Chapter 0/12

6.7K 1.1K 61
                                    

Pagi menjemput dengan kicawan burung yang mengudara diantara semilir angin dan riak pepohonan yang saling bergemuruh. Lumia, gadis itu tengah menyiram tanaman dibelakang kastil.

Selang air dipasang untuk menyiram, pikiran cerdas dari pada dirinya harus membawa wadah penyiram dengan sedikit air dan berakhir bulak-balik, itu kan tidak lucu.

"Lumia!" Panggil seseorang membuat Lumia tersentak dan tak sengaja menyiram kearah sumber suara.

Gadis bersurai putih dengan netra biru yang begitu mengkilap mengerijap syok. Sapaan nya disambut guyuran air dipagi hari setelah ia baru saja mandi dan berdandan lebih dari dua jam lamanya.

Lumia menahan tawa. "Ah aku minta maaf, Michelina." Wajah Lumia tak bisa dikondisikan untuk tidak tersenyum jahil. Sedangkan gadis bersurai putih yang sudah basah kuyup dihadapan kini menatap sengit.

Jari gadis itu dijentikan membuat air yang entah dari mana menyiram tubuh Lumia. "Yaampun Lumia, aku sengaja melakukan itu sungguh."akunya dengan cengiran polos.

Lumia menggeram ia mengatakan kembali selang air dan menyiram Michelina brutal. "Hei! Kau ini tidak sopan sekali pada yang lebih tua!" hardik Lumia.

Michelina berlari kesana kemari. Tawanya lolos begitu saja. "Kau tidak bisa mengalahkan ku Madeline! Kau akan kalah wle." ujar Michelina membuat Lumia tersentak, terdiam ditempat.

Michelina juga menghentikan aksi larinya. Menyadari nama siapa yang baru saja ia panggil, Michelina melirik kearah Lumia suasana menjadi melankolis.

Angin menerpa dua gadis itu membuat rasa dingin membekukan gerakan mereka masing-masing.

"Michelina—"

"Maaf!" Michelina memotong cepat ucapan Lumia dan berlari pergi. Lumia yang melihat itu mengejar langkah Michelina yang bergegas kedalam kastil.

Namun langkahnya terhenti saat langkah Michelina juga berhenti tepat tiga langkah dihadap Lumia. Matanya menatap lurus. Sosok dengan jubah kebesaran khas pangeran tengah bermesraan dengan seorang gadis.

Siapa lagi jika bukan Matteo dan si nenek sihir. Rafelina maksudnya. Ayolah aku sedikit malas menyebut namanya.

Sebelum kedua pasangan kekasih itu menyadari keberadaan Michelina, Lumia sudah menarik gadis itu pergi. Menariknya menjauh dari objek tak baik macam Matteo.

Setelah berasa diujung lorong Lumia berbalik. Terlihat manik biru milik Michelina kini sudah berkaca-kaca. Lumia menghela nafas. "Menangislah jika kau mau, dasar anak cengeng." tutur Lumia sambil memeluk tubuh Michelina.

"Aku tidak akan melihat kau menangis jika begini bukan? Kau bebas menangis sekarang." Lumia mengutuk Matteo dalam hati dengan bahasa yang bahkan sudah tidak manusiawi.

"Kenapa kau memeluk ku seperti ini Lady Lumia?"

Lumia melepas pelukannya. "Bukankah kau—"

"Bagaimana anda bisa tahu saya memiliki perasaan pada pangeran mahkota?" Pertanyaan Michelina membuat Lumia mengerijap skeptis. Bahu Lumia terangkat acuh.

"Tahu saja." jawabannya sekenanya.

Michelina mendorong Lumia lembut. Ia menatap intens manik coklat dihadapnya.

"Aku ingin bertanya satu hal penting," manik mereka saling terkunci, ada serpihan harapan dimatikan biru milik Michelina yang nampak berkilau.

"Apa kau Madeline?"

×××××

Marquess Luzian memacu kudanya gila gilaan. Pria paruh baya itu setengah mati berusaha mencapai kastil yang ditempati oleh para putrinya.

I'm Back for Happiness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang