2

75 10 1
                                    

Saat Ini – Turki

"Kau bisa tinggal, kalau kau mau." Meta mendongakkan kepala dan memandang orang yang sudah sangat berjasa padanya selama ini balik memandangnya dengan tatapan lembutnya. Yang selalu mengingatkannya pada ibunya yang kini ada di Indonesia. "Tidak usah menghadapi kesulitan itu jika kau tidak mau. Kau bisa menghindar, mumpung kau masih memiliki kesempatan. Jangan khawatir tentang ibu ataupun adik-adikmu. Kau tahu bahwa kau bisa mengandalkanku untuk menjaga mereka seperti selama ini sudah kulakukan. Aku tidak pernah melanggar janjiku, kan?" tanya wanita itu masih dengan nada lembut namun penuh ketegasan.

Meta tak kuasa memandangnya. Ia memilih untuk memalingkan muka, menghindari tatapan wanita itu sementara matanya sendiri mulai berkaca-kaca.

"Tugasmu sudah selesai. Tapi bukan berarti aku akan mengabaikanmu." Lanjut wanita itu. "Klise memang jika aku mengatakan kalau aku sudah menganggapmu sebagai putriku sendiri. Putri yang bahkan tidak diketahui oleh orang lain. Tapi jelas, bagiku kau lebih dari sekedar orang yang bekerja untukku." Ucap wanita itu lagi. Meta kembali memandangnya. Dengan pandangan matanya yang mulai mengabur karena air mata, ia menganggukkan kepala.

"Terima kasih." Ucapnya dengan nada tercekat. "Untuk semuanya. Untuk menjaga saya dan keluarga saya." Lanjutnya dengan airmata yang mulai menetes deras.

"Anggaplah aku pernah ada di posisimu. Dan aku mengalami kesulitan yang sama sepertimu. Aku punya keluarga tapi aku tidak bisa mengandalkan siapa-siapa karena semua orang meletakkan bebannya di bahuku. Sama sepertimu saat itu. Tapi kau, punya aku. Dan sekarang, aku menyarankanmu. Sebelum kau ditinggalkan dan merasakan sakitnya rasa itu, lebih baik kau meninggalkan.

Bukan berarti kau tidak merasa sakit karena sudah meninggalkan. Justru bebanmu karena meninggalkan menjadi lebih besar karena kau tidak hanya menanggung kesakitanmu sendiri tapi juga beban rasa bersalahmu karena meninggalkan dia.

Tapi hidupmu masih harus terus berjalan. Bukan dengan rasa terpuruk dan patah hati karena sebuah harapan yang mungkin suatu saat tidak akan menjadi kenyataan. Tapi dengan optimisme dan keyakinan untuk membahagiakan orang-orang yang penting bagimu.

Dan itu bukan berarti bahwa dia tidak penting untukmu. Dia penting, sangat penting. Aku juga tahu bagaimana rasanya. Tapi kesakitan yang akan dia dan keluarganya berikan, bukan hanya kau yang akan mendapatkannya, tapi juga keluargamu. Ibumu, adik-adikmu.

Aku tahu bagaimana karakter para wanita yang menjunjung tinggi kasta. Aku tahu bagaimana para ibu yang selalu menggenggam kehidupan anaknya. Kau sendiri saksinya bagaimana aku bisa melakukan segalanya untuk putra-putraku. Dan aku juga tahu, kesakitan apa yang akan mereka berikan padamu akibat dari rasa sombong dan keegoisan yang mereka miliki.

Mereka tidak akan menerimamu, kecuali kalau dia berani meninggalkan keluarganya, berdiri di atas kedua kakinya dan melawan keluarganya bersamamu. Seperti yang terjadi padaku dulu. Tapi pertanyaannya, apakah dia sanggup?"

Meta terdiam. Itulah pertanyaan terbesar yang selama ini ada dalam kepalanya namun tidak bisa dia utarakan karena dia sendiri takut jika dia berada di posisi orang itu dan diberi pertanyaan yang sama.

"Sama seperti kau mencintai keluargamu, dia juga mencintai keluarganya." Ucap wanita itu lagi yang membuat Meta kembali mendongakkan kepala. "Jangan bebani dirimu dengan sesuatu yang sulit. Setidaknya, berikan diri kalian waktu untuk membuat keputusan." Wanita itu kemudian bangkit dari duduknya. Mengusap kepala Meta dan bahunya dengan gerakan lembut. "Kau hanya perlu meminta, aku akan memberimu pertolongan sesuai yang aku bisa." Ucapnya seraya meremas bahu kanan Meta dengan tegas.

Wanita itu kemudian berjalan menjauh. Namun tepat di depan pintu, wanita itu kembali menghentikkan langkahnya. "Lihatlah, betapa indahnya Turki. Kau baru melihat sebagian tempatnya saja. Masih banyak tempat yang bisa kau kunjungi dari sini. Dan Italia, kau tahu betapa dekatnya tempat itu." ucapnya dengan sebuah senyum yang tersungging di wajahnya yang biasanya menunjukkan kesan datar dan dingin. wanita itu kemudian mengedipkan sebelah matanya dan keluar meninggalkan Meta kembali dalam kesendiriannya. Suasana hening itu ditemani suara deburan ombak yang tidak jauh di depan matanya.

Melawan RestuHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin