Part 13 : Fitnah dan Diusir

857 55 0
                                    

SEBELUM MEMBACA, VOTE DULU YA, GAES🤗 JANGAN LUPA FOLLOW JUGA 😘
.
.
.
.
.
.
.
HAPPY READING 😘

Pagi yang sangat cerah. Kicauan burung menyambut indah di balkon rumah. Seorang laki-laki berkaus hitam terlihat tengah bersantai dengan segelas teh hangat di tangannya. Tanpa sengaja kedua matanya menangkap seorang gadis berkerudung pink tengah menyapu di halaman rumah. Dari balkon sanalah laki-laki itu memperhatikannya dengan seksama. Gadis itu terlihat cantik dan anggun walau hanya berbalut jilbab dan gamis sederhana. Tanpa sadar, laki-laki itu menyunggingkan senyum ke arah sang gadis.

"Sayang, kamu nggak ke kantor?" Tiba-tiba seorang wanita dengan dress bunga selutut datang mengejutkannya.

"Tidak, Sayang, ini kan hari libur," jawab laki-laki yang bertubuh kekar itu dengan sedikit gagap. Wanita yang di hadapannya menelisik ke bawah dan memicingkan mata saat melihat gadis yang ia benci berada di sana. Ia sudah bisa menebak kalau sang suami pasti sedang memperhatikannya. Seketika itu Nora langsung mengajak Ali untuk pindah dari balkon ke ruang keluarga.

"Sayang, kamu maunya nanti anak kita laki-laki apa perempuan?" Nora merajuk dengan sedikit manja.

"Apa aja yang penting anak kita sehat," jawab Ali sambil mengotak-atik laptop di hadapannya. Ya, walaupun hari libur, tapi ia tidak bisa bersantai. Ia harus mengecek keuangan kantor sekaligus tugas para karyawannya. Ia juga harus menandatangani beberapa berkas penting. Semuanya terbengkalai saat ia honey moon ke Bali.

Merasa diabaikan, Nora pun pergi dari hadapan Ali. Bibirnya maju beberapa senti. Tangannya mengepal kuat penuh kebencian. Wajahnya merah padam. Kebenciannya kepada Zulaikha semakin bertambah. Ia berpikir kalau gadis itu akan merebut Ali darinya.

"Ini tidak bisa dibiarkan," ucapnya sambil meraih ponsel yang berada di dalam tas. Ia mengeklik kontak yang bertuliskan nama Leyon dan memulai panggilan.

"Temui aku sekarang di taman biasa kita bertemu!" Telepon pun dimatikan. Dengan segera ia meraih tasnya dan bergegas pergi menggunakan mobil pribadinya yang dibelikan Ali saat pernikahan mereka. Zulaikha menatapnya dengan heran.

Nora tiba di taman Cempaka. Jam menunjukkan pukul 08.00 pagi. Terlihat beberapa orang tengah duduk bersantai atau sekedar joging. Wanita berambut sebahu itu berjalan mengitari taman untuk mencari keberadaan seseorang yang ingin ia temui. Tak lama ia pun menemukannya. Ia hapal betul punggung orang yang sedang duduk bersender di kursi taman itu. Rambutnya tampak acak-acakan. Nora sengaja memanggilnya sepagi ini karena ia sudah tidak sabar untuk melancarkan aksinya. Ia tak mau menunggu waktu lama.

Wanita itu langsung menarik tangannya untuk pergi sedikit menjauh dari orang-orang sekitar. Laki-laki itu tampak terkejut dan mau tak mau ia pun mengikuti langkah Nora. Mereka duduk di kursi taman yang berada tepat di bawah pohon yang cukup daunnya cukup rindang.

"Kenapa kau mengajakku bertemu sepagi ini? Apa bayi kita baik-baik saja, Sayang?"

"Hentikan omong kosongmu! Kerjamu yang kemarin tidak membuahkan hasil. Sekarang aku mau kamu lakukan sesuatu untukku,'' ujar Nora terdengar serius. Laki-laki bertubuh tak kalah kekar dengan Ali itu mengulurkan tangannya. Dengan cepat Nora tahu apa maksudnya. Ia mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan memberikannya pada lelaki di hadapannya yang tak lain adalah Leyon. Kemudian Nora mendekatkan bibirnya di telinga Leyon dan mulai berbisik.

"Oke, Bos," ucap Leyon menyengir kemudian pergi dengan motor sportnya. Nora tersenyum penuh kelicikan. Ia duduk sejenak, lalu pergi meninggalkan tempat itu.

**********
Pagi berganti siang. Cahaya matahari tak tampak dan seakan lenyap karena tertutup mendung. Semua orang rumah sedang dengan kesibukannya masing-masing. Zulaikha dan Bi Inah terlihat sedang merapikan dapur dan mencuci piring, sedangkan tuan rumah mereka sedang berada di kamarnya masing-masing.

'Tok Tok Tok!

Terdengar seseorang mengetuk pintu dari luar dengan keras. Seorang laki-laki gagah berkulit putih dan berkumis tipis pun terpaksa keluar dari kamarnya untuk membukakan pintu, diikuti dengan seorang wanita berambut pirang. Wanita itu menyeringai licik. Ia sudah bisa menebak siapa orang yang datang mengetuk pintu itu. Ya, siapa lagi kalau bukan Leyon.

Ketika pintu sudah dibukakan, laki-laki dengan rambut disemir acak-acakan itu langsung menerobos masuk.

"Di mana perempuan pelacur itu?!" ucapnya dengan emosi. Zulaikha, Bi Inah dan Hanif pun terpaksa menghentikan aktivitasnya dan segera keluar saat mendengar keributan.

"Ini orangnya. Kemarin malam wanita ini kabur dari hotel. Saya sudah membayarnya mahal untuk melayaniku dan bayi yang berada dalam kandungannya itu adalah hasil hubungan gelap kami!" ujarnya seraya menunjuk ke wajah Zulaikha. Gadis itu terdiam dan terkejut dengan perkataan orang di hadapannya itu. Lelaki yang sama yang menculiknya kemarin. Terlihat semua orang yang ada di sana tercengang dan bertanya-tanya, "Ada apa sebenarnya?"

"Dia bohong! Saya bukan wanita seperti itu. Dia yang sudah menculik saya kemarin malam dan menurunkan saya di jalanan. Saya bahkan tidak mengetahui namanya." Zulaikha mencoba membela diri terhadap tuduhan yang dilontarkan Leyon kepadanya. Air matanya langsung menganak sungai. Tampak raut wajah Ali terkejut saat tahu kehamilan Zulaikha. Hanif pun menatap Zulaikha tidak percaya.

"Kalau kamu tidak berbohong, sekarang katakan di mana suamimu atau ayah dari bayimu?" timpal Nora melipat tangannya di depan dada. Sekali lagi Zulaikha terdiam. Buliran bening tak bisa ia bendung lagi dan akhirnya mengalir deras dari pelupuk matanya. Ia harus menjawab apa. Ia takut dan bingung. Apa yang harus ia katakan? Apa ia harus jujur kalau suami sebenarnya adalah Ali. Akan tetapi, semua orang pasti tidak akan percaya kecuali Bi Inah yang sudah tahu kebenarannya sejak awal. Terlebih lagi Ali masih belum mengingat apapun tentangnya dan pernikahannya.

"Dia tidak bisa menjawab, kan, dia ini memang pelacur," sahut Nora mengompori. Zulaikha menunduk pasrah dengan air mata yang berjatuhan di lantai. Wanita jahat itu tidak mengaca dirinya sendiri yang nyatanya bayi yang dikandungnya adalah hasil hubungan di luar nikah yang tentunya itu bukan darah daging Ali.

"Saya punya bukti tentang hubungan saya dengannya." Leyon menyerahkan beberapa lembar poto pada Ali yang menampilkan dirinya sedang tidur bersama Zulaikha di kamar hotel.

"Hentikan omong kosong ini! Sekarang kamu saya pecat! Cepat pergi dari rumah ini! Saya tidak mau punya pembantu yang seorang pelacur," ucap Ali membentak dengan emosi. Ia menyobek lembaran-lembaran poto itu menjadi beberapa bagian dan melemparkannya ke wajah Zulaikha. Kini, ia sudah membenci wanita malang itu dan mengecapnya sebagai wanita kotor.

"Kenapa dulu dia mengaku telah menikah denganku. Mungkin taktiknya dia untuk menjebakku agar bayinya memiliki ayah. Ah, kenapa aku tak bisa mengingat apapun tentangnya," gumam Ali dalam hati. Semua kejanggalan yang ia rasakan mampu membuatnya bingung dan pusing.

"Di dalamnya ada amplop berisi uang. Itu untuk mengganti tenaga kamu selama bekerja di sini. Sekarang angkat kaki dari rumah ini! Dasar wanita munafik!" ucap Nora sembari melempar ransel Zulaikha keluar rumah, kemudian mendorongnya keluar. Gadis malang itu memungut tasnya, lalu menoleh sebelum akhirnya pergi. Bi Inah menatapnya dengan iba dan berurai air mata. Sedangkan Hanif menatapnya dengan ribuan tanya dan rasa tak percaya.

Bersambung....

See you next part ❤️❤️

ZULAIKHA "Istri yang Tak Dianggap" (On Going)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin