37

10 3 0
                                    

".......Arga?"

Pemuda yang dipanggil namanya itu langsung menggerakkan kepalanya memandang gadis cantik yang entah sejak kapan berdiri di sana. Ia tidak sendirian. Ada sosok pemuda yang sering ia lihat di sekolah kini berdiri di sebelah gadis cantik itu.

"Eh?" Respon Arga sedikit terkejut. "Kalian ngapain di sini?" Tanya Arga, entah sekedar basa-basi atau lebih tepatnya maksud pertanyannya adalah 'kalian ngapain berdua di sini?'

"Um, kita juga lagi nyari-nyari sepatu. Buat kado ulang tahun temen." Jawab Ica seadanya. Joshua tidak bicara banyak. Ia hanya diam saja memandang Arga dengan ekspresi datar.

"Berdua doang?" Tanya Arga yang entah kenapa nada bicaranya jadi terdengar ketus. Yang ditanya hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Arda yang berada di antara keduanya jadi memandang adik bungsunya dan temannya itu bergantian. Mengetahui kalau adiknya sedang jealous, membuat Arda jadi tersenyum menggoda.

"Kalian temen sekolahnya Arga?" Tanya Arda tiba-tiba nimbrung ke percakapan para remaja ini.

Ica dan Joshua jadi mengalihkan fokusnya pada gadis cantik yang tidak mereka kenal itu.

"Iya," jawab Ica seraya mengulas senyum di bibirnya.

"Aku kakaknya Arga, Arda." Ucap Arda memperkenalkan diri dengan riang.

Mendengar itu Ica membulatkan mata terkejut. Jujur saja, Ica sempat berpikir kalau perempuan cantik di hadapannya ini adalah teman dekat atau bahkan pacarnya Arga. Ia bahkan tidak mengira kalau perempuan ini lebih tua darinya. Wajahnya cantik dan terlihat seperti anak sekolah layaknya Ica, Arga dan Joshua. Apalagi tingginya hanya sebatas dagu sang adik membuatnya terlihat seperti seumuran dengan mereka bertiga.

"Ya ampun aku sempet ngira kalo kakak ini pacarnya Arga," kata Ica mengutarakan isi pikirannya.

Mendengar ucapan Ica, Arda tertawa kecil. "Masih keliatan kaya anak SMA ya?" Tanya Arda sudah mengakrabkan diri. "Arga belum punya pacar. Jomblo dia mah," sambungnya jadi menggoda sang adik.

"Dih kak Arda apaan sih," sahut Arga malas. Arda hanya menertawakan respon adiknya itu.

"Kak, kita duluan ya soalnya masih mau nyari-nyari yang lain." Pamit Joshua membuat Arga jadi memandang pemuda itu tak suka. "Duluan, Ga."

Ica juga segera berpamitan, "Arga, duluan ya. Kak, duluan." Katanya sambil membawa sepatu ungu muda yang tadi sudah ia pilih menuju kasir.

Arga masih memandangi kepergian dua orang itu. Bahkan sampai berbalik badan untuk melihat Ica dan Joshua berjalan menuju kasir.

"Diliatin mulu," ledek Arda menyenggol lengan Arga pelan. "Kalo naksir ngomong lah, keburu diambil orang aja nyesel deh,"

"Kak Arda nggak jelas.", Balas Arga tak minat menanggapi. Ia kembali berjalan melihat model sepatu yang lain.

"Keliatan kali kalo kamu naksir cewek tadi." Ucap Arda masih tak mau berhenti. "Mukanya manis sih emang  Imut banget. Tipe-tipe yang sayangable gitu."

"Keliatan dari mana? Emang di muka aku ada emot lovenya gitu?" Sahut Arga.

"Keliatan kamu judes banget pas tau cewek itu jalan sama cowok lain."

"Udah deh cepetan ini mau beli yang mana aku udah laper," kata Arga mengalihkan pembicaraan.

"Tapi tenang, Ga. Kalo menurut kakak kamu belom kalah. Cowok tadi kayanya bukan pacarnya."

Arga tak menyahut. Tapi sebenarnya ia penasaran dengan lanjutan dari ucapan sang kakak. Walaupun Arga tau ucapan kakaknya tidak sepenuhnya dapat dipercaya.

HaphephobiaWhere stories live. Discover now