#08 - Insiden Mobil Box

185 25 0
                                    

Peluh membasahi seluruh tubuh. Untung saja ia memakai kaos yang cukup tebal dan berwarna gelap, sehingga korset kain yang membabat dadanya tidak terjiplak dengan jelas. Mereka baru saja menyelesaikan latihan koreografi untuk lagu mereka nanti. Meski lagunya masih berbentuk nada instrumen mentahan saja, Mereka tetap harus bekerja cepat.

Sesi rekaman akan dilakukan besok setelah Taeyong merampungkan liriknya. Bicara soal Taeyong, sudah empat hari ia tidak melihatnya. Taeyong tidak ada dimana-mana. Bahkan diruang latihan. Setiap Ten bertanya apakah Taeyong tidak akan berlatih koregrafi mereka, maka Lucas atau Jaehyun akan menjawab bahwa Taeyong pasti mempelajarinya, Taeyong bisa berlatih setiap saat.

Ten tidak perlu merasa khawatir. Harusnya. Tapi ia malah kepikiran. Ten sendiri bingung kenapa ia harus repot-repot memikirkan laki-laki itu? Apa karena ia masih memiliki rasa bersalah? Ten menggelengkan kepalanya.

Jaehyun menatapnya heran. Ia menatap mangkuk jjangmyeon Ten yang masih penuh. Sang pemilik malah termenung sambil mengigit ujung sumpit. Sementara teman-temannya yang lain, para penari, telah lahap menyantap makanan mereka. Berlatih menguras tenaga. Setidaknya Lucas butuh dua atau tiga porsi besar untuk mengisi ulang tenaganya.

“Kau tidak makan?” tanya Jaehyun membuyarkan lamunan Ten. Ten mengerjap-ngerjapkan matanya. Sangat lucu, pikir Jaehyun.

“Kalau kau tidak mau, aku saja.” Tawar Lucas yang telah menghabiskan dua porsi jjangmyeon dan juga seporsi ayam goreng madu. Ten menarik mangkuk plastik itu sebelum Lucas mengulurkan tangannya.

“A-aku akan memakannya.” kata Ten segera membuka tutup mangkuk tersebut dan menyuap isinya. Jaehyun hanya bisa menggelengkan kepala sambil terkikik pelan. Lucas mengerucutkan bibirnya dan menatap Ten kecewa.

“Oh, Hyung!” seru Lucas kemudian ketika matanya tidak sengaja menangkap bayangan tidak asing memasuki ruang latihan. Semua ikut menoleh, termasuk Ten. Ten membulatkan matanya terkejut melihat Taeyong berjalan dengan langkah besar, kearahnya. Ten pun berdiri. Semua ikut berdiri. Dari auranya, Taeyong sedang tidak baik suasana hatinya. Tapi bukankah ia selalu seperti itu? Pikir Ten.

“Hyung…” lenguhnya ketika Taeyong berhenti tepat dihadapannya. Taeyong  menatapnya tajam. Lebih tajam daripada biasanya. Bulu kuduk Ten langsung meremang. Ia mundur selangkah. Taeyong mencondongkan tubuhnya mendekat. Ten semakin mundur. Ia tidak berani menatap mata tajam itu. Taeyong menatapnya lekat dari ujung kepala sampai ujung kaki.

“Lee Young Heum, kau…” Ten semakin sulit menelan ludah ketika Taeyong menyebut nama asli Ten. Dalam hati ia bertanya-tanya apa ia berbuat salah lagi? Kapan?

“Sudah kubilang mereka itu akur.” ucapan Taeyong tersela oleh suara Kangta. Blitz kamera seorang wartawan menyilaukan padangan Ten dan Taeyong. Wartawan itu mengangguk puas melihat kedekatan Taeyong dan Ten. Taeyong lalu mendecak sebal.

Wartawan itu tadinya mendesak Kangta tentang kebenaran berita renggangnya hubungan pertemanan Ten dan Taeyong sampai mereka terlibat perkelahian di atap pub milik Kangta. Kangta tidak sengaja melewati ruang latihan ketika ia melihat Taeyong dan Ten berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. Dipanggilnya wartawan tersebut untuk memberikan bukti bahwa Taeyong dan Ten baik-baik saja.

“Bisakah kalian memberikan pose yang lebih akrab lagi?” kata wartawan laki-laki itu. Ten dan Taeyong saling berpandangan. Dengan kikuk Taeyong merangkul Ten. Wartawan itu kembali membidik mereka. Sambil berpose Taeyong berbisik pada Ten dengan suara yang sangat dalam dan mengancam.

“Setelah ini kita bicara, pastikan kau tidak meninggalkan gedung ini sebelum bertemu denganku.” ujarnya. Ten mengangguk kikuk. Sang wartawan masih berkutat mengambil gambar mereka dari berbagai macam sudut. Taeyong mengutuknya dalam hati.

You're Too BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang