01. Nick Name

221 21 2
                                    

Suasana ruang klub seni begitu damai, semua anggotanya terfokus pada lukisannya masing-masing. Sebab, minggu ini, Oba-sensei memerintahkan semua anggota klub seni untuk membuat tiga lukisan mengenai sesuatu yang mereka suka, objeknya pun dibebaskan dalam hal apapun.

Dan Aiya, ia seolah terjebak oleh waktu serta suasananya sendiri. Pikirannya berkecamuk, fokusnya tidak pada lukisannya, tetapi pada baju-baju yang terpajang di lemari kaca milik klub menjahit dan suara dari mesin jahit.

Suara dari mesin jahit seperti memenuhi pikirannya sehingga memorinya jatuh pada kegiatan yang dilakukan oleh klub menjahit.

Ia jadi menggelengkan kepalanya dengan pelan, fokusnya harus kembali pada lukisannya agar segera selesai sesuai dengan keinginannya.

Tangan kanannya yang masih memegang kuas lantas ia gerakkan pada kanvas di depannya, fokusnya sudah kembali pada lukisannya namun saat menyentuh warna biru muda yang terkesan cerah, ingatannya kembali teralihkan.

Kali ini bukan pada kegiatan ataupun produk dari klub menjahit, tetapi pada senyum lebar Mitsuya saat mengajaknya untuk bergabung dengan klubnya itu, ia seperti baru saja melihat senyuman yang begitu lebarnya dan terasa sangat tulus.

"Lukisanmu sedikit kacau ya, Aya-chan." Ujar Oba-sensei yang tiba-tiba saja sudah berada di samping Aiya dan berbicara dengan pelan tepat di telinga kirinya.

Aiya tersentak kaget dan tak sengaja membuat goresan berwarna biru pada lukisannya, hal itu membuat matanya semakin melebar karena ternyata karyanya semakin kacau disebabkan oleh pikirannya yang berkelana kesana kemari.

Ia menghela napas pelan dan tersenyum lebar pada Oba-sensei, "Maaf sensei, ada beberapa hal yang tak dapat kuhilangkan dari pikiranku." Ujar Aiya yang diakhiri dengan tertawa nanggung.

Oba-sensei tersenyum sampai kedua matanya menyipit, "Selesaikan lukisanmu yang akan menciptakan hal baru dengan adanya goresan biru itu, dan nanti pergilah ke mejaku." Ujar Oba-sensei, tentunya Aiya tahu apa maksud dari gurunya itu.

Aiya mengangguk pelan sebagai respon, "Baik, sensei." Ujar Aiya, membuat Oba-sensei pergi dari sampingnya dan kembali berjalan ke anggota lainnya untuk memeriksa karya dari masing-masing anggota klub seni.

Matanya menatap Oba-sensei dengan tatapan sedikit takut, karena bahasanya akan sangat berat ketika menasehati seseorang. Entahlah, jiwa-jiwa seni yang ada pada Oba-sensei seolah keluar menjadi rangkaian kata yang indah.

Ia menggelengkan kepalanya, kembali berusaha mengalihkan pikirannya agar terfokus pada lukisannya yang masih setengah jadi itu.

Setelah mengamati perkembangan dari semua anggota klub seni, Oba-sensei pamit untuk keluar ruangan seni setidaknya beliau akan kembali lagi dalam kurun waktu satu jam mendatang, yakni tenggat waktu pengerjaan lukisan.

Baru saja Oba-sensei menutup pintu ruangan, seorang perempuan dengan rambut pendek di sampingnya berbisik pelan padanya. "Aya-chan, apa yang mengganggu pikiranmu?" Tanyanya dengan penasaran.

Perempuan yang tidak ada feminimnya sama sekali itu menatap Aiya dengan mata berkedip beberapa kali, terlihat sangat penasaran. "Tidak untuk saat ini, Miya-chan." Ucap Aiya tanpa menoleh sama sekali.

Perempuan yang dipanggil Miya itu jadi mendengus kesal dan kembali terfokus pada lukisannya sendiri.

+×÷

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore dan Aiya baru saja keluar dari ruang guru sehabis berbincang dengan Oba-sensei. Ia tak dapat menyembunyikan apapun dari guru seninya itu, akhirnya ia berkata jujur atas rasa ketertarikannya pada klub menjahit.

Captain | 𝐌𝐢𝐭𝐬𝐮𝐲𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐚𝐬𝐡𝐢 ✓ Where stories live. Discover now