Part 21 [ Ayam Kampus ]

37.5K 3.3K 282
                                    


Happy Reading!!
Sorry for typo!!








°°°








Semalaman Retta menunggu kedatangan Joe ternyata tak membuahkan hasil, Joe tidak datang ke kamarnya. Alhasil malam tadi Retta tidur sendirian, entah kemana perginya Joe.

Keesokkan harinya Retta mulai bersiap untuk presentasi proposal besok, karena itu Retta tidak lagi memikirkan tentang kejadian kemarin. Joe sudah memberitahunya seminggu sebelum acara, jadi Retta sudah bersiap dari seminggu yang lalu.

"Retta. " Panggil Vellin, sejak pagi Retta memang memintanya untuk datang berkunjung menemaninya.

"Paan? "

"Di kampus kan gak ada satu orang pun yang tahu kalau lo udah married, gimana ya reaksi mereka waktu lihat lo udah tekdung."

"Gue gak tahu, tapi yang pasti ada aja yang julid sama gue. "

"Bener tuh, dari maba sampe sekarang lo gak pernah kekurangan haters. "

"Nah itu lo tahu. "

"Kalau ada yang bully lo lagi, emang gak papa? "

Retta terdiam kepalanya yang tengah fokus dengan layar laptopnya seketika mendongak dan menatap lukisan didepannya, dia jadi ingat masa lalu. Saat pertama kali dia sangat kurang ajar menantang kating, lalu dia di bully habis-habisan oleh kating yang berniat balas dendam padanya. Bahkan kejadian itu menjadi heboh di semua fakultas Wangsa, karena itu Retta harus terbaring di ranjang rumah sakit.

Dia sadar diri, betapa bengal nya dia.

"Kalau tentang itu sih gue yakin Pak Joe bakal jagain gue, toh dia gak akan biarin anaknya terluka. " Jawab Retta menampilkan senyum tipisnya.

"Tapi kalau tentang bully secara verbal, ya gue gak tahu harus gimana. Kita kan gak bisa rubah prinsip seseorang, jadi pilihan yang paling baik adalah sabar dan hadapin kan. "

"Bener juga, lo kan punya mental besi. Coba aja gue punya mental sekuat lo, mungkin gue bisa bantu lo waktu pembullyan dulu. "

"Ah udahlah Linn, jangan inget itu lagi."

Vellin tersenyum miris mendengarnya, dia jadi ingat kebodohannya yang hanya bisa diam menyaksikan kekerasan yang terjadi terhadap Retta didepan matanya sendiri. Saat itu dia terlalu bodoh dan takut, sehingga dia tidak bisa membantu sahabatnya yang tengah membutuhkan pertolongan.

Harusnya Vellin sadar, sejak kecil Retta selalu melindunginya dalam bahaya bahkan saat dirinya menjadi bahan bully satu sekolah saat SD pun Retta yang menolong. Saat itu lah akhirnya keduanya berteman dan alasan itu pula Vellin tidak pernah bisa mengeluh dengan sifat abnormal Retta, karena dalam kondisi tertentu Retta adalah sosok pelindungnya.

𝓦𝓮𝓭𝓭𝓲𝓷𝓰 𝓟𝓪𝓹𝓮𝓻 [End]Where stories live. Discover now