Part 21 : Album Foto

1K 73 17
                                    

Hai👋
Assalamualaikum semua✨
Jangan lupa vote dulu sebelum baca, ya.
Sayang banget sama kalian😘
💕💕
💕
💕💕
______________________________________
"Aku tak pernah menyesal telah menjadi istrimu. Aku juga tak pernah menyesal walaupun sudah bersusah payah mengandung anakmu. Karena bagiku kamu adalah rumahku. Tolong bantu aku untuk meraih surga dengan cara mengabdi walau tak dianggap."
_______________________________________Zulaikha

Malam semakin larut. Ali tak tahu harus berbuat apa. Ia merasa telah menjadi laki-laki paling bodoh di dunia ini. Bodoh karena keegoisan. Bodoh karena telah membiarkan Zulaikha pergi dengan segala lukanya.

Menyesal, rasanya semua sudah terlambat. Ali tak tahu harus ke mana lagi. Andai Zulaikha ada di hadapannya. Ali akan bersujud di kakinya. Karena maaf saja tidak cukup untuk mencabut duri dalam hati Zulaikha. Sudah terlalu banyak rasa sakit dan air mata yang dikeluarkan.

"Andai hari itu aku tidak mengusirmu, Zulaikha. Ah, mulut ini. Harusnya tidak mengatakan hal kotor itu. Kamu tidak pantas menerima semua perlakuan ini." Ali mengacak-acak rambutnya frustasi.

Ali ingat beberapa bulan lalu, bagaimana dengan kejamnya ia telah mengusir Zulaikha dari rumahnya. Dengan segala kehinaan dan fitnah. Pelacur? Ya, harusnya Ali tidak mengatakan hal itu pada Zulaikha.

"Sebaiknya kamu menginap dulu di rumah saya, karena hari sudah malam," ucap Pak Hasan seraya memegang kedua pundak Ali dan membantunya berdiri.

"Terima kasih, tapi saya akan tidur di gubuk ini saja, Pak. Karena saya ingin ingatan saya cepat kembali." Ali menolak dengan halus.

Pak Hasan pun kembali ke rumah untuk mengambil sesuatu. Gubuk itu sangat gelap dan tidak ada penerangan di dalamnya. Sudah lama gubuk itu tidak ditinggali. Gubuk yang meninggalkan banyak kenangan bagi seorang gadis bernama Zulaikha. Tak butuh waktu lama, karena rumahnya yang berdekatan. Pak Hasan pun datang dengan membawa sebuah lampu minyak dan memberikan itu pada Ali.

Laki-laki bertubuh tinggi itu pun memilih untuk segera masuk ke dalam gubuk dan membersihkannya agar bisa ditinggali. Tanpa sengaja Ali menemukan sebuah album foto dalam sebuah rak kecil di sudut kamar. Ia pun membersihkan debu yang menempel di album itu agar bisa dilihat dengan jelas gambar di dalamnya.

Ali terkejut bukan main. Ia membolak-balik setiap lembar album itu dengan tangan yang bergetar. Tak disangka foto hitam putih itu akan menjadi saksi dan bukti nyata pernikahannya dengan Zulaikha. Laki-laki yang terkenal arogan itu pun meneteskan air matanya. Ia tak kuasa menghadapi semua kenyataan itu.

Dalam foto itu tergambar jelas kebahagiaan baik dari senyum Ali maupun Zulaikha. Dan lewat tatapan mata Ali yang teduh dalam foto itu, terlihat ia sangat mencintai wanita di hadapannya. Mereka terlihat sangat serasi dan saling mencintai.

"Istriku, ke mana aku harus mencarimu?" Ali mengusap foto pernikahannya dengan pilu. Buliran air bening berjatuhan membasahi album itu.

******
Di luar hujan turun begitu derasnya. Seorang gadis dengan wajah tertutup kain hitam terlihat sangat gelisah. Sorot matanya mengarah ke luar jendela. Menatap hujan yang terus berjatuhan. Di tangannya menggenggam sebuah tasbih. Tak ada cara lain selain berdoa dan berdzikir. Berharap semua kecemasannya akan hilang. Mungkin sudah satu jam ia berdiri di sana. Tak ada rasa kantuk. Saat ini ia hanya ingin sang suami segera pulang. Rindu, mungkin. Meski bukan pertama kalinya Ali seperti ini. Bahkan sering laki-laki itu tidak pulang. Dan ketika pulang, yang tercium adalah bau alkohol.

"Kamu di mana Mas Adnan? Walaupun mas belum mengingatku. Semoga dengan cara lain Allah akan menunjukkan kebenaran dan Mas Adnan akan kembali mencintaiku," ujar Zulaikha dengan sedih yang tiba-tiba menjalar hatinya.

"Ibu, bapak, kakek. Likha rindu kalian. Likha butuh kalian untuk melewati semua ini. Likha rindu pelukan kalian. Likha sendiri di sini," ucap Zulaikha dengan air mata yang mengalir tanpa bisa dicegah.

Setelah cukup lama berdiri di sana, Zulaikha memutuskan untuk segera kembali ke kamar. Terlihat Bi Inah sudah tertidur dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Zulaikha pun duduk di tepi ranjang.

Gadis itu meraih tas di kolong tempat tidur dan merogoh sebuah foto di dalamnya. Sebuah foto yang ia simpan selama beberapa bulan sejak ia meninggalkan kampung halamannya. Selama beberapa bulan itu juga Zulaikha menyembunyikannya dari semua orang termasuk Ali. Mungkin orang akan berpikir bahwa ia adalah gadis yang bodoh karena telah menutupi kebenaran. Bukan bodoh, Zulaikha hanya takut kalau semesta akan menentang dan tidak mempercayainya. Walaupun takdir dan kenyataan ada di depan mata.

"Kapan semuanya akan berakhir, ya Allah. Bayi ini butuh seorang ayah."

Zulaikha menatap wajah tampan Ali dalam foto digenggamannya dengan perasaan sedih yang bercampur aduk.

"Sabar ya, Sayang. Kamu anak yang kuat. Pasti ayah akan kembali bersama kita."

Zulaikha mengelus lembut perutnya yang sudah membesar. Dan air mata kembali berjatuhan tanpa bisa dicegah. Mengingat bahwa sebentar lagi bayi itu akan lahir. Pasti dunia akan mempertanyakan siapa ayah dari bayi itu? Di mana ayahnya?

"Nduk, apa kamu baik-baik saja?" tanya Bi Inah lirih membuat Zulaikha terkejut.

Buru-buru Zulaikha menyembunyikan foto yang ia genggam dan segera mengelap matanya yang basah. Tidak, apa Bi Inah sudah tahu semuanya?

"Bibi sudah mendengar semuanya. Bibi merindukanmu, Nduk."

Tanpa aba-aba Bi Inah langsung memeluk Zulaikha. Gadis malang itu pun membalas pelukannya dan menumpahkan segala luka di bahu wanita tua yang sudah ia anggap sebagai seorang ibu.

"Bentar, Nduk," ujar Bi Inah berdiri untuk menutup pintu beserta jendela yang belum ditutup. Ia takut jika ada seseorang yang mendengar atau mengetahui siapa Zaenab sebenarnya. 

"Bibi, Likha sangat merindukan Mas Adnan."

Bi Inah mengelus lembut punggung Zulaikha. Membiarkan gadis itu menumpahkan semua duka yang ia pendam.

"Bibi tahu, kamu sangat mencintai suamimu. Sabar ya, Nduk. Pasti semua ada hikmahnya."

Zulaikha mengangguk tanpa bersuara. Hatinya terasa perih.

"Buka cadarmu, Nduk. Bibi ingin melihat putri Bibi ini tersenyum. Bibi sangat rindu."

Zulaikha kembali mengangguk. Gadis itu mulai membuka tali pengikat cadarnya.

"Astaghfirullah, apa yang terjadi denganmu, Nduk?

Bi Inah terkejut melihat wajah Zulaikha. Separuh wajahnya terdapat bekas luka bakar. Buliran bening pun menetes dari mata cekung Bi Inah. Tak tega, mungkin itu yang dirasakannya. Zulaikha sudah seperti seorang putri baginya.

"Ya Allah, Nduk. Begitu besar penderitaan yang kamu alami. Sabar, Sayang. Pasti Allah akan mengangkat derajatmu dan kebahagiaan akan datang. Kamu kuat, Nduk," ujar Bi Inah setelah mendengar semua cerita Zulaikha.

"Bagaimana jika Mas Adnan melihat wajahku, Bi? Pasti Mas Adnan akan malu. Apa Mas Adnan akan bisa menerimaku?"

"Tidak, Sayang. Bukan malu. Tapi Tuan Ali akan sangat bersyukur mempunyai istri salehah sepertimu."

Zulaikha tersenyum getir.

"Tolong rahasiakan semua ini, Bi."

"Pasti, Nduk. Kamu harus lebih hati-hati lagi. Karena Nyonya Nora sedang mencarimu saat ini dan berencana untuk melenyapkanmu."

Deg!

Maaf lama banget ya, upnya. Akhir-akhir ini author sangat sibuk banget di duta. Maaf ya, readers.

Semoga readers tidak kecewa😘
Makasih banyak sudah mampir.
Jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya, yah😍

Assalamu'alaikum 👋

ZULAIKHA "Istri yang Tak Dianggap" (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang