POV Arman
Tiba-tiba aku merasa rindu pada Mas Arya, juga Papa. Sudah cukup lama aku belum mengunjungi mereka lagi.
Bergegas aku memasukkan kotak mungil berisi cincin itu di saku celana, berpamitan pada Mama hendak keluar sebentar. Aku tak bilang Mama mau ke mana. Kalau bilang mau ke makam, Mama pasti mau ikut. Sementara saat ini, aku hanya ingin sendiri dulu, ada sesuatu yang ingin kusampaikan pada Mas Arya.
Setiba di makam, aku berjongkok mengusap nisan Papa dan Mas Arya bergantian. "Assalamualaikum Pa, Mas, Arman datang," sapaku, lalu membaca doa untuk mereka dengan suara lirih.
Setelah itu, aku menghadapkan wajahku pada makam Mas Arya. "Mas ... sesuai pesanmu, aku masih tetap menjaga anak dan istrimu sampai saat ini."
Aku kembali teringat, pagi terakhir saat Mas Arya masih ada. Sebelum masuk ke mobil, ia bertanya padaku yang juga akan berangkat kantor. "Kamu nanti ngga ada lembur kan?"
"Kenapa Mas?" Aku balik bertanya. Meski tidak ada lembur, aku sering pulang malam atau bahkan tidak pulang dengan alasan dinas luar kota, padahal pulang ke kosan karena menghindari bertemu dengan Nadia.
"Mas hari ini nggak pulang, ada meeting penting di luar kota. Titip jagain Mama, Nadia, dan Rania ya, selama Mas tidak di rumah."
Tumben, Mas Arya ada meeting luar kota. Semenjak menikah, Mas Arya setahuku tak pernah sekalipun pulang malam, apalagi sampai bermalam di luar rumah. Ia tipikal orang yang tak mau ngoyo dalam bekerja.
"Keluarga itu yang utama. Bekerja secukupnya saja. Buat apa uang banyak, tapi kau tak punya waktu menikmatinya bersama mereka?" Begitu yang Mas Arya sering katakan padaku semenjak aku sering "lembur" sehingga jarang di rumah. Ah, ia tak tau saja apa alasan di baliknya.
"Mas ..." kembali aku mengusap nisan Mas Arya.
"Ijinkan aku menjaga istrimu sepenuhnya di dunia. Hanya di dunia Mas, di surga nanti akan kukembalikan ia padamu jika Allah berkenan. Aku tahu kau ingin sehidup sesurga dengannya kan."
********
"Buat kamu. " Kuberikan juga cincin monel itu padanya.
"Aku mau memberikan padamu saat kelulusan SMA, tapi tak jadi." Selama ini aku memang selalu menyembunyikan fakta bahwa sudah dari lama aku jatuh hati padanya, jauh sebelum ia bertemu Mas Arya. Dan akhirnya, hari ini kuungkapkan juga semua.
"Tapi Man, aku ..."
"Tolong terima," potongku cepat. Entahlah mungkin aku belum siap ditolak, belum siap untuk patah hati yang kedua kali.
"Kalau tak suka buang saja, jangan kembalikan padaku."
************
Dear readers, mohon maaf cerbung "Dijodohkan Dengan Adik Suamiku" hanya bisa saya publish di WP sampai di sini. Salah satunya karena ada yang mengcopas tanpa ijin cerita ini di platform mereka. Saya merasa tidak nyaman, apalagi karena cerita ini sudah saya premiumkan di KBM App.
Terimakasih untuk kebersamaan kita selama ini. Terimakasih yang sudah memberi vote, komentar, maupun yang hanya menikmati cerita ini dalam diam. Kalian membuat saya bersemangat untuk menyelesaikan cerita :)
Baca Part Full cerbung ini di KBM App dan Karya Karsa
Cara Membaca di KBM App
1. Download aplikasi KBM app di Playstore (sementara ini hanya bisa untuk android)
2. Bikin akun di KBM App, login dan cari judul buku: Dijodohkan dengan Adik Suamiku.
3. Bab 11 dst hanya bisa dibuka menggunakan koin. Klik beli koin/buy coin, ikuti instruksi
Cara Membaca di Karya Karsa (tanpa download aplikasi)
1. Buka https://karyakarsa.com/rahmi.aziza
2. Judul novel di Karya Karsa: Bila Jodoh
2. Kamu bisa pilih mau beli satuan (perpack 5 bab) atau paket (lebih murah)
3. Dapatkan diskon tambahan senilai 5K untuk pembelian paket Bila Jodoh Full Part. Caranya masukkan kode: BilaJodoh5K (Voucher diskon terbatas)
LINK HIDUP DI KOLOM KOMEN YA.
GIVEAWAY Berhadiah NOVEL cetak Dijodohkan dengan Adik Suamiku GRATIS: Cek bab paling akhir dari cerita ini, ikutan kuisnya ya.

YOU ARE READING
Dijodohkan dengan Adik Suamiku
RomanceDIJODOHKAN DENGAN ADIK SUAMIKU "Nadia, Arman, bagaimana kalau kalian menikah?" pinta ibu mertuaku penuh harap, tepat di hari masa iddahku usai. Menikah dengan Arman? Adik suamiku yang dingin itu? Bahkan setelah empat tahun kami hidup seatap di...