the truth

21 7 3
                                    

I'm comeback again!!

Fyi, nanti aku bakal jarang update ya karena lagi fokus sama sekolah dulu. Udah kelas 12 jadi mau nyiapin diri dulu sama beban pelajaran, wkwkwk.

Insyaallah gak akan terlalu lama kok.

Vote🤗
.
.
.
.
.
.
.
.

"Apa maksud dari suamimu?"
Mereka terdiam, mengundang kembali kebingunganku begitu dalam.

Aku mengerenyit, menunggu jawaban yang sebenarnya dari mereka berdua masing-masing. Ibunya Jimin hanya terduduk dengan tangan yang menutupi wajahnya, dia terlihat seperti seseorang yang sangat menyesali perbuatannya.

Sedangkan Jimin berada di hadapanku sekarang, aku menatapnya yang sedang hanyut dalam pikiran, mencoba untuk mencari sebuah kata yang tepat untuk memberitahuku.

"Jika ini sangat menyakitimu tolong maafkan aku. Tidak tahu harus berkata apa agar kau tidak terbawa emosi yang begitu dalam" ucapnya jenuh.

"Kebenaran terkadang selalu menyakitkan. Akan berbohong jika aku harus merasa biasa saja"

Jimin menatapku, dia merasa bahwa kesalahan memang adalah jati diri dari manusia. Dalam reaksinya itu, terdapat kehati-hatian yang dia berikan. Ku menundukkan kepalaku, lalu menatap Jimin lagi dan meyakinkannya untuk berkata jujur.

"Kau menjadi anggota disana oleh seseorang yang menyarankan?"

Aku mengangguk, melihatku seperti itu Jimin menjedanya sebentar. Lalu mengatakannya kembali "harus kau ketahui bahwa, itu bukan cuma arena bela diri, tapi juga tempat dimana pengorbanan adalah hal yang wajib. Setiap seseorang yang keluar dari anggota tersebut, nyawa adalah kembaliannya "

Tepat dikalimat terakhir aku tertegun, bingung dan kaget beradu cepat dikepalaku. Ku ketahui satu hal bahwa Jimin lebih tahu semua hal tentang tempat tersebut, mengundang kembali memori dimana dia adalah anak dari ayahnya.

"Kau banyak tahu ternyata" ini bukan Kaliman berkesan, tapi justru pernyataan yang memojok.

Jimin menilai responku yang terlihat seperti biasa saja padahal hatiku rasanya begitu berdenyut.

Dia memainkan jarinya, menunduk gugup seperti seseorang yang ketahuan mencuri oleh guru.

"Jika seperti ini, kau akan memperlambat waktuku, Jimin."

Pria itupun mengangkat kepalanya lagi, jujur saja menunggu adalah perihal yang sangat memuakkan di kamusku.

"Ayahku memulai semua ini dari hasil judinya yang menang besar. Dia dianggap sebagai salah satu orang yang berguna dikalangan mereka, dia dijunjung tinggi. Ambisinya sangat besar untuk membangun usaha ilegal itu muncul, bahkan dirinya tak segan untuk meninggalkan kami yang dianggap beban baginya. Ayahku orang yang serakah juga, dia takut jika uangnya habis, maka dari itu dia hidup sendiri jauh dari kami"

Sesaat Jimin menjedanya, ibunya menarik nafas berat. Dia meramas jarinya dan menunduk bersamaan dengan bulir bening yang menetes jatuh ke tangannya.

Sementara aku masih bingung harus bereaksi seperti apa. Aku membenci ini, tapi aku juga mempunyai titik simpati untuk mereka. Mencoba mengakui bahwa bukan mereka penyebabnya, tapi ayahnya.

"Kini usaha ilegalnya itu berjalan lancar. Aku pikir dia melakukan itu dengan hal yang biasa seperti pada umumnya, tapi ternyata aku salah. Ayahku menggunakan peraturan mematikan itu seperti bayaran, bayaran atau utang dari para anggota.  Sebenarnya aku masih bingung tujuannya itu, dia tidak memberitahu ku semuanya".

destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang