20. Sebuah Alasan

14 2 0
                                    

Sema berjalan sendirian di lorong sekolah. Upacara bendera sebentar lagi akan berlangsung, dan Sema harus menemui Bu Nila untuk persiapan penyerahan piala nantinya. Ia juga akan penasaran kira-kira berapa juara yang diraih Desta.

Sema berhenti tepat di depan tiga orang yang berdiri di dekat petugas ucapara. Desta sudah berdiri sedari tadi, kini Sema diarahkan untuk berdiri di samping Desta. Sementara di sampingnya ada tiga orang perwakilan lomba debat kelompok yang kemarin juga memenangkan perlombaan.

Desta menoleh pada gadis itu. Hidungnya memerah, matanya agak sembab walaupun sudah terlihat dibasuh. Wajahnya lesu, persis seperti Keyra tadi. Apa Sema juga menangis?

Desta kembali menoleh ke depan. Tak ingin peduli atau sekedar bertanya gadis itu kenapa. Karena sejatinya dalam kepala Desta sudah mengumpulkan berbagai spekulasi. Pasti tidak jauh-jauh dari urusan perasaan. Inilah yang membuat Desta malas berurusan dengan asmara saat remaja.

Susunan demi susunan upacara telah terlewati. Kini saatnya pengumuman hasil olimpiade. Nama Desta dan Sema dipanggil berserta ketiga orang perwakilan dari lomba debat kelompok. Orang-orang itu lantas berjalan menuju ke tengah lapangan. Disertai pengumuman hasil seleksi.

"JUARA TIGA OLIMPIADE FISIKA TINGKAT NASIONAL, ATAS NAMA RADESTA KADAVA KELAS DUA BELAS IPA 1." Tepuk riuh menghiasi lapangan kala itu. Berbeda dengan Sema yang kini menatap Desta tak percaya. Pemuda itu menatap balik, sesaat pandangan mereka bertemu.

"See, Gue dibawah Lo." Ujar Desta tak terdengar sebab suara bising. Namun Sema dengan jelas menangkap ucapan pemuda itu lewat gerakan bibir. Desta merujuk pada juara yang ia dapatkan, Sema pun tak menyangka dirinya lebih baik daripada si genius fisika. Samar-samar Sema tersenyum menatap piala nya sendiri.

Lalu kegiatan menyerahkan piala pun berlangsung seperti biasa.

Beberapa saat kemudian upacara telah selesai dilakukan. Semua siswa kembali ke kelas masing-masing untuk mengikuti pelajaran seperti biasa.

—o0o—

Bel istirahat berbunyi nyaring membuat semangat para siswa kembali berkobar. Mata-mata yang tadinya hampir terpejam kini terbuka lebar. Jiwa-jiwa yang suntuk kini tersenyum cerah. Berbondong-bondong menuju kantin untuk menuntaskan rasa lapar atau sekedar berkumpul dengan teman menghilangkan penat.

Di bangku kelas Sema, gadis itu sedang duduk meregangkan otot-ototnya yang kaku sesaat. Sembari menunggu Haru kemari, gadis itu membuka ponselnya. Menggulir apapun yang menarik.

"Sema ada yang nyariin tuh." Sema mengangkat pandangannya lurus ke depan. Teman sekelas yang memanggilnya tadi sudah keluar. Tidak sempat Sema bertanya siapa yang mencarinya, mungkin saja Haru kan?

Sema memasukkan ponselnya ke dalam kantong. Berjalan keluar sedikit cepat. Namun membeku di ambang pintu saat melihat yang mencarinya bukan orang seperti dugaannya. Sangat berkebalikan. Ini Keyra, pacar Haru.

"Hai Sema." Sapa gadis itu, tak lupa melambaikan tangan dan melempar senyum manisnya. Dibalas senyuman kaku oleh Sema. "Ada apa Key?" Tanya Sema. Pikirannya tak tenang sedari tadi.

"Bisa ikut Gue sebentar?" Tanya Keyra. Suara gadis itu begitu lembut. Wajahnya semakin cantik jika dilihat dari dekat. "K-kemana?" Tanya Sema. Gadis itu agak memundurkan badannya kala Keyra hendak meraih tangannya.

"Ke taman bentar, Gue mau ngomong sama Lo, nggak lama kok." Ujar Keyra, gadis itu kembali meraih tangan Sema hendak menuntunnya berjalan. Tapi Keyra kembali berbalik saat Sema membeku tak bergerak. "Kenapa?" Tanya Keyra.

"H-haru? Kalo Haru nyariin gimana?" Agak aneh berkata demikian. Mengingat Keyra disini yang pacar Haru. Sema agak takut terlebih ketika mendapati perubahan ekspresi dari Keyra. Sema menjadi tidak enak.

"Gue udah bilang Haru tadi kok. Tenang aja." Ucap Keyra. Perlahan keduanya melangkah bersama menuju salah satu bangku di taman utama. Banyak yang menatap interaksi mereka, namun Keyra sepertinya abai. Sema juga mencoba tak peduli walaupun sebenarnya ia risih dengan tatapan-tatapan penuh pertanyaan yang terlontar.

"Ada apa Key?" Tanya Sema. Ia sudah agak tidak nyaman dengan banyaknya pasang mata yang melirik sinis ke arahnya.

Keyra meletakkan sebuah kresek diantara dirinya dan Sema. Dengan telaten gadis itu mengeluarkan roti dan juga susu kotak. Menyerahkannya kepada Sema. "Makan dulu, kata Haru Gue harus mastiin Lo makan." Ujar Keyra tersenyum, dibuat setulus mungkin terlebih Keyra menangkap sosok Haru di depan kelas tengah memperhatikan mereka. Segitunya Haru ingin memastikan Sema-nya makan. Setelahnya pemuda itu melenggang entah kemana. Yang jelas setelah kepergian pemuda itu senyuman Keyra pun hilang dalam sekejap. Hatinya meraung, tapi demi tujuannya Ia harus bersabar sedikit.

Sema memakan roti itu. Tidak enak juga menoleh Keyra. "Jadi ada apa Key?" Tanya Sema sekali lagi.

Keyra menoleh sekilas. "Nggak apa-apa, Gue cuma mau ngobrol sama Lo. Sekalian nanya-nanya soal Haru." Jelas gadis itu.

Sema berhenti mengunyah sesaat, lalu mencoba bersikap biasa saja seolah tidak ada apa-apa. "Nanya apa?" Tanya Sema.

"Kalian udah lama ya kenal?" Tanya Keyra. Sema mengingat kembali awal pertemuannya dengan Haru. "Eum, dari kecil." Jawabnya.

"Udah lama banget ya?" Sema mengangguk antusias. Tanpa sadar ia mulai terbiasa berbicara dengan Keyra. Tak Segugup tadi. "Gue yang nemenin Haru dari dia masih ingusan sampai glow up kayak sekarang." Imbuh Sema, gadis itu bercerita panjang lebar dengan Keyra yang senantiasa mendengarkan. Tak lupa sesekali merespon dengan pertanyaan agar topik nya tak berhenti.

"Sema, Gue mau jadi temen Lo." Ujar Keyra tiba-tiba. Sema stagnan pada posisinya. "Gimana?" Tanya Keyra. Sema mengangguk walaupun ragu. Sema merasa senang tentunya. Tidak terbayangkan dirinya diajak berteman dengan gadis populer seperti Keyra.

"Dan Gue boleh minta satu hal sama Lo, sebagai teman?" Tanya Keyra.

"Apa itu?"

"Lo janji bakal menuhin kan Sema?"

Sema mengangguk tanpa berfikir. Lalu Keyra menatap kearah gadis itu intens.

"Biarin Haru ngehabisin banyak waktu sama Gue." Pinta gadis itu. Sema kembali membeku. Bayangan kesenangan atas pertemanannya dengan Keyra hancur sesaat.

"Jadi Lo ngajak Gue berteman ada alasannya?" Tanya Sema sinis. Keyra gelagapan sesaat, tetapi gadis itu kembali tenang. Keyra menggeleng. "Lo baik Sema, Gue suka punya temen kayak Lo. Tapi Gue juga nggak bisa nahan cemburu saat Haru lebih mentingin Lo daripada Gue yang notabene nya adalah Pacar Haru."

"Lo harusnya ngerti, karena Lo orang baik." Imbuh Keyra,tatapan gadis itu tersirat sendu. Membuat Sema sedikit iba.

Sema memalingkan wajahnya. "Gue nggak pernah pengen ganggu hubungannya Haru. Bukannya Haru udah ngasih Lo syarat ya? Dan Lo udah setuju sama syarat Haru kan?" Tanya Sema tanpa memandang ke arah gadis itu.

Keyra mengangguk. "Iya Gue tau, maka nya Gue memohon sama Lo sebagai teman, tolong biarin Haru ngehabisin lebih banyak waktunya sama Gue."

Keyra menyentuh kedua tangan Sema.

"Sema, Gue nggak pernah pengen ngelakuin ini tapi Lo yang maksa Gue—" Sema menoleh seketika. Menatap Keyra yang juga tengah menatapnya.

"Gue baru tau Bokap Lo ternyata kerja di perusahaan Bokap Gue."

Deg.

Sema membeku sesaat. "Lo pinter, seharusnya Lo tau kan?" Tanya Keyra.

"Lo ngancem Gue?" Tanya Sema tak percaya.

Keyra menghela napas. "Gue nggak pernah mau ngancem Lo. Tapi Gue terpaksa. Lo lakuin apa yang Gue mau tadi, atau bokap Lo bakal kehilangan pekerjaannya." Keyra bangkit dari duduknya. "Terserah Lo mau nganggep Gue jahat, tapi... Tawaran pertemanan dari Gue tulus. Gue beneran mau temenan sama Lo." Tukas Keyra.

"Gue harap Lo pikirin ini mateng-mateng." Keyra melenggang dari sana meninggalkan Sema sendirian di bangku taman.

Beberapa langkah dari tempat Sema, Keyra kembali menoleh ke arah gadis itu.

Sema Lo baik, Gue yakin banyak yang peduli sama Lo. Gue harap Lo biarin Haru sama Gue— Batin Keyra sebelum benar-benar pergi.

SEMESTA [END]Where stories live. Discover now