🌬️Bab 16 : Sepoi Angin Sunup🍃

9 3 1
                                    

Kini setelah melewati enam hari dari prosesi peminangan, Sinaya dan Qadra akan segera melangsungkan pernikahan dan walimahan di rumah mempelai wanita, pihak dari lelaki sebagian membantu menyiapkan keperluan pernikahan seperti bahan makanan dan semacamnya.

Pagi harinya di halaman rumah Sinaya yang telah dihias dengan bunga-bunga yang indah, hamparan tikar-tikar yang terbuat dari daun yang dikeringkan lalu dianyam sedemikian rupa untuk tempat duduk para tamu laki-laki serta perempuan, tempat duduk perempuan berada di sebelah utara dibelakang tempat duduk mempelai wanita yang terkurung oleh hijab untuk menghalangi pandangan dengan yang bukan mahram sedangkan laki-laki sendiri duduk dibelakang mempelai laki-laki yang menghadap meja kecil untuk digunakan sebagai sarana prosesi ijab kabul dan letaknya di tengah-tengah.

Tampak Rinsina tengah mondar-mandir memeriksa segalanya, dari kemarin sore ia terlihat sangat sibuk mengatur dekorasi. Ibunya Sinaya tak berbeda jauh, ia menyiapkan berbagai makanan yang akan dihidangkan di walimahan nanti setelah akad nikah Sinaya dan Qadra, mereka juga tidak sendiri mempersiapkan semuanya karena setiap tetangga laki-laki maupun perempuan membantu keluarga Sinaya dalam mempersiapkan pernikahan itu.

Sinaya tengah duduk menghadap cermin yang ada dihadapannya, refleksi dari wajah Sinaya yang ada pada cermin itu penuh dengan kesukacitaan bibirnya tak henti tersenyum bahagia, matanya berbinar penuh kegembiraan, sedangkan jantungnya berdetak kencang membayangkan bagaimana ia akan hidup dengan Qadra nantinya. Pakaian hitam berenda emas ditepiannya yang dipilihkan oleh Rinsina waktu itu kini dipakai olehnya, Sinaya tampak anggun memakai pakaian itu, nuansa hitam yang membuat karakter Sinaya menjadi lebih berani dan kuat meskipun Sinaya memakai cadar nantinya, tetapi mata Sinaya yang memiliki tatapan tajam membuat siapapun akan mengagumi penampilannya.

Qadra sendiri juga tengah bersiap-siap di rumah nya, ia memakai dua pakaian panjang sepanjang tumit. Pakaian didalamnya berwarna putih sedangkan pakaian luar yang melapisi pakaian panjang sebelumnya berwarna hitam, karena Qadra mendapatkan kabar dari Rinsina bahwa Sinaya akan memakai pakaian berwarna hitam sehingga ia juga mengikuti pakaian yang dipakai Sinaya hanya saja tepian emasnya diganti dengan warna perak dan ikatan dikepalanya juga dihiasi dengan garis-garis perak. Rambut Qadra yang panjang diikat dan hanya sebagian yang terurai dibagian bawah ikat kepalanya, setelah Qadra selesai dengan pakaiannya ia menatap cermin sembari tersenyum bahagia karena sebentar lagi ia bisa bersatu dengan orang yang ia cintai secara halal.

Keluarga Qadra mempersiapkan kereta kuda yang digunakan untuk membawa mempelai laki-laki dan beberapa barang bawaan untuk mempelai wanita dan keluarganya serta sebagian mahar pernikahan.

Setelah semuanya siap Qadra dan keluarga besarnya pergi menuju rumah mempelai wanita dengan menaiki kereta kuda.

Di rumah mempelai wanita sudah berkumpul keluarga besar Sinaya dan para tamu yang di undang di pernikahan Sinaya, tak terkecuali Raja Ardana, Permaisuri, Putera Mahkota, Runday, Pangeran Argara, Panglima Prahasta, Guru Mahanda, dan lima orang prajurit kerajaan.

Ketika Qadra telah sampai semua orang berteriak senang, "Mempelai laki-laki telah datang!, mempelai laki-laki telah datang!"

Sinaya bahagia mendengar kabar bahwa Qadra telah sampai, Sinaya keluar dari kamarnya dengan ditemani oleh Rinsina adiknya.
Para tamu juga mulai berkata lagi, "Mempelai wanita telah keluar kamar, ijab kabul segera dilaksanakan."

Para tamu mulai duduk, sedangkan Raja Ardana dan Permaisuri duduk paling depan di masing-masing tempat.

Baderi menggenggam tangan Qadra dan memulai ijab dengan berkata,"Qadra, aku nikahkan engkau Qadra binti Jindari dengan anakku Sinaya binti Baderi dengan mas kawin emas lima ribu koin dibayar tunai."

"Saya terima nikahnya Sinaya binti Baderi dengan mas kawin emas lima ribu koin dibayar tunai," jawab Qadra dengan yakin sepenuh hati.

Semua para tamu serentak mengucapkan kata, "Sah."
Lalu memanjatkan doa-doa.
Pangeran Argara melipat jemarinya ia menahan rasa sakit yang ada di hatinya bergemuruh, tetapi Runday yang melihat Pangeran Argara gelisah segera menenangkannya dengan mengusap pundak sahabatnya itu.

Layangan SinayaWhere stories live. Discover now