Chapter 35 : hari-harinya hanya perjuangan

1.9K 168 14
                                    

《《《PRESENT》》》

Dibagian lain bumi, di ujung kota, di sebuah desa.

Woozi berada di rumah nenek Ahn, mengutak-atik tas lamanya yang baru lagi ia temukan berada di atas almari dalam kamarnya. Ketika menemukan tas tersebut ia tergerak ingin memeriksa apa gerangan isi dalam tas itu mengingat terakhir kali yang memakainya adalah Baekhyun, tetapi makan malam bersama nenek Ahn tidak bisa menunggu lebih lama lagi Woozi pun memilih membawa tasnya ikut. Selepas makan malam terlaksana baru ia membuka tas itu melihat apa yang bisa ia temukan di dalamnya.

Ditemukan kupluk krem milik Baekhyun yang pernah ia belikan. Pena bekas pakai Baekhyun, tidak lagi bertinta. Bola kastinya, Woozi terkikik geli mengingat sebelum hari ini pernah kelimpungan mencari bola tersebut ketika ingin bermain mengusir sepi, seorang diri. Ditemukan lagi selembar baju bekas pakai Baekhyun, baju yang terakhir kali dipakai saat menjalani pengobatan. Dan benda terakhir yang berhasil ditarik keluar Woozi, mp3 punya Baekhyun, lengkap dengan headset putih tertancap.

Nenek Ahn kembali dari dapur, menyentuh radio hitam silvernya yang tergantung di atas nakas tempat terpajangnya foto.

Mp3 di tangan Woozi, seingatnya Baekhyun pernah mengatakan yang mengisi mp3 itu adalah Yongsun, jadi dipastikan playlist lagunya selera kakaknya. Woozi sempat mengejek lagu-lagu kesukaan Yongsun itu tidak highclass tapi menurut Baekhyun ia menikmati benar lagu-lagu dari Yongsun, kata Baekhyun ia senang menghabiskan waktu sendiri mendengarkan lagu-lagu tersebut, kata Baekhyung lagi dari list yang ada hampir bisa dikatakan ia menghampal semuanya. Penasaran lagu seperti apa yang Baekhyun selalu dengar, Woozi pun memasang headset ke telinga,  menekan tombol hidup mp3, mendengarkan nada awal lagu yang berbunyi.

Nenek Ahn juga memutar hidup radionya. Diputar dengan volume sedang. Woozi termenung mendengarkan lagu dalam mp3 yang terputar persis seperti lagu yang radio nenek Ahn senandungkan. Lagu lawas tahun silam, Woozi melepaskan headset yang terpasang.

"Nek, bisa sedikit keraskan volume radionya?" pinta Woozi.

"Boleh."

Volume radio ditambah nyaringnya. Menyenandungkan sebuah lagu bertempo lambat ....

(Wae neoegen geuhloege eolyeounji)
Mengapa begitu sulit bagimu

Pintu rumah nenek Ahn bergetar terkena tiupan angin. Belakangan ini desa mendung berangin, namun hujan tidak kunjung turun.

(Aeleul sseuneun naleul jedaelo bwajuneun ge)
Untuk dengan sepantasnya melihatku berusaha

(Neo hana-e itolog)
Keras untuk dirimu ....

Di mana Woozi menikmati betul waktu dengar lagu yang radio nenek Ahn putarkan, bibirnya mengukirkan sunggingan lirih.

Bait, lirik, nada-nada lagu terbang keluar rumah. Menembus waktu, dibawa terpaan badai, tidak luntur oleh panjang menit.

.

.

.

Entah tempatnya berdiri dapat disebut apa yang jelas Chanyeol merasa damai. Padang rumput yang luas, langit menunjukkan jejeran bintang meski terang menandakkan siang hari. Sinar yang menyentuh kulit tidak semenyengat matahari, sinar yang menerpa wajah malah menenangkan batin. Sekeliling hanya ada benda-benda putih kecil berterbangan, saat ia menyentuh putih kecil itu, mereka lenyap di atas kulit.

Lima meter di depan, seseorang melambaikan tangan, berdiri di atas batu besar di tengah-tengah padang rumput. Bertelanjang kaki, rambut hitam halusnya melambai tertiup angin, putih bersih pakaian yang ia kenakan terlihat kebesaran di tubuh kecilnya, tangan lentiknya menari anggun memanggil ia mendekat, samar tawa renyah dari si pemanggil memenuhi indera pendengaran, Chanyeol jatuh hati mendengarnya.

My Day Are A Struggle [CHANBAEK] [REMAKE] ✔Where stories live. Discover now