CHAPTER MARKUS: Gairah Penjaja Birahi 0.5

8.6K 203 84
                                    

"Tenang aja! Nggak akan ada tainya. Sudah bersih!"

Meski begitu, tetap saja aneh bagi Lingga menjilati lubang kotoran manusia. Dengan terpaksa Lingga menjulurkan lidahnya, mencoba meletakkan ujungnya tepat di cincin anal Markus. Hanya sekedar di sentuhkan saja. Dia masih ragu untuk menggerak-gerakkan lidahnya. Aneh. Sebenarnya rasanya tidak terlampau aneh, hanya sugestinya yang mengolah pikirannya kalau ini aneh.

Lingga menarik lidahnya. Menghela napas. Mencoba menata pikirannya terlebih dahulu sebelum kembali menjulurkan lidahnya dan langsung menyapukannya ke belahan pantat Markus. Jilatannya memanjang dari bawah ke atas. Bolak-balik dia lakukan sambil menepis rasa aneh yang menyangkut di ujung lidahnya. Belum lagi bulu-bulu yang ikut bergesekan dengan lidahnya.

"Erhhhmm ...," Markus mendesah keenakan.

Lingga harus menahan napasnya untuk menghalau bau yang mengganggu sambil terus menjilat belahan pantat dengan tempo yang cepat dan tak beraturan.

"Jangan terlalu terburu-buru jilatnya!" Markus menginstruksi, "pelan-pelan aja jilatnya! Aku mau merasakan lidahmu benar-benar menjilat!"

Lingga bingung sekaligus kesal. "Harus bagaimana lagi?"

Markus melongok ke arah Lingga yang berada di depan selangkangannya. "Sekarang ikutin aku!" dia menjulurkan sebagian lidahnya. "Jangan julurkan seluruh lidahmu, sebagian aja! Jangan dikakukan, biarkan lemas!" jelas Markus setelah menarik kembali lidahnya. "Ikutin aku!" Markus kembali mencontohkan.

Lingga mengikuti. Tidak seperti tadi yang menjulurkan seluruh lidahnya dengan kaku. Sekarang dia hanya menjulurkan sebagian saja.

"Good! Sekarang jilat dengan pelan kerutan bool-ku!" Markus masih melongok sambil memberi arahan. "Ingat lemaskan aja lidahmu dan pelan-pelan aja jilatnya!"

Dengan perlahan Lingga menjilati-jilat cincin anal Markus. Dengan cara seperti ini, ternyata dia lebih bisa merasakan tekstur kulit anal yang berkerut. Dan entah kenapa dia menyukai sensasinya. Dia semakin penasaran untuk terus menjilat, apalagi dia bisa merasakan cincin anal itu berkedut-kedut di ujung lidahnya.

"Ehhmmm, ya, Lingga, enak banget! Terus jilat kaya gitu," Markus meracau. "Coba putar-putar lidahmu! Ikuti bentuk lubangnya!"

Lidah Lingga langsung melingkar-lingkar mengikuti bentuk cincin anal Markus. Sambil menjilat, dia menekan-menekan dan mendorong-dorong kerutannya dengan ujung lidahnya. Secara naluriah, dia membasahi dengan air liurnya agar mempernyaman jilatannya.

"Erhhhmmm ... Lidahmu enak banget, Lingga. Sekarang kamu jilat tepat di lubangnya," perintah Markus lagi.

Lingga menurut. Ujung lidahnya langsung menyapu tepat di lubangnya. Rasa yang lebih pahit langsung menggigit lidahnya. Dia mengumpulkan liurnya dan membalurnya di lubang itu dengan ujung lidahnya; untuk mengaburkan rasanya. Dia terus menjilat-jilat lubang yang sudah basah itu. Lubang itu pun semakin terasa berkedut-kedut.

"Ohhh ... yaa, jilat kaya gitu! Ehhmmm, bangsat enak banget," Markus meracau. "Yang banyak, Ga. Rimming sampai becek! Ehmmm ... Coba masukkan lidahmu lebih dalam! Kobel lubangnya!"

Seperti orang rakus dan sudah melupakan rasa jijik yang sempat dirasakannya, Lingga berusaha mencongkel lubang anal Markus yang sangat sempit itu dengan ujung lidahnya. Mengobel-ngobel cincin analnya dan memutar-mutarkan lidahnya sambil berusaha melonggarkan lubang yang begitu menjepit lidahnya. Lingga tak menyangka sensasi menjilat lubang anal senikmat ini. Dia terus mengumpulkan ludahnya agar lubang itu semakin becek dan semakin nikmat untuk di-kobel dan dijilat-jilat.

"Uuugggghhhh ...," tak terkira lagi Markus mendesah keenakan. "Sekarang masukkan lebih dalam lidahmu!"

Lingga menahan kedua bongkahan pantat Markus, sehingga lubang anal Markus sekarang makin menungging ke arahnya. Diamatinya sejenak lubang anak yang berkedut-kedut di hadapannya sebelum dia kembali meletakkan lidahnya di situ. Jilatannya sekarang lebih lincah dan liar. Bahkan dia tak segan lagi menyedot-nyedot sehingga air liurnya yang bercampur cairan anal ikut terangkut ke mulutnya. Lingga terus mencoba memasukkan lidahnya lebih dalam, meski agak kesusahan karena lubang yang begitu sempit. Sanking gemasnya, Lingga menyedot cincin anal yang rapat itu sambil menggigit-gigitnya.

L I N G G A - Kuli Jadi GigoloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang