02

20K 1.3K 35
                                    

Bukan lapaknya siders!!

.
.
.

Kicauan burung terdengar merdu suasana pagi yang baru saja diguyur hujan, bau tanah yang menenangkan membuat siapa saja enggan membuka mata hanya untuk sekedar menyapa matahari yang tampak masih malu-malu untuk menunjukkan sinarnya.

Pemuda jakung dengan rambut basahnya sudah keluar dari kamar mandi sepuluh menit yang lalu namun tampak tak ada niatan sedikitpun untuk beranjak dari balkon kamarnya yang langsung berhadapan dengan kebun belakang rumahnya.

Rumah minimalis dengan desain elegan adalah rancangan mamanya sendiri yang memang seorang arsitektur, mawar putih mengelilingi bagian belakang rumah membentuk lingkaran bunga yang sangat indah mawar putih kesukaan mamanya.

"Naka suka hujan tapi Naka gak suka petir, kaya ibaratnya aku ada didunia itu karena mama sama papa tapi aku sukanya cuma sama mama."

Senyum manisnya terukir dibibir pucatnya mendapati salah satu burung yang hinggap dipundaknya, dia tak bisa berbicara dengan burung namun burung seakan mengerti suasana hatinya sekarang.

"Lo tau?apa yang paling gue harapin didunia ini?"

"Cuma satu, gue cuma mau punya keluarga lengkap yang bisa dengerin semua keluh kesah gue, semua yang orang lihat tentang gue cuma buruknya bahkan mereka semua gaktau kuatnya tangisan gue disaat gue bener-bener jatuh didalam masa keterpurukan gue yang sedalam-dalamnya."

"Semua orang punya porsi bahagia masing-masing sayangnya gue belum beruntung cuma dapet setengah porsi."

"Lo tau istilah buah jatuh gak jauh dari pohonnya? Gue harap itu gak terjadi sama gue, gue gak pernah berharap sifat gue sama kaya orang tua gue, dimana papa gue yang brengsek sedangkan mama gue yang terlalu baik gue gak naif lihat cewe cantik dikit langsung berpaling seenggaknya gue selalu berusaha jaga perasaan cewek karena gue selalu inget pesan mama buat jaga dan lindungi seorang wanita sebagaimana kita melindungi ibu kita sendiri."

"Meskipun Lo gak bakal jawab keluhan gue tapi makasih seenggaknya Lo mau dengerin suara gue yang masih bindeng."ucap Naka mengelus kepala burung yang masih enggan beranjak dari bahunya.

Netranya bertubrukan dengan netra burung biru yang kini berpindah ke tangannya.

"Titip salam sama Allah suruh dia cepet cabut nyawa gue."

Setelah mengatakan pesan tak masuk akalnya Naka melepaskan burung kecil itu untuk kembali ke keluarganya andai dia seperti burung itu yang bisa terbang bebas menggapai apa yang mereka impikan.

Tangannya dengan terampil mengancingkan seragam sekolahnya yang sudah mulai pudar warnanya bahkan dia lupa kapan terakhir dia mengganti seragam miliknya.

Penampilan yang jauh dari kata rapi membuat kesan badboy dalam diri Naka tidak ada yang tau terdapat jiwa rapuh dalam sifatnya bar-bar nya.

Langkah lebarnya membawa dia ke arah meja makan dimana tempat itulah yang paling Naka dihindari dimana dia harus satu meja dengan orang-orang munafik dan menjijikkan.

"Sini dek duduk samping Kakak."ajak Lala saudara perempuan tiri Naka, umurnya yang hanya terpaut 4 tahun.

"Tidak anak itu tidak akan ikut sarapan kali ini."ujar Helena tak menyetujui ucapan putrinya.

"Tapi kenapa ma dia kan anak papa juga, biasanya dia juga ikut makan bareng."

"Jangan membantah ucapan mama kau anggap aja dia tak ada."

Naka tersenyum kecut mendegar ucapan sampah sepasang suami istri itu sangat memuakkan, hubungan Naka dengan Kaka tirinya terbilang cukup baik  bahkan Lala yang biasanya membawakan makan secara diam-diam jika Naka tengah dalam masa hukuman.

"Gapapa kak gue pergi dulu."

.....

SMA GALAKSI salah satu sekolah bergengsi dijajaran ibu kota, sekolah dengan fasilitas yang lengkap dan juga kapasitas otak siswa-siswi nya yang tak bisa diragukan namun itu semua juga harus seimbang dengan uang yang harus dirogoh.

Arbynaka salah satu manusia beruntung yang bisa mendapatkan beasiswa penuh tanpa dipungut biaya sepeserpun dari awal masuk hingga dia lulus sekolah akhir, tentu tak mudah mendapat kan itu semua otak dan tenaga yang dikerahkan tentu tak sedikit waktunya yang harus dibagi agar tak terbuang sia-sia, baginya waktu adalah uang.

"Naka, lo dipanggil kepsek noh."ucap Dandi memberitahu.

Naka menatap ketua kelasnya bingung"Ngapain manggil gue kan gue belum jadi artis."

"Maksudnya?"

"Pak kepsek manggil gue mau minta tanda tangan kan?"

Dendi mendengus mendengar tingkat kepedean Naka yang semakin meningkat"Bagus lestarikan halu Lo."

"Yaudah gue ke kepsek dulu kalau sobat gue nyariin bilang aja gue lagi boker."

Setelah mendengar jawaban 'iya' dari temannya Naka langsung saja bergegas ke ruang kepsek tidak biasa nya dia dipanggil jika tidak dalam masalah, bahkan setaunya dia tak pernah mencari masalah dengan siapapun akhir-akhir ini.

Naka mengetuk pintu bercat coklat itu dengan ragu.

"Naka ya?masuk aja nak sudah ditunggu dari tadi."ujar Guru wanita dengan ramah.

"Baik bu saya permisi ijin masuk ke dalam."

Naka membungkuk an badan sebagai bentuk hormat, badannya kembali tegak menatap pemuda yang hanya berjarak beberapa bulan kini tengah duduk disamping walinya menatapnya penuh kebencian.

"Maaf pak ada apa ya?bapak panggil saya?"

"Duduklah ada beberapa hal yang harus saya tanyakan."Naka mengangguk mendudukkan bokong didepan kepala sekolah.

"Apakah benar kemarin kamu yang mendorong Galih dari lantai dua?"tanya kepala sekolah penuh wibawa.

"Maaf pak apa saya salah dengar? mendorong bahkan saya tidak bertemu dengan Galih sejak kemarin."jawabnya jujur.

"Gak pak dia bohong ini buktinya kepala saya harus dapat jahitan."elak Galih dengan kebohongan nya.

"Jujurlah Naka saya masih bisa memberimu kesempatan."

"Tapi pak Naka gak bohong bapak bisa tanya temen-temen saya yang lain kalau sejak kemarin saya cuma diem dikelas."

"Lo bohong kemarin kelas Lo olahrga seharusnya Lo juga ada dilapangkan tapi kenapa lo malah bilang cuma diem dikelas, kemana lo pas pelajaran olahraga."

Naka menegang menyadari kesalahannya dia jujur dia hanya diam dikelas pada saat pelajaran olahraga dia membolos untuk tidur bukan untuk niatan lain.

"Gue tidur dikelas pas olahraga."

"Bohong pak pas temen-temen nya olahraga dia samperin saya terus dorong saya dari tangga, ini pak saya punya rekaman Cctv nya."Galih menyerahkan rekaman Cctv yang sebelumnya sudah dia edit.

Semua hening menonton cuplikan video yang memperlihatkan dua pasang pemuda yang tengah bertengkar diujung tangga salah satunya tanpa sengaja mendorong tubuh yang lebih besar hingga berguling dibawah.

"Sudah jelas dalam video ini kamu yang mendorong Galih kenapa kau berbohong."cecarnya tajam.

"Tapi pak saya bersumpah gak pernah dorong dia sekalipun."

"Sudah ada bukti kau masih mengelak?dasar anak beasiswa apa kau tak diajari sopan santun, anak miskin dan tak bertata Krama seperti mu tak sepatutnya berada disekolah ini mencemarkan nama baik saja."tungkas Bu Endah wali Galih sekaligus wakil kepala sekolah.

"Saya emang anak beasiswa tapi saya masih punya harga diri yang gak seharusnya kalian injek-injek jangan mentang-mentang kalian berduit seenaknya perlakuin saya seenaknya, terserah bapak mau anggap saya apa yang penting saya sudah jujur, ini surat peringatan untuk saya kan? terimakasih saya pamit."

Naka membanting pintu keras tak peduli dengan sopan santunnya lagi, semuanya sama saja selalu memandang tahta dan harta.

"Gue cape kenapa hidup gue selalu dikelilingi masalah, kapan gue bisa hidup dengan tenang."

Bayar pake voment♡

ARBYNAKAWhere stories live. Discover now