LAMPU PIJAR #1

422 162 51
                                    

JANGAN LUPA
VOTE | KOMEN | SHARE
SELAMAT MEMBACA, GENKS!

(Support kalian sangat berarti dan jadi penyemangat ku, lopp🧡🧡🧡)

****

"Hiduplah Indonesia Raya...," Titi sebagai dirigen paduan suara pagi ini dan peserta upacara mengikuti instruksi dari gadis bersuara emas itu.

Anggota Paskibra penuh hikmat mengibarkan bendera Merah Putih di bawah terik matahari yang dipimpin oleh Safar Al Ghazali, nama yang tertera pada name tag di dadanya.

"TUNGGUUU, PAKKK!!" teriak lelaki yang sedang berlari dari parkiran motor itu menuju gerbang yang akan segera ditutup. Tangan kanannya menggenggam tasnya yang hampir terlepas dari pundaknya. Sementara tangan kirinya memanjang mencoba meraih gerbang hitam yang sedikit lagi bertemu dengan tiang.

"Kamu sudah telat Ahmad Jafri Jaeludin, berdiri di luar!" seru Pak Har. Satpam SMA Harapan Bangsa selama dua puluh tahun.

"Ahmad Jefri Jalaludin, Pak. Jangan diganti dong nama saya, ntar Bapak saya potong kambing lagi," balas lelaki itu dan Pak Har hanya tersenyum datar.

"Lihat Pak, empat bagian tubuh saya menembus gerbang ini sebelum jam 7.15," tambah lelaki yang akrab di sapa Jeje sambil meringis. Pak Har pun mengangguk saat melihat empat jari Jeje yang terhimpit pagar yang sedang didorongnya.

"Pinter juga kamu,ya!" seru pria bermedok Jawa Ngapak itu, sambil menggeret kembali gerbang dan memperbolehkan Jeje masuk.

Begitu Jeje melangkah masuk menuju pintu samping, seorang bapak berkacamata menarik kerah bajunya. Lalu membawanya menuju pintu utama melewati kantor ruang guru.

Lelaki berambut klimis itu dengan wajah datar memasukkannya ke dalam barisan lima siswa yang sedang menghormati bendera di depan para peserta upacara. Jefri pun langsung mengangkat tangannya dan mengikuti lagu kebangsaan dengan lantang.

"Indonesia Raya merdeka.. merdeka... tanah ku...Negeri ku....yang ku..ci....ntaaa...," nyanyi Jeje penuh semangat membuat seluruh siswa menatapnya dan ikut menyanyikan dengan lantang. Sekilas Titi menoleh pada suara itu berasal dan hanya tertawa di dalam hati. Jefri yang sesekali melirik tersipu malu. Gemuruh semangat '45 terasa pagi itu.

Setelah selesai menjalani hukuman membersihkan taman di depan sekolah, lelaki bertubuh atletis itu kembali ke kelas bersama murid lain melewati lorong kelas XII IPA 1. Bola mata cokelatnya mencuri pandang dari balik jendela kaca. Mata itu tentu saja mencari pipi tembem dengan wajah serius mempresentasikan pidato bahasa Inggris di depan kelas.

Lampu pijar di otak kanannya pun menyala. Hari ini dia punya ide cemerlang untuk bisa lebih dekat lagi dengan gadis berambut panjang itu. Bibirnya melengkungkan senyuman saat memikirkan ide itu. Langkahnya semakin pasti menuju kelas XII IPA 3.

🌙🌙🌙🌙🌙

Bel istirahat sudah berbunyi. Langkah dari Jeje terburu-buru menuju kelas The Master. Kelas siswa-siswi berprestasi. Sambil membawa buku latihan dan buku khusus catatan 'Belajar Bareng Titi' yang tertulis di depan cover binder itu.

Terlihat tidak ada siapapun kecuali Titi seorang yang sedang membereskan beberapa buku catatannya.

"Tok.. tok.. tok..," Jeje mengetuk pintu kelas dan melengkungkan senyuman di bibirnya begitu lebar.

"Assalamualaikum, saya boleh masuk, Bu?"
"Walaikumussalam, boleh.. boleh..," jawab Titi menampakkan gigi rapi itu.

Jeje bergegas menuju bangku yang ada di depan meja Titi dan membalikkannya. Dia duduk di sana tepat di hadapan Titi dan meletakkan buku yang sudah di genggamannya ke atas meja.

HEAD OVER HEELS Where stories live. Discover now