17. Mengalami Trauma.

121 10 0
                                    

Dua hari kemudian ....

Wanita paruh baya itu tersenyum sambil membawa segelas susu hangat. Ketika sudah berada di kamar putrinya, beliau segera masuk tanpa ketuk pintu terlebih dahulu. Toh, gadis kesayangannya pasti belum bangun.

Gelas susu hangat itu ditaruh di meja kecil, dekat kasur. Tangan Mami Hanum berusaha menepuk-nepuk pipi Arasya. Namun, gadis itu masih belum bangun.

"Hey, anak gadis kok ngorok terus?" kata Mami Hanum sambil tersenyum meledek, "yuk, bangun! Papi udah tungguin kamu."

Arasya membuka mata secara perlahan lalu menjawab, "Udah siang, Mi? Baru jam lima subuh, 'kan?"

"Udah jam setengah tujuh, Sya. Gak mau bangun, nih? Nanti telat lho ...."

"Aaaa ... Mami enggak bangunin Arasya, nih."

"Udah dibangunin, tapi bilangnya lima menit lagi ... gitu aja terus sampe sepuluh kali."

"Ah, Mami ... Arasya mau mandi dulu, deh."

Arasya tersentak saat mendengar jawaban dari Mami Hanum. Tangannya langsung membanting selimut, kemudian beranjak dari kasur. Gadis cantik itu berlari cepat menuju kamar mandi.

Mami Hanum hanya terkekeh sambil geleng-geleng. Putri kesayangannya ini memang sulit untuk dibangunkan. Ada saja kelakuan nyeleneh di setiap paginya.

"Arasya, udah ngerjain semua tugas?" tanya Mami Hanum sambil merapikan tas Arasya.

Dari balik tembok kamar mandi, Arasya langsung berteriak, "Belum! Nanti nyontek aja ke Alvarios."

"Haha ... dasar bocah!" ejek Mami Hanum sambil berjalan keluar kamar.

Beberapa menit berlalu, Arasya pun keluar dari kamar mandi. Kulit mulusnya terlihat berkilau saat disinari oleh cahaya matahari. Gadis cantik ini bergegas memakai pakaian yang didominasi warna hitam, lalu meraih tasnya.

Arasya berjalan menuruni tangga sambil tersenyum sumringah. Pagi ini, mood-nya naik drastis karena semalam sudah pesta dengan Papi Levi.

"Cieee ... senyum-senyum sendiri," goda Papi Levi sambil mencolek makanan milik Arasya, "nanti dangdutan lagi, ya?"

Arasya langsung menoleh dengan ekspresi jengkel.

"Kebiasaan! Hobi banget comot makanan punya Arasya," gerutunya sambil menjauhkan makanannya dari Papi Levi.

Papi Levi terkekeh sambil menjawab, "Pelit sama orang tua itu dosa, bisa kualat nanti!"

Arasya tersentak karena lupa bahwa orang tua sudah memberi pendidikan terbaik untuk buah hatinya, bahkan sejak mereka masih dalam kandungan.

Tidak seharusnya Arasya pelit terhadap Papi Levi. Laki-laki dengan bola mata tajam ini selalu menuruti keinginan keluarga. Baiklah, Arasya akhirnya menurut dan menyodorkan semua makanan pada Papi Levi.

"Maaf, Pi. Dimakan semua, ya? Piringnya jangan ditelen, nanti sakit tenggorokan," balas Arasya dengan wajah memelas.

"Bagus, anak solehot," jawab Papi Levi sambil tersenyum manis.

Mami Hanum geleng-geleng saat mendengar candaan garing tersebut. "Solehah, Piiii ... udah, jangan ngawur terus! Ini masih pagi lho ...."

"Mami jangan melawan sama suami, nanti bersoda," sela putri kesayangannya

"Berdosa, Arasyaaaa ... udah, jangan ikutan mgawur!"

Papi Levi kembali menyela, "Mami jangan cemberut terus! Nanti cantiknya seluncur, lho ...."

"Cantiknya luntur, Papiiii ... udah, ah! Bapak-anak sama aja. Mami kesel, huh!" dumel Mami Hanum sambil berjalan menuju dapur.

Papi serta Arasya langsung terkekeh lalu tos bersama. Tidak ada kesedihan kalau Arasya sedang bersama keluarga tercinta. Mereka kompak sekali dalam mencari keributan.

SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang