Prolog

53 7 0
                                    

Aku punya sebuah pertanyaan. Seandainya mesin waktu itu benar-benar ada. Kamu lebih memilih untuk kembali ke masa lalu atau pergi ke masa depan? Apa pun pilihan yang kamu putuskan mungkin bisa mengubah akhir dari cerita ini.

Arjoli itu masih tergenggam erat dalam kurungan jemari. Entah sejak kapan pandangan di sekeliling seakan mengabur. Rasanya kaki ini sudah tidak menapak lagi. Suara misterius itu terasa menggema dalam sudut kepala.

Jika kamu bisa kembali ke masa lalu, hal apa yang akan kamu ubah?

Berulang kali pertanyaan itu menggema dalam minda. Aku seakan terpenjara dalam satu detik yang menyiksa. Dengung itu makin memekakan telinga, suara bising berdesing membuat kepala pening. Nafas ini rasanya sudah di ujung nyawa. Berkunang-kunang. Cahaya menyilaukan muncul begitu saja berganti dengan warna hitam yang makin gelap di pandangan. Hingga membuatku berpikir, jiwa ini mungkin telah pergi meninggalkan raganya.

Aku tidak ingat sejak kapan cerita ini bermula. Seandainya diberi sebuah pilihan, aku akan kembali ke titik awal. Satu hal yang masih aku ingat dan terekam jelas dalam memori usang itu, pertemuan pertamaku denganmu terjadi saat hari cerah tiba-tiba disapu hujan. Namun sejak itu pula aku mulai meyakini bahwa aku dan kamu diciptakan untuk saling melengkapi. Bahwa kamu adalah bagian dari takdir yang Tuhan ukir. Maka aku akan kembali ke titik awal. Mengikuti alurnya. Lalu dengan sekuat tenaga aku akan berusaha untuk mengubah akhir dari cerita kita.

❄️❄️❄️

Jangan lupa tinggalkan jejak, jika ada kritik dan saran, aku persilakan.

Temukan aku di instagram @dinaamelia.n dan @__ruangdimensi

With Love,
Din❄️

A - Z Where stories live. Discover now