Part 12 : Perasaan aneh dan siasat jahat

701 49 1
                                    

ASSALAMUALAIKUM, SEBELUM BACA, VOTE DULU, YA.. JANGAN LUPA FOLLOW JUGA AKUN WATTPAD SAYA TERIMA KASIH😘
🍁
🌸
🍁
🌸
🍁
🌸
🍁
🌸
🍁
HAPPY READING🤗

"Kamu di mana Zulaikha?" ucap seorang lelaki terdengar cemas. Dia terus melajukan mobilnya tak tentu arah dan tujuan. Sudah setengah jam lebih dia berkeliling jalan raya dan desa-desa terdekat berupaya mencari keberadaan Zulaikha, namun gadis itu tak kunjung ditemukan. Segala upaya telah dia lakukan, termasuk bertanya pada setiap orang yang dilewatinya dengan foto Zulaikha yang dia bawa. Akan tetapi hasilnya tetap sama gadis itu tidak ditemukan. Dia hampir menyerah dan putus asa. 

Zulaikha berjalan tertatih-tatih di tengah kegelapan. Tak tahu jalan untuk pulang, tetapi ia bersyukur karena telah lepas dari para preman yang menyekapnya tadi pagi. Jalan yang dilewatinya tampak sepi dari pengendara. Gadis itu memegangi perutnya. Ia merasa lelah dan letih karena terus berjalan. Ia khawatir dengan janin dalam kandungannya hingga memutuskan untuk beristirahat sejenak di halte bus. Tak lama kemudian gerimis pun turun secara perlahan. Hawa dingin menyeruak menembus kulit. Gadis berkerudung bunga-bunga itu memeluk dirinya sendiri. Bibirnya bergetar.

"Sabar ya, Nak. Kamu pasti kuat." Zulaikha mengelus perutnya yang masih rata. 

Dari kejauhan di antara gelapnya malam dan gerimis muncul bayangan yang tinggi dan besar. Zulaikha gemetar dan tak hentinya mengucap doa. Bayangan itu semakin jelas terlihat. Mereka mendekat. Ternyata dua orang preman sedang berjalan ke arahnya. Satu preman berkepala plontos dan satunya lagi berambut gondrong. 

"Hai cewek, sendirian aja, nih. Yuk ikut kita untuk bersenang-senang," ucap seorang preman yang berkumis tebal dan berjenggot sambil mencolek pipi Zulaikha. Telinga kanan preman itu ditindik di beberapa titik. 

Zulaikha menggigit tangan kedua preman itu dan berlari dengan sekuat tenaga. Kedua preman itu mengejarnya dan tak lama kemudian mereka akhirnya mengepungnya. Gadis itu semakin ketakutan. 

"Ayolah, Cantik. Kamu tidak akan bisa lari." Preman-preman itu tetawa dan menyeringai sambil memandangi tubuh Zulaikha dari atas hingga bawah dengan tatapan memangsa. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Seorang laki-laki yang mengenakan celana hitam dan jaket keluar dari mobil itu dan tanpa aba-aba langsung menyerang kedua preman itu. 

Zulaikha menjauh dari perkelahian sengit itu. Tubuhnya gemetar dan ada rasa cemas saat melihat Hanif melawan dua preman yang bertubuh besar itu. Akhirnya ia sedikit lega. Laki-laki yang ia kenal sebagai majikannya itu ternyata lihai dalam ilmu bela diri. Pukulannya tak ada yang melesat satu pun. Satu persatu preman tumbang hanya dengan beberapa kali pukulan. Mereka pun lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu. Hanif menghampiri Zulaikha dan kegelisahannya kini telah hilang ketika menemukan gadis yang ia cari itu.

"Mbak tidak apa-apa, kan?" tanyanya pada Zulaikha.

"Tidak apa-apa, Tuan, terima kasih banyak," jawab Zulaikha bergetar. Hanif yang tak tega melihat keadaan Zulaikha pun melepaskan jaketnya dan memberikannya pada gadis itu agar tidak kedinginan. Kemudian ia membawa gadis itu masuk ke dalam mobilnya untuk kembali ke rumahnya. Ia sangat bersyukur akhirnya ia bisa bertemu dengan gadis yang ia khawatirkan itu.

Setengah jam kemudian akhirnya mereka sampai di rumah. Hanif mengantarkan Zulaikha ke kamarnya dan meminta Bi Inah untuk membuatkan makanan dan minuman hangat untuknya. Gadis itu terbaring lemah dengan bibir pucat. Bi Inah pun cemas ia menggantikan baju Zulaikha yang basah, kemudian menarik selimut tebal untuk menutupi tubuh gadis malang itu, sementara Hanif kembali ke kamarnya dengan perasaan lega.

"Terima kasih, Bi," ucapnya pada Bi Inah.

Hanif mengambrukkan tubuhnya ke kasur, lalu memandang langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Ia merasa bingung dengan dirinya sendiri. Tiba-tiba sekelebat bayangan seorang gadis muncul di pikirannya. Ia menutup matanya dengan kedua telapak tangan berharap bayangan itu hilang.

"Ada apa dengan diriku? Bagaimana aku bisa mencintai wanita yang telah bersuami?" gumam Hanif seraya merutuki kebodohannya

"Siapa suaminya? Di mana suaminya sekarang? Mengapa dia tega membiarkannya terlantar?" Laki-laki berlesung pipi itu bangkit dari pembaringan dan memutuskan untuk membersihkan diri, karena gerimis dan perkelahian tadi telah membuat baju dan rambutnya basah.

*****

"Dia sedang hamil, honeey. Aku tidak tega memperkosanya. Tapi kau tenang saja, aku sudah meninggalkannya di jalanan yang sepi dan cukup jauh dari rumah. Sudah kupastikan gadis itu tak tahu jalan pulang," ucap seorang laki-laki dengan suara berat di ujung sana. Lawan bicaranya sedikit terkejut saat mengetahui informasi itu dan langsung mematikan teleponnya secara sepihak. Ia sedikit khawatir dan merasa ragu dengan ucapan mantan kekasih gelapnya itu.

"Kemungkinan pembantu tengil itu masih bisa kembali lagi. Oke, aku harus pikirkan cara lain agar dia diusir dari rumah itu," ucap Nora terdengar licik. Tak lama kemudian siasat jahat muncul dalam benaknya. Ia pun menyeringai kembali dengan penuh kelicikan, kemudian kembali ke kamarnya karena sang suami telah menunggu. Ia sudah memikirkan semuanya dengan baik-baik untuk segera kembali ke Jakarta agar bisa segera melancarkan aksinya.

Setelah tiga hari lamanya berbulan madu, Nora akhirnya berhasil membujuk Ali untuk segera pulang ke Jakarta dengan alasan sang mamah sakit. Mau tak mau lelaki itu pun menyetujuinya. Kini mereka sedang berada di ruang tunggu bandara. Sekitar dua puluh menit kemudian pesawat akan segera berangkat dengan rute Bali-Jakarta.

Matahari telah naik ke permukaan dengan memancarkan cahayanya yang terik. Pesawat akhirnya tiba di Jakarta. Seorang laki-laki dan perempuan tengah menuju ke restoran terdekat dengan menaiki taksi yang dipesannya. Mereka memutuskan makan siang di sana, setelah itu pulang. Sengaja mereka tidak memberi kabar orang rumah tentang kepulangannya yang seharusnya empat hari lagi.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit, mereka pun sampai di rumah. Kala itu jam menunjukkan pukul 13.00 siang. Keadaan rumah tampak sepi. Ali langsung menuju ke kamarnya, sedangkan Nora pergi ke belakang. Matanya tak henti menelisik seluruh rumah itu. Ia berhenti saat mata sipitnya menangkap seorang perempuan yang tengah memasak di dapur. Kedua tangannya mengepal. Kebencian menjalar dalam hatinya terhadap sosok itu.

"Pasti Hanif yang telah membawanya kembali, karena tak mungkin pembantu itu bisa kembali sendiri. Oke, tunggu pembalasanku, dasar wanita penggoda!" gumam Nora penuh kelicikan.

"Nyonya sudah pulang," ucap Zulaikha tersenyum saat menyadari keberadaan Nora di belakangnya. Ia tak menampakkan sedikit pun kesedihan pada raut wajahnya, meski dalam hatinya begitu rapuh saat menyadari kepulangan sang suami bersama madunya usai honey moon.

"Heh pembantu munafik, buatkan saya jus alpukat dan antar ke kamar saya!" titah Nora dengan tatapan tajamnya. Sekali lagi gadis berkerudung di depannya mengangguk dan tersenyum. Dia telah ikhlas melakukan semuanya. Menjadi seorang pembantu sekaligus babu di rumah suaminya sendiri.

Bersambung....

Jangan lupa klik bintang yang ada di bawah😘

ZULAIKHA "Istri yang Tak Dianggap" (On Going)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt