Chapter 0/9

6.9K 1.1K 69
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞


Lumia mendengus sebal, Dastin si sepupu kurang adab ini benar-benar minta digampar olehnya. Kini mereka berdua tengah memacu kuda dihamparan ladang yang baru saja Lumia temukan.

"Cara berkuda mu sangat luar biasa!"puji Dastin dengan satu jempol diacungkan kearah Lumia.

Lumia mengakat dagunya nampak sombong. "Tentu saja!"sahutnya dengan nada arogan. Dastin mangut-mangut seolah mengiyakan hal tersebut, sebelum pada akhirnya pemuda itu berujar kembali.

"Cara berkuda mu mirip pencuri yang dikejar babi hutan, kau tahu tidak? Hhhaaa ..." gelak tawa tuan muda Rhoet itu jelas begitu menjengkelkan.

"Selera humor mu buruk! Enyahlah aku muak melihat mu, dasar gulali pait." Lumia kembalikan melajukan kudanya meninggalkan Dastin dibelakang yang kini tengah menggerutu.

"Rambut ku ini sangat cantik kau tidak berhak menghina ku seperti itu!" teriak Dastin tak terima.

Lumia menoleh lalu menjulurkan lidahnya. "Itu sebabnya kau lebih mirip nona-nona bangsawan dibandingkan seorang pria!"

"Sialan kau! Lumia tunggu aku!" Nampaknya perkataan Dastin tak lagi diperhatikan saat bersama Lumia, keduanya sama-sama memiliki kesamaan. Suara yang keras dan mungkin mereka berdua sama-sama gilanya.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Matahari sudah terbenam, langit malam tak membuat Lumia ingin memberhatikan laju kudanya. Rambut panjang Lumia terbang bersama dengan kecepatan kuda yang konstan.

Sudah cukup. Ia harus kembali, kembali ke kastil karena mungkin Rosesa kini tengah menggerutu mencemaskan dirinya. Dastin sendiri sudah ia suruh pulang terlebih dahulu dengan paksa.

Saat hendak berbalik arah seorang anak kecil muncul secara tiba-tiba, membuat Lumia menarik kekang kuda dengan keras hingga membuat dirinya ikut terjatuh.

Brak!

Kepalanya terbentur dahan pohon yang menjuntai. Cepat-cepat Lumia memeriksa, itu bukan hanya halusinasi, anak kecil itu nyata dan tengah meringkuk dengan takut.

"Apa kau terluka?" tanya Lumia, ia mengecek sekujur tubuh bocah Laki-laki itu. Lumia bernafas lega saat tidak menemukan luka.

Anak laki-laki itu nampak menahan tangis. "Tidak apa-apa kau akan baik-baik saja, sudah ya ..." Lumia mengusap lembut surai hitam bocah tersebut, anak kecil itu mendongokan wajahnya.

"Aku tersesat," cicitnya pelan, Lumia terkekeh.

"Baiklah katakan siapa nama ayah mu?" tanya Lumia secara perlahan.

Suara pacuan kuda, mengalihkan pandangan Limia. Segerombolan ksatria dengan seorang bangsawan yang nampak memimpin didepan kini mengerubungi Lumia.

Lumia menarik anak-anak laki itu kedalam pelukannya.

"Serahkan dia baik-baik! Jangan sampai aku melukai mu dengan pedang suci milikku!" tuturnya, Lumia tak bisa berdiri maupun berkutik.

"Kakak!" teriak bocah laki-laki itu. Lumia mengerijap.

"Apa dia Kakak mu? Kau tidak salah kan?" tanya Lumia, bocah itu mengangguk sebagai jawaban. Membuat bibir Lumia terkatup, ia melerai pelukannya dan membiarkan bocah itu pergi kearah pemuda bersurai coklat.

I'm Back for Happiness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang