Chapter 0/27

5.5K 803 44
                                    

Tubuh Matteo luruh ketanah saat pedang itu dicabut oleh Lumia. Michelina yang sudah ada didekat pemuda itu menangkap tubuh Matteo, mendekap pemuda itu hingga ikut luruh dan terduduk ditanah.

Tangan Matteo terulur, menangkup pipi kanan Michelina sementara gadis itu mencoba menekan luka Matteo agar tidak terus mengeluarkan darah.

"Michelina ..." gumam lirih itu membuat pertahanan gadis bersurai putih dengan netra sebiru lautan runtuh. Michelina menjerit.

"Tolong bertahanlah!" pinta Michelina.

Matteo menggeleng. "Ini terlalu sakit, kau tahu aku sangat merindukan mu Helina, aku rindu kamu." pemuda itu terus mengatakan itu seolah sudah lama tidak berjumpa dengan gadis dihadapannya.

Matteo meraba lehernya dan menarik kalung dari sana. Kalung ruby berwarna biru yang begitu menyilaukan mata. "Aku mencintai kamu ..." ujar Matteo tanpa suara, tangan dengan gemetar menyerahkan kalung tersebut pada Michelina.

Michelina menangis, mendekap Matteo . Ia takut kehilangan pemuda dihadapannya. "Aku tidak pernah berhenti mencintai kamu," tutur Matteo terdengar begitu pelan bagai bisikan.

Disisa tenaga terakhir pemuda itu menarik gadis dihadapannya dan mengecup pelan bibir Michelina. Cahaya keluar dari tubuh Matteo dan Michelina, kedua tokoh utama itu bersatu dengan ikatan cinta seperti yang seharusnya digariskan oleh takdir.

"Ratu ku, impian ku, dan cintaku itu kamu ..." ucap Matteo, suara pemuda itu tak lagi terdengar saat mata elang itu memilih untuk tertutup.

Michelina mengeratkan pelukannya. "Jangan tinggalkan aku, aku ingin bersama mu." ujar gadis itu.

Rafelina menarik tubuh Matteo yang sudah tidak bernyawa dengan sihirnya. Michelina menatap marah pada gadis itu. "Dia milik ku," ucap Rafelina mengusap rambut Matteo.

"Dulu atau pun saat ini dia akan selalu ada dalam kendali ku, kau tidak akan bisa memilikinya." jelas Rafelina dengan penuh keangkuhan.

Michelina yang awalnya terduduk kini melesat kearah Rafelina. "Kau memakai sihir untuk mengikat Matteo! Mati saja kau!" gadis itu menyerang gila-gilaan pada gadis iblis dihadapannya.

Rafelina menggunakan tubuh Matteo untuk tameng, serangan Michelina membuat tubuh pemuda itu terpental jauh menabrak pohon.

"Matteo!" Michelina lengah gadis itu menghampiri tubuh Matteo hingga tidak melihat Rafelina mengerahkan sihir padanya.

"Michelina awas!" Lumia berteriak memperingati.

Blass ...

Serangan itu ditahan oleh Theo, pangeran kedua itu baru saja datang. Ia melindungi Michelina dari serangan tadi dan menarik gadis itu kedalam dekapannya sebelum mendarat ketanah kembali.

"Matteo!" Michelina meneriaki nama pujaan hatinya dengan penuh kesedihan. Theo juga menatap jasad sang kakak dengan penuh amarah dan kesedihan yang mendalam.

Theo menatap Lumia kemudian mengangguk memberi isyarat. Lumia menggenggam tangan Leonardo dan maju bersama-sama. "Kita akhiri semuanya disini?" ujar Leonardo menatap Lumia sekali lagi.

Lumia mengangguk. Tangan gadis itu mengeluarkan elemen api tingkat tinggi dalam satu sentakan, Leonardo juga melakukan hal yang sama seluruh kekuatan ia kerahkan.

Rafelina tertawa remeh. "Kau pikir itu akan cukup?"

"Aku di sini." Arthur pemuda ikut menggenggam tangan Lumia dan mengeluarkan elemen dan mana sihir putihnya.

Michelina dan Theo dengan wajah menahan amarah juga ikut mendekat.

Michelina mengeluarkan seluruh kekuatannya yang begitu dahsyat hingga angin dingin bertiup memberi isyarat bahwa alam saja bahkan terguncang.

"Kami ada disini ..." Rosesa dan Ilene berlari kearah mereka.

"Jangan lupakan aku ..." Dastin mengajukan diri, meski darah sudah mengalir dari kepalanya setelah pertarungan gila dengan para zombi.

"Kita akan membunuhnya bersama ..." tutur Louis dan Carlos bersama-sama.

"Matilah kau!" Teriak semuanya serempak kekuatan dengan elemen berbeda menyatu. Memberikan kilat cahaya yang begitu bersinar.

Rafelina membuat tameng. Ia juga menempatkan tubuh Chistian sebagai tameng. "Serang saya jika kalian ingin dia mati!" tantang Rafelina.

Lumia kembali goyah. Serangan tersebut tak bisa ia tahan. Chistian yang dijadikan tameng tersadar dari pingsannya ia menatap kedepan dimana semua orang sudah siap menyerang. Pemuda itu tahu betul apa yang baru saja terjadi.

Mata Chistian menatap Lumia, tatapan penuh cinta dan memuja. "Lakukan saja, aku mencintaimu Lumia ..." ujar pemuda tanpa suara. Air mata Lumia kembali menetes, disana Chistian memejamkan mata dengan senyum yang pemuda itu umbar untuk terakhir kalinya.

Blasss ...

Angin kencang dan guntur saling bersahutan saat satu serangan dahsyat itu dilepas. Rafelina yang tidak menduga akan serangan itu berteriak, tubuh gadis itu tertelan oleh cahaya dan melebur menjadi debu begitu dengan Chistian.

Bedanya serpihan berkilau yang melebur saat serangan itu mengenai tubuh pemuda itu. Kilauan cahaya menyorot dengan ganas.

Mata mereka semua terpejam karena cahaya itu.

Dan saat Lumia memejamkan mata dia bisa merasakan aroma tubuh Chistian mendekat, ada rasa hangat yang memeluknya dan membisikan satu kalimat penuh ketulusan.

"Lekas bahagia, mentari ku ..."

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Ayoooo bom next guyss

Chapter selanjutnya ending!

Komen banyak banyak biar dikasih happy ending hhhaaa

Eeeehhh ...


I'm Back for Happiness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang