This Boy Helped Me Again and Again

1K 125 53
                                    

Lee Donghyuck × Huang Renjun
Warning; boys love, harsh words, typo, PUEBI yang masih salah,  non-baku, etc.
Hope you enjoy this works
Happy reading
.
.
.
.

Prosedur saling mengenal bagi dua orang yang dipertemukan lewat kebijakan absolut, ibaratnya seperti membuat roti gandum. Bertahap, sabar, dan telaten. Dimulai dari bertukar nama, lalu biarkan semuanya terjadi secara alamiah. Kesabaran menghadapi kekontrasan masing-masing harus ditanamkan kuat-kuat. Hati-hati dalam bicara dan bertindak supaya tidak membuat tersinggung satu sama lain merupakan yang terpenting. Renjun selalu berpegang teguh pada tiga prinsip itu dan terbukti sampai hari ini—minggu ketujuh—mereka belum pernah terlibat perselisihan.

Mungkin bukan cuma karena prinsip itu. Komponen lain yang membuat hubungan mereka terasa sangat tentram adalah sikap Lee Donghyuck sendiri.

Kalau dua semester lalu Renjun lebih sering direpotkan oleh mantan roommatenya sekaligus teman sekelasnya, Chenle. Maka semester ini adalah kebalikannya. Lee Donghyuck lebih suka merepotkan dirinya untuk Renjun. Sampai-sampai ia meyakini, bahwa teman satu kamarnya yang sekarang merupakan jackpot dari Tuhan.

--------------------------------------------

Renjun benci matematika. Alasannya karena dan hanya satu; matematika itu menyusahkan. Penuh problematika dalam pemecahannya dan tak jarang hasil akhirnya pun cuma sebutir angka nol atau malah tidak terdefinisi sama sekali.

Jadi, kalau malam ini lagi-lagi Renjun dibuat gila—menjerit juga membenturkan kepala pada meja—karena tugas Aritmatikanya, itu normal.

Dan sebagai teman satu kamar dua puluh delapan hari Huang Renjun, Lee Donghyuck sangat memahami tingkah laku tersebut.

"Biar gue yang kerjain." Atau menawari bantuan saat teman satu kamarnya itu ada di ambang kewarasan.

"Gak usah. Makasih."

Penolakan pun sudah biasa Donghyuck dapatkan.

"Lo berisik."

"Suara game lo juga gak kalah berisik."

Di momen seperti ini, Huang Renjun akan lupa dengan kegagapannya.

"Gue nawarin bantuan biar kita sama-sama enak."

"Tapi gue gak merasa enak."

"Bilang aja gengsi."

"Yaudah, anggap aja gue gengsi."

Huang Renjun juga jadi sensitif.

"Lo berisik. Bikin gak konsen."

"Lo juga berisik. Menghambat kinerja otak orang."

"Lo ngagetin."

"Lo punya headphone'kan?"

"Gak suka. Bikin sakit kepala."

"Yaudah, berarti lo gak masalah bakal sering dikagetkan sama suara-suara yang gue timbulkan."

Donghyuck tidak menanggapi ucapan Renjun kali ini. Renjun masa bodo, soalnya posisi mereka sama. Sama-sama bikin berisik.

Lima menit berlalu, Renjun masih bertekad mencari hasil akhir tugas menjengkelkannya yang pasti akan diperiksa oleh Ms. Ha besok. Tujuh menit terlewati, Renjun mulai menjeduk-jedukkan kepalanya lagi pada meja. Sepuluh menit kemudian, Renjun berteriak sembari melaknat buku tugasnya dan berjalan keluar kamar dengan kaki dihentak-hentakkan.

Donghyuck acuh. Dia sudah menawarkan bantuan, tapi malah ditolak mentah-mentah. Kalau Renjun berujung gila begitu, itu salah Renjun sendiri, jangan sangkut pautkan Donghyuck yang tadi sempat berbaik hati.

Behind the Clouds [Hyuckren]Where stories live. Discover now