21. Terlihat sempurna

7.6K 454 6
                                    

Isha baru saja sampai di rumahnya setelah menemani Eza makan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Isha baru saja sampai di rumahnya
setelah menemani Eza makan. Bukan menemani lebih tepatnya, namun makan bersama. Keduanya sempat berbincang sebentar kemudian pulang. Eza, ternyata lumayan nyambung ketika berbincang dengan Isha.

Baru saja akan menginjakkan kakinya ke kamarnya, Isha tak sengaja melihat ibu dan Vano sedang berbincang sembari ibunya terlihat sedang membawa beberapa uang yang tampak ingin diberikan kepada Vano.

"Bu, Isha pulang" ucap Isha.

Seketika, ibu dan Vano tampak kaget kemudian ibu segera memasukkan uang tersebut ke dalam saku celana Vano dengan terburu-buru.

"Udah dari tadi, kak?" tanya ibu.

Isha menganggukkan kepalanya, "Iya bu, dari tadi pas ibu ngasih uang ke abang" jelas Isha

"Itu tadi ibu-"

"Nggak papa bu, Isha ngerti" potong Isha kemudian masuk kedalam kamarnya.

Isha bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa uang yang diberikan oleh ibunya kepada Vano itu tidak sedikit, namun kenapa hanya diberikan kepada Vano saja? Isha juga butuh uang untuk kesehariannya.

Setelah bisnis Vano dan teman-temannya itu berantakan, Isha yang selalu membeli kebutuhan rumah, kebutuhan sehari-hari semuanya Isha yang beli. Bahkan sampai uang saku adiknya pun dari dia.

Ia mengeluarkan semua uangnya, sampai-sampai untuk sekadar pulang naik bus saja Isha tidak bisa. Ia sama sekali tidak bisa membayangkan jika tidak bertemu dengan Eza tadi. Kakinya mungkin tidak bisa digunakan jalan besok pagi.

Bukan tidak ikhlas, Isha sangat ikhlas membantu ibunya. Namun, kenapa ibunya tidak pernah bertanya tentang bagaimana penjualan kuenya, bagaimana dengan uang modal Isha.

Ah, jangankan bertanya bagaimana penjualan dan modal kuenya. Bertanya kenapa pulang terlambat saja tidak.

Isha melempar asal tasnya, kemudian merebahkan tubuhnya ke kasurnya. Tubuhnya terasa sangat lelah, namun kenyataan sama sekali tidak memperbolehkannya istirahat sedikitpun.

Tak terasa, air matanya jatuh begitu saja.

Isha menghapus kasar air matanya, ia tak mau terus-terusan menangisi hal yang ditakdirkan untuknya. "Yok, kuat Isha. Bisa!" gumam Isha.

Tak lama setelahnya, ada seseorang yang masuk kedalam kamarnya. Isha seketika menoleh kearah pintu kamarnya, ternyata Vano sudah ada di depan pintu kamarnya.

"Kenapa?" tanya Isha.

"Gue boleh duduk?"

"Duduk aja" sahut Isha sembari duduk di ujung kasurnya.

Vano tampak duduk di kasur Isha, menatap Isha dengan lekat. "Ibu ngasih gue uang hasil jual emas tabungannya" ucap Vano.

"Gue nggak nanya, bang"

Bertaut [END]Where stories live. Discover now