Bagian 1: Mestika

13 3 0
                                    

Tepat pukul sebelas, portal antar dunia terbuka. Gadis berambut pirang dengan mata biru itu panik. Dia belum berhasil memecahkan kode rahasia.

Seandainya Velove dan Nyx percaya dengan apa yang dikatakannya, tentu tidak akan sesulit ini menemukan titik lokasi yang akan menjadi tempat penyerangan. Membekuk mereka, lalu menutup portal selamanya dengan mantra yang tertulis di buku.

"Kau pikir kami percaya dengan bualanmu, Marsha?" Nyx melirik ke arah Velove yang sibuk dengan cerminnya, lalu menatap Marsha dengan seringai kasar. "Orang tuamu saja meragukanmu. Sudahlah, fokus dengan cita-citamu jangan bertindak konyol dan percaya dengan buku ramalan itu."

Marsha mengepalkan tangan berusaha menahan buncahan lahar yang menggeliat di dada. Ingin menghajar keduanya tetapi diurungkan. Bagaimanapun mereka bersahabat baik sejak lama.

"Sial, tersisa sepuluh menit lagi."

Marsha berlari menuju lorong panjang yang mengarah ke taman belakang sekolah. Dia berpacu dengan waktu. Menyibak rerumputan liar yang menghalangi langkahnya.

Mengandalkan insting, gadis itu sampai juga di gudang tua. Dibukanya dengan hati-hati pintu kayu berukiran bulan sabit. Suara berderit terdengar keras. Marsha menghentikan langkahnya seolah merasakan energi negatif menyebar ke seluruh ruangan. Dipejamkan matanya sejenak, berusaha menenangkan diri.

"Syukurlah aman. Masih ada waktu tiga menit, aku bisa melakukannya."

"Kau terlambat, Marsha. Kami sudah masuk ke duniamu." Tawa membahana memenuhi ruangan.

Gadis itu terjengkang melihat kedatangan sekelompok orang tak dikenal berjubah hitam muncul di hadapannya. Apa yang Marsha takutkan terjadi. Mereka berhasil menembus portal antar dunia dan berencana mencari mestika yang tersembunyi di sekolah ini.

"Keluarkan semua kekuatanmu! Kami akan melawanmu," tantang laki-laki bermata merah dengan suara lantang.

•••

Nyx bukannya tidak mempercayai ucapan Marsha. Akan tetapi, kenyataan bahwa ia sendiri termasuk dalam kelompok 'pencuri mestika' membuatnya menggigit bibir. Marsha tahu, yang mana artinya ia harus memilih: tetap bersama kelompok pencuri berlandaskan kontrak atau berpihak pada Marsha.

Bukannya ia berniat berkhianat terhadap sahabat dan sekolahnya, hanya saja, bagaimana pun, Nyx terikat kontrak! Niatnya, hanya membuat Marsha patah semangat dan tidak ikut campur urusan ini. Sudahlah cukup bagi Marsha untuk memikirkan cita-citanya saja. Namun siapa sangka ucapan yang terlontar oleh bibirnya hanya membuat sahabatnya itu semakin gencar memecahkan kodenya.

Kenyataan bahwa gadis itulah yang membuka portal antar dunia itu membuatnya benar-benar merasa bersalah. Ingin ia kubur diri hidup-hidup karena berkhianat.

Tidak ada yang tahu bentuk mestika itu. Tetapi yang jelas, ketua kelompok pencuri ini tahu bahwa seseorang akan menghadang mereka. Beberapa kali ketua telah memberi Nyx peringatan akan eksistensi orang itu, dan orang itu adalah Marsha.

Saat ini, dengan topeng dan jubah hitam melekat pada tubuhnya, Nyx berdiri di barisan belakang. Ada Marsha di sana, tengah menghadang kelompoknya. Kalau begini ... mau tidak mau ia harus mencari mestikanya sendiri. Bagaimana pun Nyx harus menuntaskan kesepakatan yang makhluk-menjijikan-yang-dipanggil-adik buat.

Menyadari ketua dan yang lain masih sibuk dengan Marsha, Nyx mengendap pergi. Toh, yang tahu cara mencari mestika itu juga hanya gadis itu seorang. Marsha pasti sanggup bertahan sebentar sementara ia mencari Mestika dan meminta Velove untuk membantu sahabatnya itu.

Segera ia melepas topeng dan jubah yang ia kenakan, berlari menyusuri HighSchool WGAverse sambil memancing reaksi dari mestika guna mencarinya. Mengabaikan orang-orang yang menatapnya aneh.

CAMARADERIEWhere stories live. Discover now