri, tapi sialnya ... kaki Aya mengalami kram. Dia kesakitan dan meminta tolong, "tolong."

Tidak ada siapapun di luar ruangan itu, karena letak dari ruangan besar itu tepat di sisi lain dari istana utama. Aya terlihat menahan rasa sakit yang sedang terasa menyakitkan pada bagian kaki.

Srak!

"Hana!" seru seorang pria dari pintu masuk.

Aya menatap pria tinggi dengan surai panjang itu. Pria dengan kimono hitam berjalan mendekat dan meraih tubuh Aya yang sudah menggigil.

"Tuan ... kakiku kram," ucap Aya lirih.

Takeda meraih tubuh Aya dan membawanya ke dalam kamar. Ruangan yang jauh lebih hangat daripada di dalam ruang baca. Perlahan Takeda merebahkan tubuh Aya di atas ranjang besarnya. Dia menghidupkan penghangat ruangan, dan mengambil minyak untuk dioleskan pada kaki Aya yang terasa sakit.

"Maaf," ucap Takeda saat menyentuh kaki mulus itu.

Takeda menarik perlahan kaki Aya, lalu menggosokkan minyak itu untuk membuat rasa sakitnya hilang. Sedangkan tatapan mata Aya kini tertuju pada Takeda, dia tersenyum dan membiarkan pria itu melakukan apa yang ingin dilakukan. Setelah selesai, Takeda melihat ada pelayan yang membawa pakaian untuk Aya.

"Tuan, ini pakaian untuk Nona Hana."

Takeda menerima pakaian itu, lalu kembali mendekati Aya.

"Jika kau sudah bisa berjalan, cepat ganti pakaianmu. Aku akan pergi untuk bertemu seseorang, kau bisa tidur di dalam kamar ini selama aku tidak ada."

"Tuan, aku akan kembali ke kamar-ku sendiri setelah bisa berjalan kembali."

"Aku akan mengunci pintu kamar, sebaiknya kau tidur dengan tenang."

"Tapi –"

"Apa ucapan-ku kurang bisa kau mengerti?"

"Tidak."

Princess Monarch [Terbit Buku]Where stories live. Discover now