Prolog

467 36 0
                                        

"Hey! Berhenti!"sahut bocah lelaki berambut cokelat itu. Menghentikan anak perempuan sepantarannya yang sedang mencoba mencuri buah anggur dari kebunnya.

Mata perempuan itu membalak, ia segera membalikan tubuhnya dan mencoba kabur namun sayang bocah lelaki itu sudah lebih dulu menarik lengannya.

"Ouch!"pekik si rambut jelaga. "Kau masuk darimana?"tanyanya hanya di balas perempuan itu dengan menoleh ke arah gerbang yang kosong "Sial dimana para penjaga? Ayahku tidak membayar mereka untuk ini" decaknya kesal.

Eren mengamati gadis kecil ini dari ujung kuku kaki sampai ujung rambut. Kulitnya putih namun berbeda dengan orang-orang yang biasa ia temui bahkan bentuk matanya pun aneh. Hidungnya mancung namun mungil, matanya hitam rada kelabu, dan rambut dengan warna senada panjang menutupi punggung.

"Eren!"panggil bocah lelaki berambut pirang dan bermata biru menghampiri mereka. "Kau ini aku cari kemana saja? Dan-" si pirang menengok ke arah gadis kecil di hadapannya lalu mengerutkan dahinya "Mikasa?" Gadis kecil itu segera menarik tangannya lepas dari genggaman Eren.

"Tunggu dulu kau kenal dengan pencuri ini Armin?"tanya Eren bingung. Bocah pirang itu membenarkan kaca matanya "Tentu saja ia adalah tetangga ku"jawab Armin.

"Apa yang sedang kau lakukan disini Mika? Dan bagaimana bisa kau masuk?"

Gadis kecil itu mendengus, melirik sinis ke Eren sebelum akhirnya menatap Armin. "Aku sedang berjalan di luar pagar, lalu melihat buah anggur yang siap panen. Aku sudah minta izin kepada dua pria yang sedang duduk di pos itu tadi" Mikasa menunjuk ke arah gerbang masuk.

"Dan mereka berkata Oh tidak apa, ambil saja. Dengan syarat mohon jaga gerbang ini sebentar, kami harus pergi dulu sejenak lalu mereka pergi dan aku mulai memetik anggur"

Eren memijit dahinya, apa yang Pablo dan Luca pikirkan? Itu kah alasan ia mencium bau alkohol dari gudang dan suara tawa pria dewasa? Jangan bilang mereka malah mabuk-mabukan mengabaikan tugas. Ini bukan pertama kali kedua idiot itu bolos kerja, ia akan memberitahukan ayahnya. Orang-orang seperti mereka tidak layak menjadi bagian dari keluarga Jeager.

Gadis kecil itu menaruh anggur yang ia petik di bawah tepat di depan telapak kaki Eren "Maaf"ucapnya lalu berjalan melewatinya ke arah gerbang. "Oh ya Armin!" Mikasa melambaikan tangannya sudah sampai di gerbang "Hari ini kakak ku pulang. Ayah dan ibu ku mengundang tuan dan nyonya Arlert ke rumah malam ini, kau datang ya teman ku Annie akan datang juga!" Teriaknya, ketika mendengar nama Annie pipi Armin segera merona.

Ia tentu saja akan datang, namun ketika tahu Annie juga hadir ke-inginannya untuk pergi ke rumah Mikasapun melonjak hingga dua ratus persen. Armin tersenyum lebar melambaikan tangannya ke Mikasa "Tentu saja aku akan datang!" Balas Armin membuat Mikasa tersenyum lebar menunjukan deretan giginya.

"Jam tujuh okay?! Kalo gitu sampai jumpa nanti!" Setelah menyelesaikan kalimatnya gadis kecil itu segera berlari menjauhi kediaman Eren.

Armin menghela nafas melihat punggung Mikasa perlahan menghilang lalu menoleh ke arah Eren "Kau seharusnya jangan kasar seperti itu" ucap Armin memegang pundak Eren. Bocah bermata zamrud itu berdecak "Iya aku akui aku sedikit kasar, namun ini bukan sepenuhnya salah ku kau tahu?" Armin hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Ya terserah kau tuan muda ayok sekarang kita masuk ke dalam" ajak Armin.

"Aku sudah bilang berapa kali jangan memanggil ku seperti itu"

Si pirang tidak mendengarkan, ia tetap berjalan dan Eren juga tidak berharap temannya itu membalas.

Mereka berjalan memasuki rumah megah milik Grisha Jaeger atau biasa di panggil Don Jaeger. Salah satu mafia paling terkenal di Sisilia. Istrinya Carla adalah mantan aktris teater, ia berhenti dan menikah dengan Grisha saat lelaki itu sedang berkunjung ke Bergamo. Umur Carla saat itu genap delapan belas tahun, masih belia dan sangat muda.

CacciatoreDonde viven las historias. Descúbrelo ahora