#30 - Beautiful Goodbye

250 15 0
                                    

Namun, di sinilah dia. Teena sudah mencoba berbagai macam cara untuk sibuk. Tapi Johnny justru menelpon bahwa Ten pingsan saat gladi bersih. Teena tanpa persiapan apapun segera menuju lokasi konser. Ternyata semua hanya akal bulus mereka. Sampai di sana Ten tampak riang.

"Aku benci kau!" Teena mendorongnya saat Ten berusaha menyambutnya dengan pelukan.

"Kalian akur, ya?" tegur Jaehyun yang tengah melenggang melintasi ruang ganti. Teena hanya tersenyum kaku. Sejenak ia terpana dengan Jaehyun yang tampak lebih kekar daripada sebelumnya.

Dia juga terlihat lebih dewasa dan tenang. Jaehyun menjentikkan jari di depan wajahnya agar dia sadar.

"Hati-hati liurmu menetes."

Teena tersentak malu dan langsung menaikkan tudung hoodienya untuk menutupi wajah. "Aku mau pergi, lain kali kalau ada kabar kau mati, aku tidak akan datang," omel Teena pada Ten.

Ten hanya menyeringai jahil. Teena hanya berisik. Ten keseleo pun dia pasti akan datang. Kemudian Ten merangkul lehernya. "Hey, saat ini kau tidak bisa keluar masuk sesuka hatimu, semua orang ada di luar."

"Tidak peduli, pokoknya aku mau pulang."

Ten mendecak. "Tidak, tidak, kalau kau pulang, aku akan menangis."

"Memangnya kau bayi?" Teena mendelik. Ten mendengus.

"Sudah terlambat untuk pulang, noona, sebaiknya kau kembali ke venue atau kau bisa menonton dari sini."

Lucas duduk di hadapannya sambil menyeruput minuman bersoda. Johnny merebutnya.

"Apa kubilang soal minuman bersoda?" tegur Johnny menjauhkan minuman itu dan membuat Lucas cemberut.

"Ya, Teena, aku sudah capek-capek berbohong masa kau ingin pergi?" Johnny kini menghadap Teena. Lalu seorang pria bertubuh kurus keluar dari bilik ganti dan menatapnya tajam.

"Kenapa kalian harus menahannya? Kalau dia ingin pergi, biarkan saja, lagi pula kesuksesan konser ini tidak ada pengaruhnya dengan dia. Toh, dia juga terbiasa datang dan pergi sesuka hatinya." Taeyong bersandar di bilik ganti dengan kedua tangan terlipat di dada. Rahang Teena tiba-tiba saja mengeras. Ia berderap mendekati Taeyong.

"Terima kasih, aku pergi sekarang." Teena menekan setiap katanya dan melewati Taeyong begitu saja.

Langkah besarnya terus berderap melewati kesibukan para staf yang tengah bersiap untuk memulai konser. Tanpa sadar dirinya berakhir di sebuah taman terbuka. Kakinya terasa pegal setelah dia berhenti melangkah. Taman itu memang tidak cukup jauh dari area stadium yang menjadi lokasi konser.

Dari taman itu, Teena bisa melihat nctzen yang memenuhi halaman stadium. Poster konser yang menampilkan wajah para member NCT U terpampang besar di depannya. Teena hanya bisa menghela napas. Dadanya terasa bergemuruh. Namun, ia tidak tahu pasti penyebabnya. Apakah karena marah atau karena untuk pertama kalinya dalam 2 tahun terakhir dia kembali bertatap muka dengan Taeyong.

Setelah apa yang terjadi pada malam itu, dia pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal. Wajar jika Taeyong membencinya sekarang. Mulut ketusnya tadi menunjukkan betapa besar kebencian Taeyong terhadapnya.

Tetapi, Teena juga tidak salah. Terlibat hubungan dengan seorang idol itu sangat sulit. Dirinya mungkin tidak akan hidup tenang selamanya. Sehingga ia harus mengubur dalam-dalam perasaan serta mimpi-mimpi siang bolongnya terhadap Taeyong. Berapa kali dia meyakinkan diri sendiri untuk tidak memikirkan masa depan yang ada Taeyongnya. Masa depan cukup dia sendiri, atau laki-laki lain yang mungkin adalah soulmatenya yang sebenarnya.

Memang sulit. Bahkan hingga hari ini dia selalu saja gagal untuk mendapatkan pacar. Taeyong terus muncul di pikirannya setiap kali ia dekat dengan seseorang. Atau seseorang itu akan mundur setelah tahu ia pernah berpacaran dengan Jaehyun dan adik kembar Ten. Pokoknya ada saja hal yang menjadi penghambat setiap dia ingin menjalani hubungan baru.

You're Too BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang