Dear, Sugar Enemy - 2

5.8K 146 5
                                    

"Flo!" Galang tak menyangka akan bertemu gadis itu di sini. Sudah tiga belas tahun, tak ada perubahan yang berarti pada gadis itu. Hanya badannya lebih tinggi dan lebih berbentuk. Wajah galak tapi manisnya yang dulu selalu polosan kini berpoles make up tipis. Ia juga masih suka mengikat rambut panjangnya dengan model kuncir kuda.

"Flo?" Diandra menatap Galang heran. "Namanya Kinara, bukan Flo."

"Flo itu nama an-"

"Aduh!" Kepalan tangan Kinara lebih dulu mendarat di lengan kanan Galang, sebelum lelaki itu menyelesaikan kalimatnya. Kinara masih ingat siapa flo yang dimaksud. Anjing betina bunting milik tetangga Galang yang katanya mirip Kinara saat lagi marah. Kurang ajar!

Diandra menatap dua muda-mudi di hadapannya dengan takjub. "Kalian sudah saling kenal?"

"Teman SD, Kak." Sebenarnya Kinara ingin mengatakan kalau mereka bukan teman melainkan musuh bebuyutan, tapi ia sungkan pada Diandra.

Ya, bagi Kinara, Galang itu musuh. Ia yang dengan mulus selalu medapatkan peringkat satu sejak kelas satu sampai empat SD, tiba-tiba posisinya dilengserkan oleh Galang si murid baru di kelas lima. Setelah itu ia harus lebih keras belajar untuk merebut posisinya kembali.

Galang yang rupawan ditambah prestasinya yang memukau tentu saja menarik perhatian hampir seluruh siswi di sekolahan. Di usia itu ketertarikan dengan lawan jenis mulai muncul. Wajar. Mereka berlomba-lomba mencari perhatian Galang, membuat Kinara menjadi bertambah muak dengan anak lelaki itu. Sebaliknya Galang, selalu santai menghadapi Kinara, bahkan tak jarang ia membalas makian Kinara dengan menggoda gadis itu, sampai wajahnya memerah. Hiburan yang lebih lucu dari stand up comedy, menurutnya.

"Lang, ibu ketua kelas, ngamuk, tuh!" seru Akbar sewaktu Kinara berteriak memanggil nama Galang sambil mengacungkan gagang sapu.

Bagaimana gadis kecil dengan kuncir kuda itu tidak murka. Pagi-pagi seluruh siswi sudah mengerubungi meja Galang, yang katanya sedang bagi-bagi coklat oleh-oleh dari ayahnya yang baru pulang dari luar negeri. Tak ada yang sadar akan tugas piket kebersihan kelas pagi itu, padahal bel masuk tinggal lima menit lagi. Sebagai ketua kelas, Kinara merasa berkewajiban menertibkan mereka.

"Galang! Kamu pikir ini tempat jumpa fans, hah?" Kinara memukulkan ujung gagang sapu pada meja Galang, membuat kerumunan sedikit melonggar.

"Bubar! Siapa yang piket hari ini?"

Kerumunanpun bubar, keder dengan bentakan Kinara si bintang kelas kesayangan guru-guru. Jika Kinara melapor, tentu mereka akan kena hukuman wali kelas.

Para petugas piket buru-buru mengambil peralatan kebersihan, sementara siswa lainnya memilih keluar, menyisakan tiga siswa lelaki yang masih duduk di sekitar Galang.

"Kepala preman kasih jatah dulu lah Lang, biar nggak ngamuk!" ujar salah satu diantara mereka.

"Bukan kepala preman, istri pertama Galang tuh! Nggak terima Galang dideketin cewek-cewek."

Semua tertawa. Sementara Kinara sudah siap dengan sapu di tangan ingin menghajar mereka semua.

"Mulai sekarang akan kupanggil dia Flo." Galang berujar tiba-tiba sambil menatap Kinara lekat.

Ketiga temannya memandang Galang penuh tanda tanya. Kenapa Flo?

"Anjing betina bunting milik tetangga gue, namanya flo, galaknya ... persis Kinara."

Dan ujung gagang sapu mendarat dengan mulus di kepala Galang.

🎥🎥🎥

"Maaf, Kak, sepertinya, lamaran kerjanya batal saja." Kinara menunduk, merasa tak enak hati pada Diandra. Tapi tentu saja lebih tak enak lagi jika ia harus menjadi asisten Galang. Selama ini ia bersaing untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi dari Galang dan sekarang ia harus menjadi bawahannya? Sungguh hina.

Dijodohkan dengan Adik SuamikuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora