love is a beautiful pain (UshiHina)

1K 111 76
                                    

Mereka bersatu bukan karena cinta. Keduanya bersatu karena merasa bahwa mereka berada di kapal yang sama, kapal yang hampir hancur dan tenggelam. Kesamaan nasib membuat mereka saling membutuhkan satu sama lain. Bersama hanya untuk melupakan pahitnya ditinggalkan.

"Kau akan sarapan sebelum pergi, Wakatoshi-san?"

Yang ditanya menggeleng pelan, berfokus pada kedua tangannya yang dengan telaten mengikat tali sepatu yang digunakannya.

Melihat gelengan kepala Ushijima, si penanya ber-oh ria. Mengambil kembali peralatan makan yang telah ia siapkan di meja sebelumnya. Ia pergi ke arah dapur dimana terdapat sebuah lemari khusus untuk meletakkan peralatan makannya. Dengan cekatan ia menaruh kembali sendok, piring, dan gelas yang dibawanya. Setelah selesai, ia berjalan menuju ruang depan dimana Ushijima sudah menunggunya.

Ia mempercepat langkahnya, menghampiri Ushijima. Setelah berdiri tepat di depan Ushijima, ia berjinjit, merapikan dasi Ushijima yang belum terpasang dengan baik.

"Terimakasih, Shoyo." Ushijima mengelus kepala orang yang bernama Hinata Shoyo dengan lembut. Tatapannya datar meskipun di bola matanya terlihat ada sedikit kehangatan disana.

Hinata mengangguk membiarkan Ushijima mengelus kepalanya selama beberapa saat. Setelah dirasa cukup, kedua tangannya bergerak untuk menangkap tangan Ushijima yang masih belum lepas dari kepalanya.

"Nanti kau terlambat, Toshi." Hinata membawa tangan Ushijima ke depan, menggenggamnya erat dengan kedua tangan kecilnya. Ia tersenyum lembut menatap tangan besar Ushijima yang berada dalam genggamannya.

"Baiklah, aku akan pulang telat hari ini. Makanlah dulu, jangan menungguku." Hinata kembali mengangguk, ia melepaskan genggamannya pada tangan Ushijima membiarkan tangan itu jatuh begitu saja ke sisi tubuh Ushijima.

Tangan yang tadi berada di kepala Hinata kembali terangkat, menyibak poni yang menghalangi kening Hinata dengan gerakan lambat.

Hinata menatapnya dengan mata besarnya, tau benar dengan apa yang akan dilakukan Ushijima. Sesuai tebakannya, bibir Ushijima mendarat di kulit keningnya mengecupnya lama.

"Sampai nanti, Shoyo."

"Baiklah." Hinata menatap punggung Ushijima yang berjalan menjauh kemudian hilang setelah ia keluar dari pintu rumah mereka.

Hinata memegang kening yang tadi dikecup Ushijima. Ia menutup matanya, mengingat sensasi bagaimana bibir tebal Ushijima mendarat di kulitnya. Hangat.

Hinata berbalik, masuk kembali ke rumah bagian dalamnya. Ia memandang sekeliling, memperhatikan segala hal, mencari tau apa yang harus dia kerjakan. Tidak dapat menemukan pekerjaan yang harus ia lakukan, Hinata mendesah kecewa.

Ia tidak bekerja seperti Ushijima. Ia hanya berada di rumah, melakukan pekerjaan layaknya ibu rumah tangga biarpun ia adalah seorang pria. Untuk kebutuhan sehari-hari Ushijima lah yang memenuhinya dari gaji yang ia dapatkan.

Hinata sangat mati kebosanan ketika tidak ada sesuatu hal yang dapat dikerjakannya. Ia yang biasanya selalu bergerak kesana kemari kini tidak dapat bergerak secara bebas. Ia bukan dikurung, ia hanya tidak ingin keluar dari rumah jika itu tanpa Ushijima.

Hinata kembali ke kamar mereka, mengambil ponsel dan kembali lagi ke ruang tengah, dimana terdapat sebuah televisi besar di pojok kanannya. Hinata duduk di sofa yang sudah tersedia, memainkan ponselnya. Hanya beberapa detik sebelum ia bosan. Ponsel tidak dapat menghilangkan kebosanan dirinya meskipun ada ribuan chat yang masuk, ia memilih untuk mengabaikan semuanya.

Hinata menatap balkon yang ada di sebelah kiri. Pintu balkon terbuka, membiarkan angin sepoi-sepoi masuk tanpa izin ke rumahnya dan membelai rambutnya lembut. Tatapan Hinata menerawang, menatap langit yang ada dibalik balkon. Ia terpikir sebuah kisah masa lalu yang membuatnya kini hidup bersama dengan Ushijima.

Love in Haikyuu!!Where stories live. Discover now