37. Gertakan Alvarios.

70 5 0
                                    

"Gue pawangnya!" teriak seseorang di belakang mereka.

Teriakan itu berhasil menarik perhatian mereka. Beberapa orang sampai menoleh karena penasaran. Ternyata yang berteriak itu adalah Alvarios.

Di belakang tubuh Alvarios ada Habibi. Mereka sedang berjalan mendekat dengan langkah kasar. Keduanya terlihat emosi karena sang ratu sedang dipermainkan.

"Kenapa melotot gitu? Kaget?" tegur Alvarios.

Adik kelas mereka terganga saat menatap perawakan Alvarios. Ketua geng Harlubis ternyata cukup tinggi dan mempesona. Pantas dari kemarin, adik kelas bergibah tentangnya.

"Tadi lo bilang apa ke Arasya?" Alvarios melirik dengan tatapan sinis.

"Gak bilang apa-apa, tuh!" elak adik kelas.

"Lo bilang, 'boleh pinjam waktunya?' Iya, 'kan?" lanjut Alvarios.

Adik kelas mengangguk. "Iya, emang kenapa, si? Kan, gue cuma mau kenalan sama Kak Arasya," lanjut adik kelas.

"Sini, kenalan aja sama gue!" ajak Alvarios sambil bersalaman dengan adik kelas.

"Oh, boleh!" balasnya.

Adik kelas tersebut terlihat cukup berani. Dia menyodorkan tangannya dan terlihat pecicilan. Mungkin, adik kelas itu belum tahu sedang berhadapan dengan siapa.

Junior pun berkata, "Nama gue Hamzah."

"Nama gue Alvarios Daysuki!" Alvarios masih terlihat sangat dingin. "Calonnya Arasya Levi Maheswari."

Bukannya berjabat tangan, Alvarios malah mencengkram tangan adik kelas dengan sekencang mungkin.

Sang jenior pura-pura kuat di depan Arasya, padahal batinnya menjerit kesakitan. Ini adalah genggaman paling kuat, sepanjang hidup Hamzah.

Kalau Alvarios tidak segera melepaskan genggaman tersebut, Hamzah pasti akan tenggelam dalam perasaan takut. Kala itu, tubuhnya sudah gemetar.

Alvarios seperti marah besar saat melihat Arasya di dekati oleh orang lain. Wajahnya merah padam dan urat-urat di tangannya terlihat jelas.

"Hey, udah! Udah! Istigfar ente!"  perintah Habibi pada Alvarios.

Habibi melihat kedua alis Alvarios hampir menyatu. Akan menjadi masalah besar kalau sampai tidak ditenangkan.

"Nanti ane traktir baso sama kantinnya. Ente cepat istigfar! Pasti ente lagi kerasukan kodamnya Arasya," celetuk Habibi.

"Kerasukan daster emak lo, Habibi," timpal Arasya dengan ekspresi merah padam.

"Kalian kenapa? Gue cuma kenalan," balas Alvarios dengan wajah tenang.

"Aaaa ... sakit, Kak!" rintih Hamzah.

"Katanya mau meminta waktu Arasya?" Alvarios menaikkan alis sebelah kanan. "Kalau mau menjadi suami Arasya, jangan lembek!"

"Gu-gue minta maaf! Gue gak akan ganggu Kak Arasya lagi!"

Ketika melirik Geova, seniornya itu malah langsung berlari secepat kilat. Adik kelas yang sudah dihasut untuk merayu Arasya padahal masih bersalaman dengannya.

"Kak Geova, jangan lari! Dasar pecundang! Tolongin gue dulu!" teriak Hamzah.

Geova tahu kalau nyawanya akan dalam bahaya kalau tidak segera kabur. Dia tidak lagi memedulikan adik kelas yang sedang meminta bantuan dan hanya mementingkan diri sendiri.

Habibi geleng-geleng saat melihat bokong Geova saat berlari cepat, seolah ingin menghindari sakaratul maut.

Di sisi lain, Arasya  menggenggam tangan Alvarios dan memberi isyarat agar pergi saja.

SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang