Chapter 34

381 62 10
                                    

Semenjak hari itu, Aizawa banyak menghabiskan waktu bersama (y/n).

Dalam beberapa waktu ini, gadis kecil itu beberapa kali tiba-tiba menangis ketakutan. Bahkan terkadang kekuatannya lepas kendali begitu saja. Aizawa benar-benar harus selalu berada di sisinya.

Ketika kondisinya lebih stabil, Aizawa mendapatkan perintah baru, yaitu menemani gadis itu hingga ia berani bertemu orang lain dan berani keluar dari ruang perawatannya. Selama ini hanya Aizawa-lah yang selalu berada di dekat gadis kecil itu sehingga ia hanya berani berada di dekat pemuda itu. Namun, setelah hampir seminggu semenjak ia menemani gadis itu, Aizawa tidak melihat adanya kedekatan di antara mereka berdua.

"Hei, siapa namamu?" Tanya Aizawa. Selama seminggu ini ia selalu mengulang pertanyaan yang sama dan gadis kecil itu tak pernah menjawabnya. Sebenarnya Aizawa sudah tahu nama gadis kecil itu, tapi ia tak tahu harus bertanya apa lagi untuk memulai pembicaraan.

Setiap harinya ia kehabisan ide untuk mengajak gadis kecil itu bicara. Apalagi Aizawa bukanlah tipe orang yang mudah dekat dengan siapapun. Ia orang yang sedikit canggung, tapi sepertinya ia harus mengesampingkan kepribadiannya itu untuk saat ini.

Aizawa bahkan sampai bertanya pada Yamada bagaimana caranya dekat dengan anak kecil, tapi Yamada malah salah paham dengan pertanyaannya.

Aizawa belum pernah mendengar gadis itu bicara dengan normal kepadanya. (y/n) hanya terdiam dengan tatapan kosong di atas kasurnya. Aizawa tahu kejadian hari itu tak mungkin ia lupakan begitu saja. Hal itu pasti mengganggu mentalnya. Apalagi ia hanya anak kecil.

"Kau suka apa? Mau jalan-jalan ke luar?" Tanyanya lagi.

Kali ini gadis itu menoleh ke arahnya. Gadis itu meremas selimutnya. Ia seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun, akhirnya ia memilih untuk tidak mengatakannya.

Aizawa mengehela napas panjang. Sepertinya memang butuh waktu yang lama baginya untuk dekat dengan gadis itu. Aizawa beranjak dari kursinya. Ia membuka jendela ruangan, membiarkan udara segar masuk ke dalam.

"Hari ini cuacanya cerah, ya?" Aizawa belum menyerah menarik perhatian gadis kecil itu. Biasanya jika ia sudah menyerah, Aizawa akan duduk diam di kursinya sembari membaca buku.

Aizawa menatap pemandangan di hadapannya. Jendela itu mengarah langsung ke taman di rumah sakit ini. Taman itu dipenuhi bunga dan pepohonan. Ada kolam kecil di tengah taman itu. Pasien-pasien di rumah sakit ini sering kali datang ke taman ini untuk sekedar jalan-jalan atau mencari udara segar.

Tiba-tiba semak-semak yang berada di luar dekat dengan jendela itu bergerak sendiri. Seperti ada sesuatu di sana. Dan benar saja, sesuatu melompat dari semak-semak itu ke atas jendela ruangan. Aizawa sedikit terkejut melihatnya.

Rupanya itu adalah seekor kucing kecil yang Aizawa temukan kemarin saat baru tiba di rumah sakit. Saat itu Aizawa memberikan kucing itu makan karena dia terlihat kelaparan. Aizawa memang selalu membawa makanan kucing bersamanya untuk ia berikan kepada kucing jalanan manapun yang ia temui.

"Bagaimana kau bisa sampai di sini?" Kucing itu melompat ke atas kasur gadis itu. "Ah, hei, tunggu, jangan masuk ke dalam!" Aizawa akan dalam masalah jika ketahuan membawa kucing ke dalam rumah sakit.

Kucing itu mengeong dan bergerak mendekati gadis itu. Aizawa sedikit khawatir gadis itu akan ketakutan, namun mata gadis itu justru berbinar melihatnya.

Aizawa mengurungkan niatnya menangkap kucing itu. Pemuda itu bisa melihat tangan kecil gadis itu yang berniat menyentuh bulu putih kucing kecil itu, tetapi tak lama kemudian gadis itu mengurungkan niatnya. Ia selalu saja teringat kembali pada ketakutannya. Gadis itu tak bisa berhenti membayangkan dirinya yang akan menghancurkan apapun yang berada di dekatnya. Semua itu membuatnya tak berani berada di dekat siapapun.

The World Turns Into Anime [Bakugou X Reader]Where stories live. Discover now