Chapter 8

516 59 4
                                    

_Minah Hartika_

"Lalu bagaimana aku bisa memenuhi janjiku padamu ibu?"

Hanya Xiao Zhan yang mengetahui dirinya sendiri. Tentang bagaimana ia kesulitan menjalani hidup di kemudian hari, meski ada banyak sosok di sampingnya. Menyayanginya tanpa menyadari apa yang tengah terjadi.

Ini hanyalah sedikit masalah yang biasa terjadi dalam kehidupan. Semua nampak terjadi dalam kewajaran. Meski rumit! Tergantung takdir yang terus memutar segala hal hingga sampai di ujung bahagia.

[CHAPTER 8]

Zhao Liying..

Sebuah nama yang kini tertera pada sebuah nisan. Nisan yang tertancap pada tanah baru di tengah rerumputan hijau. Sebuah gambaranpun nampak tengah di dekap oleh seorang pemuda tampan meski wajahnya dipenuhi tangis. Wajah yang memerah dengan mata yang sembab. Isak tangispun masih pilu terdengar di antara riuhnya angin di sana.

Ia elus wajah tak hidup dalam foto yang kini ia dekap di dadanya. Ia bergumam "ibu.." dalam satu bisikan disusul rintihan tangis yang lain. "Aku mencintaimu bu," ucapnya lagi dengan bulir air mata yang kian bertambah membasahi wajahnya.

Cukup lama ia berdiri di samping gundukkan tanah tersebut. Di tengah teriknya matahari. Hingga sebuah payung hitam tiba-tiba hadir dari tangan lain. Melindungi dirinya dari terik tersebut.

"Cukup Zhan. Sampai kapan kau berdiri di sini?"

Xiao Zhan tak bergeming. Ia terus saja memanggil sang ibu dalam tangisnya. Memandang gundukan tanah itu meski pandangannya mengabur karena tangisnya. "Bu, jangan tinggalkan aku! Jangan!"

"Gege juga tak ingin ia pergi seperti ini," timpal Yibo pada akhirnya. "Dia pergi tanpa mengatakan apapun pada kita. Padahal gege ingin berbicara banyak dengannya," imbuhnya dalam suara yang sebenarnya hampir bersaingan dengan suara isak Zhan. "Kau tahu bahkan gege belum melihat lagi wajahnya semenjak kalian pergi waktu itu.."

Suara angin yang riuh turut meramaikan suasana. Angin berhembus cukup kencang.

Sekian menit akhirnya Zhan dapat meredam tangisnya. Namun ia hanya diam dan mematung. Pandangannya entah tertuju kemana. Hanya kosong yang ada di sana.

"Zhan! Xiao Zhan jangan berkelahi lagi!"

"Ibu ingin yang terbaik untukmu.."

"Tiga tahun, apa itu cukup? Ibu menunggumu Zhan.."

Xiao Zhan memejamkan matanya dengan rapat. Meskipun hanya terdapat kesan buruk selama ia tinggal bersama sang ibu, namun wajah ibunyalah yang selalu hadir untuknya. Menamaninya dan selalu mengkhawatirkannya. Sekarang jika sosok itu menghilang begitu saja bagaimana jadinya?

"Kami harap kau mengerti keadaan Chengxin! Kami akan memberitahukan ini semua dengan perlahan.."

"Aku tak sanggup jika harus terus berpura-pura menjadi orang lain! Aku butuh kalian.."

Xiao Zhan mengepalkan tangannya. Ia sempat berfikir untuk pulang dan kembali bersama sang ibu karena beberapa hal. Tapi apakah sekarang bisa? Membuatnya putus asa..

"Xiao Zhan! Jika kau memukul orang lain di sana, maka ibu akan membawamu pulang!"

Nafas Zhan tercekat seketika. Ia menelan paksa ludahnya. Dan tanpa disadarinya, foto dalam dekapannya terjatuh. Ia bertekuk lutut di samping makam sang ibu.

AGEUSIA [Remake]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora