Chapter 11 : tragedi

1.3K 177 21
                                    

《《《PRESENT》》》


"Aku ingin Baekhyun ikut dengan kita."

Chanyeol menghentikan gerakan jemari mengetik beberapa buah kata, memalingkan pandangan yang tadinya terpaku pada layar handphone kearah Luhan, masuk ke dalam kamar dan membawa kalimat barusan. Handphonenya ia abaikan, meletakkan benda canggih tersebut ke atas nakas di  sebelahnya, mengenyampingkan ia tengah membalas pesan dari sang sekretaris membahas berkas keperluan rapat dua hari ke depan.

"Apanya yang harus ikut, Luhan?" tanya Chanyeol.

"Aku mendengar Chanyeollie dan Ayah berbicara tadi. Chanyeollie sudah membeli rumah untuk tempat tinggal kita bukan? Kalau begitu, ketika kita pindah minggu depan Baekhyun pula harus ikut."

Chanyeol mengernyit. "Luhan, dengar." Chanyeol menyentuh lembut pipi kanan Luhan. Ibu jarinya meraba sekitaran dahi dengan gerakan satu arah. "Rumah itu untuk kita berdua membangun keluarga milik kita sendiri. Aku sengaja tidak memilih tinggal di rumah keluargaku atau rumah keluargamu, karena kita butuh untuk lebih mengenal satu sama lain, untuk saling memahami lebih dalam, tanpa orang lain. Tidak, mungkin seorang pembantu rumah tangga akan ada. Tapi tidak dengan anggota keluarga kita yang lain ikut campur. Bisa kau pahami itu?" jelas Chanyeol.

Luhan menyambut dengan gelengan. Ia membawa diri masik ke dalam pelukan berikutnya Luhan Chanyeol. Menenggelamkan wajah ke dada bidang si dominan, menghirup lebih banyak aroma lelaki sejati milik Chanyeol. Mengulangi kalimat yang selalu berbunyi sama, seperti betapa ia bahagia bisa memiliki lelaki tinggi itu sekarang. Mimpi yang ia punya terwujudkan kedunia nyata.

"Aku tahu. Dan aku sangat setuju untuk itu." Luhan mendongak dan Chanyeol menunduk, memperlihatkan posisi saling pandang pada jarak serta keadaan begitu intim. "Tapi, aku tidak mau meninggalkan Baekhyun seorang diri disini. Chanyeollie pasti paham kenapa, Baekhyun hanya akan selalu tersiksa. Setidaknya, jika Baekhyun ikut dengan kita itu akan baik-baik saja baginya. Kumohon."

Alasan Luhan memang masuk di akal. Sampai membuat Chanyeol membuang pandangan kesamping, posisinya jadi mengambang. Seharusnya Luhan tidak menjelaskan hal tersebut, harusnya ia tidak diingatkan agar tak bimbang pada prinsip melupakan sesuai jalannya. Menjauh dari seseorang dalam topik utama mereka ini, agar sakit hatinya tidak disiram cuka berlebihan. Ia pun kurang jeli menghindari sesuatu akan membahas tentang lelaki bermata sipit itu.

"Tidak bisakah kau meminta hal lain?"

Luhan menggeleng, lagi. Mengerakkan tangan menangkup kedua sisi kepala yang lebih tinggi. Membuat tatapan mereka kembali bertemu.

"Jika ada hal lain yang bisa aku pinta maka akan aku hilangkan hal itu. Setelah sadar kita telah bersama, satu-satunya ambisiku tertinggal membuat Baekhyun bahagia. Apa, itu berlebihan?"

Apakah Chanyeol bisa menolak? Jika itu untuk melupakan, Chanyeol bisa. Tetapi untuk sesuatu yang teramat masih menganggu, sesuatu tentang Baekhyun belum mau dihapus dari posisi menjadikan Chanyeol lupa caranya menolak dengan keras.

"Bicarakan ini kepada Ayah dan Ibumu. Kita tidak bisa begitu saja membawa Baekhyun bersama kita."

Binar aura bahagia terpancar seketika dari wajah Luhan, tersenyum lebar mendengar itu ia kemudian berjinjit memberikan satu kecupan singkat pada belah bibir Chanyeol.

"Ayo. Aku akan bicara dengan Ayah dan Ibu sekarang. Biar kita bisa segera pindah kerumah baru kita."

Niat Luhan tersebut jelas ketika disampaikan kepada kedua orangtuanya mendapat tentangan. Lebih lagi Chanyeol tak menambahkan pembelaan bagi Luhan, lelaki itu enggan memberatkan timbangan bagi Luhan dan keinginan. Membiarkan Luhan berusaha sendiri sampai ingin meneteskan air mata sebab hampir kalah terpojokkan. Mungkin akan terus diam seperti itu jika saja Luhan tak mengeluarkan sebuah ancaman, jalan terakhir yang lelaki manis itu bisa, menolak melakukan segala bentuk pengobatan dari penyakit sialan yang belum benar-benar dinyatakan hilang dari tubuhnya. Luhan diliputi protes tersebut memang tak main-main. Berlari ke kamarnya, yang beberapa minggu belakangan telah berubah menjadi kamarnya berdua bersama Chanyeol. Niat Luhan akan membuang obat-obatan di dalam nakas kamarnya, membiarkan kedua orang tuanya dan Chanyeol tahu jika ia serius pada keinginan. Hampir saja terjadi apabila Chanyeol tak menghalanginya.

My Day Are A Struggle [CHANBAEK] [REMAKE] ✔Where stories live. Discover now